Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

10 Cerita Jenaka Abu Nawas Penuh Gelak Tawa & Pesan Mendalam

10 Cerita Jenaka Abu Nawas Penuh Gelak Tawa & Pesan Mendalam Ilustrasi Abu Nawas. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Kisah Abu Nawas begitu populer dalam cerita 1001 malam. Abu Nawas (756-813) merupakan penyair Arab termahsyur di era Abbasiyah. Ia hidup pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid.

Karya tulisannya menceritakan tata krama kelas atas pada zamannya, sebagai seorang penyair. Abu Nawas dikenal memiliki pribadi lucu, cerdik, dan kreatif dalam menjawab segala persoalan.

Kejenakaannya ini menjadi karakter Abu Nawas, terutama jika mengingat trik-trik, pikiran sehat, olok-olok, anekdot, kebijaksanaan hingga kejujurannya.

Orang lain juga bertanya?

Berikut merdeka.com rangkum dari berbagai sumber, cerita jenaka Abu Nawas yang mengundang tawa dan pesan mendalam selengkapnya.

Cerita Jenaka Abu Nawas dan Botol Ajaib

Suatu hari Harun al-Rasyid memanggil Abu Nawas ke istananya untuk diberi tugas. Setelah tiba di istana, sang khalifah menyambut Abu Nawas dengan senyuman.

"Akhir-akhir ini aku sering merasakan perutku sakit, kata tabib istana, aku terkena serangan angin" kata Harun al-Rasyid.

Abu Nawas sedikit keheranan, lalu bertanya, "Ampun Baginda, kiranya apa yang bisa hamba lakukan untuk Yang Mulia?"

"Tangkap dan penjarakan angin itu untukku!" perintahnya.

Abu Nawas diam sejenak.

"Aku beri kau waktu tiga hari untuk menyelesaikan perintah ini," tambah Harun al-Rasyid.

Abu Nawas kemudian pulang dengan membawa pekerjaan dari Harun al-Rasyid. Ia masih terdiam, mulutnya terkunci rapat tak mengeluarkan sepatah katapun.

Dalam kebingungan yang tidak habis-habis, ia belum bisa memikirkan bagaimana cara menangkap dan membuktikan bahwa itu memang benar-benar angin.

Menurutnya, hanya anginlah satu-satunya benda aneh yang tidak berwarna dan tidak bisa dilihat seperti halnya air, yang masih bisa diindera. Sudah dua hari ini, tetapi Abu Nawas masih belum bisa mendapatkan cara untuk menangkap angin, bahkan memenjarakannya.

Abu Nawas hampir putus asa dan tidak bisa tidur, karena waktu yang telah ditentukan tinggal sehari lagi.

Ia mondar-mandir memikirkan cara, tiba-tiba ia tersadar dan berkata kepada dirinya sendiri "Bukankah jin itu tidak terlihat?"

Ia berjingkrak dan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dan berjalan menuju istana kemudian menyerahkan sebuah botol kepada Raja.

"Mana angin itu, Abu Nawas?" tanya Harun al-Rasyid.

"Ada di dalam, yang mulia," jawab Abu Nawas.

"Benarkah? Aku tidak melihat apa-apa," kata Sang khalifah.

"Ampun Baginda, angin tidak bisa dilihat, tetapi jika Tuanku ingin tahu angin, tutup botol tersebut harus dibuka terlebih dahulu," jawab Abu Nawas.

Setelah tutup botol itu dibuka, Harun al-Rasyid mencium bau busuk. Dengan marah ia berkata kepada Abu Nawas, "Bau apa ini, Abu Nawas?"

"Ampun Baginda, tadi hamba buang angin lalu hamba masukkan ke dalam botol tersebut. Karena takut angin yang hamba masukkan itu keluar, maka hamba memenjarakannya dengan menyumbat botol dan menutupnya," kata Abu Nawas dengan sangat ketakutan.

Tapi, Harun al-Rasyid tidak jadi marah, karena apa yang dikatakan Abu Nawas memang masuk akal. Dan begitulah, ia selamat dan sang khalifah pun memberikannya hadiah.

Cerita Jenaka Abu Nawas Menjual Raja

Suatu hari Abu Nawas sangat kebingungan, bahkan ia hampir putus asa. Sudah dua hari dapur tidak mengepul asap karena tidak ada lagi barang yang bisa ia jual.

Satu-satunya jalan yang bisa dia ambil adalah menjual manusia untuk dijadikan budak. Sebenarnya jika Abu Nawas mau, dia bisa saja menjual teman-temannya, namun ia tidak tega karena teman-temannya bukan orang kaya melainkan orang miskin seperti dirinya.

Jalan satu-satunya yang bisa dilakukan Abu Nawas adalah menjual manusia. Akhirnya Abu Nawas memutuskan sesuatu yang tidak biasa, ia akan tetap menjual manusia untuk dijadikan oleh si pembelinya. Bukan menjual temannya melainkan rajanya, Harun Al Rasyid.

Menurut Abu Nawas, hanya Baginda Raja yang pantas untuk dijual. Bukankah selama ini Baginda Raja selalu mempermainkan dirinya dan menyengsarakan pikirannya? Maka sudah sepantasnya bagi Abu Nawas untuk menyusahkan Baginda Raja.

Abu Nawas mencari cara agar bisa menjual Baginda Raja Harun Al Rasyid. Ia pun mendapat ide dan menjuampai sang raja.

"Apa itu wahai Abu Nawas?" tanya Baginda langsung tertarik.

"Sesuatu yang hamba yakin belum pernah terlintas di dalam benak Paduka yang mulia," kata Abu Nawas meyakinkan.

"Kalau begitu cepatlah ajak aku ke sana untuk menyaksikannya," kata Baginda Raja tanpa rasa curiga sedikit pun.

"Tetapi Baginda …," kata Abu Nawas sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.

"Tetapi apa?" tanya Baginda tidak sabar.

"Bila Baginda tidak menyamar sebagai rakyat biasa maka pasti nanti orang-orang akan banyak yang ikut menyaksikan benda ajaib itu." kata Abu Nawas.

Karena memiliki keinginan besar dan rasa penasaran yang begitu besar, Banginda Raja bersedia menyamar menjadi rakyat biasa. Melihat penyamaran sang raja berhasil, Abu Nawas dan Baginda Raja berangkat menuju ke sebuah hutan.

Setibanya di sana, Abu Nawas mengajak Baginda Raja mendekati sebuah pohon besar dan rindang, ia pun meminta sang Raja untuk menunggu. Sementara itu, ia pergi menjumpai seorang badui yang pekerjaannya menjual budak. Abu Nawas mengajak pedagang budak itu untuk melihat calon budak yang akan dijual kepadanya dari jarak yang agak jauh.

Abu Nawas enggan menjumpai sang Raja dan merasa tidak tega. Sementara itu, Abu Nawas beralasan calon budak yang akan dijualnya adalah teman dekatnya sendiri. Setelah pedagang budak itu memperhatikan dari kejauhan ia merasa cocok.

Abu Nawas pun membuatkan surat kuasa yang menyatakan bahwa pedagang budak sekarang mempunyai hak penuh atas diri orang yang sedang duduk di bawah pohon rindang itu. Abu Nawas pergi begitu menerima beberapa keping uang emas dari pedagang budak.

Baginda Raja masih menunggu Abu Nawas di bawah pohon rindang tersebut, sampai tibalah pedagang budak menghampiri dirinya. Baginda Raja merasa heran, mengapa Abu Nawas tidak juga muncul dan mengapa ada orang lain selain dirinya dan Abu Nawas.

"Siapa engkau?" tanya Baginda Raja kepada pedagang budak.

"Aku adalah tuanmu sekarang," kata pedagang budak itu agak kasar.

Tentu saja pedagang budak itu tidak mengenali Baginda Raja Harun Al Rasyid dalam pakaian yang amat sederhana.

"Apa maksud perkataanmu tadi?" tanya Baginda Raja dengan wajah merah padam.

"Abu Nawas telah menjual engkau kepadaku dan inilah surat kuasa yang baru dibuatnya," kata pedagang budak dengan kasar.

"Abu Nawas menjual diriku kepadamu?" kata Baginda makin murka.

"Ya!" bentak pedagang budak.

"Tahukah engkau siapa aku ini sebenarnya?" tanya Baginda geram.

"Tidak dan itu tidak perlu," kata pedagang budak seenaknya. Lalu ia menyeret budak barunya ke belakang rumah. Sultan Harun Al Rasyid diberi parang dan diperintahkan untuk membelah kayu.

Baginda Raja merasa heran dengan semua yang diperintahkan. Ia melihat begitu banyak tumpukan kayu di belakang rumah badui itu sehingga memandangnya saja Sultan Harun Al Rasyid sudah merasa ngeri, apalagi harus mengerjakannya.

"Ayo kerjakan!"

Meski ia merasa kebingungan dengan itu semua, Sultan Harun Al Rasyid mencoba untuk melakukan perintah dari tuan barunya. Sultan Harun Al Rasyid secara perlahan memegang kayu dan mencoba membelahnya, namun si badui melihat cara Sultan Harun Al Rasyid memegang parang merasa aneh.

"Kau ini bagaimana, bagian parang yang tumpul kau arahkan ke kayu, sungguh bodoh sekali!"

Sultan Harun Al Rasyid mencoba membalik parang hingga bagian yang tajam terarah ke kayu. la mencoba membelah namun tetap saja pekerjaannya terasa aneh dan kaku bagi si badui.

"Oh, beginikah derita orang-orang miskin mencari sesuap nasi, harus bekerja keras lebih dahulu. Wah lama-lama aku tak tahan juga," gumam Sultan Harun Al Rasyid.

Si badui menatap Sultan Harun Al Rasyid dengan pandangan heran dan lama-lama menjadi marah. la merasa rugi barusan membeli budak yang bodoh.

"Hai badui! Cukup semua ini aku tak tahan."

"Kurang ajar kau budakku harus patuh kepadaku!" kata badui itu sembari memukul sang raja. Tentu saja raja yang tak pernah diperlakukan kasar itu menjerit keras saat dipukul kayu.

"Hai badui! Aku adalah rajamu, Sultan Harun Al Rasyid," kata Baginda sambil menunjukkan tanda kerajaannya.

Pedagang budak itu kaget dan mulai mengenal Baginda Raja. la pun langsung menjatuhkan diri sembari menyembah Baginda Raja. Sang raja mengampuni pedagang budak itu karena ia memang tidak tahu. Tetapi kepada Abu Nawas Baginda Raja amat murka dan gemas. Ingin rasanya beliau meremas-remas tubuh Abu Nawas seperti telur.

Cerita Jenaka Abu Nawas dan Rumah Sempit

Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang ke rumah Abu Nawas. Lelaki itu hendak mengeluh kepadanya mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Dia sedih karena rumahnya terasa sempit ditinggali banyak orang.

"Abu Nawas, aku memiliki seorang istri dan delapan anak, tapi rumahku begitu sempit. Setiap hari, mereka mengeluh dan merasa tak nyaman tinggal di rumah. Kami ingin pindah dari rumah tersebut, tapi tidak mempunyai uang. Tolonglah katakan padaku apa yang harus kulakukan," kata lelaki itu.

Mendengar hal itu, Abu Nawas kemudian berpikir sejak. Tak berapa lama, sebuah ide terlintas di kepalanya.

"Kamu mempunyai domba di rumah?" tanya Abu Nawas padanya.

"Aku tak menaiki domba, jadi aku tak memilikinya," jawabnya.

Setelah mendengar jawabannya, dia meminta lelaki tersebut untuk membeli sebuah domba dan menyuruhnya untuk menaruh di rumah. Pria itu kemudian menuruti usul Abu Nawas dan kemudian pergi membeli seekor domba.

Keesokan harinya, dia datang lagi ke rumah Abu Nawas. "Bagaimana ini? Setelah aku mengikuti usulmu, nyatanya rumahku menjadi tambah sempit dan berantakan," keluhnya.

"Kalau begitu, cobalah beli dua ekor domba lagi dan peliharalah di dalam rumahmu," jawab Abu Nawas.

Kemudian, pria itu bergegas pergi ke pasar dan membeli dua ekor domba lagi. Namun, bukannya seperti yang diharapkan, rumahnya justru semakin terasa sempit.

Dengan perasaan jengkel, dia pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengadu yang ketiga kalinya. Dia menceritakan semua apa yang terjadi, termasuk mengenai istrinya yang menjadi sering marah-marah karena domba tersebut.

Akhirnya, Abu Nawas menyarankannya untuk menjual semua domba yang dimiliki.

Keesokan harinya, kedua orang tersebut bertemu kembali. Abu Nawas kemudian bertanya, "Bagaimana keadaan rumahmu sekarang, apakah sudah lebih lega?"

"Setelah aku menjual domba-domba tersebut, rumahku menjadi nyaman untuk ditinggali. Istriku pun tidak lagi marah-marah," jawab pria tersebut sambil tersenyum.

Akhirnya, Abu Nawas dapat menyelesaikan masalah pria dan rumah sempitnya itu.

 

Cerita Jenaka Abu Nawas dan Enam Ekor Lembu

Suatu hari Raja Harun Al-Rasyid memanggil Abu Nawas untuk menghadap ke istana. Raja ingin menguji Abu Nawas.

Ketika Abu Nawas sampai di hadapan raja, Raja Harun bertitah “Hai, Abu Nawas. Aku menginginkan enam ekor lembu berjenggot yang pandai berbicara. Bisakah engkau mendatangkan mereka dalam waktu satu minggu? Kalau gagal, aku akan penggal lehermu!”

“Baiklah Tuanku Syah Alam, hamba junjung tinggi titah tuan”, jawab Abu Nawas.Semua orang dalam istana yang hadir pada saat itu berkata dalam hati “Mampuslah kau, Abu Nawas”.

Abu Nawas kemudian memohon diri untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia duduk berdiam dan merenungkan keinginan raja. Abu Nawas cukup lama berada di dalam rumah dan tidak kunjung keluar.

Seminggu setelahnya, ia beru keluar. Hari itu adalah batas akhir dari tugas yang diberikan oleh raja. Abu Nawas kemudian menuju kerumunan orang. Ia kemudian berkata “Hai orang-orang muda, hari ini hari apa?”

Orang-orang menjawab benar akan dia lepaskan, tetapi orang yang menjawab salah akan dia tahan. Rupanya, tidak ada satu orang pun yang menjawab dengan benar. Abu Nawas pun marah kepada mereka.

“Begitu saja, kok, tidak bisa menjawab. Kalau begitu, mari kita menghadap raja untuk mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya.” ujar Abu Nawas.

Keesokan harinya, istana dipenuhi oleh warga yang ingin menonton kesanggupan Abu Nawas membawa enam ekor lembu berjenggot. Sampai di depan raja, ia pun menghaturkan sembah dan duduk dengan khidmat.

Raja berkata “Hai Abu Nawas, mana lembu berjenggot yang pandai bicara itu?”Abu Nawas kemudian menunjuk enam orang yang dibawanya, sambil berkata “Inilah mereka, tuanku Syah Alam.”

“Hai Abu Nawas, apa yang engkau tunjukkan kepadaku itu?”

“Ya, Tuanku Syah Alam. Tanyalah pada mereka hari apa sekarang.”

Raja kemudian bertanya, dan keenam orang tersebut memiliki jawaban yang berbeda-beda.

Maka Abu Nawas kembali berujar “Jika mereka manusia, tentunya tahu hari ini hari apa. Apalagi jika tuanku menanyakan hari yang lain, akan tambah pusing mereka. Manusia atau hewan kah mereka ini? Inilah lembu berjenggot yang pandai bicara itu, Tuanku.”

Raja heran melihat Abu Nawas yang pandai melepaskan diri dari ancaman hukuman. Kemudian raja memberikan hadiah 5000 dinar kepada Abu Nawas.

Cerita Jenaka Abu Nawas dan Ibu yang Sebenarnya

Pada suatu hari, hakim pengadilan dibuat bingung oleh dua orang ibu yang merebutkan seorang bayi. Karena sama-sama mempunyai bukti yang kuat, hakim tidak tahu bagaimana caranya untuk menentukan siapa ibu kandung dari bayi itu.

Akhirnya, dia pergi menghadap Raja Harun Al Rasyid untuk meminta bantuan supaya kasus tersebut tidak berlarut-larut.

Raja kemudian turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun, dia malah dibuat putus asa karenanya. Kedua wanita itu sama-sama keras kepala dan tetap menginginkan bayi itu.

Kemudian, Raja memanggil Abu Nawas ke istana. Setelah mengetahui duduk permasalahannya, dia mencari cara agar nasib bayi itu tidak terlunta-lunta dan bisa bersama lagi dengan ibu kandungnya.

Keesokan harinya, Abu Nawas pergi ke pengadilan dengan membawa serta seorang algojo. Abu menyuruh meletakkan bayi yang diperebutkan itu di atas sebuah meja.

"Apa yang akan kalau lakukan pada bayi itu?" tanya kedua ibu yang saling berebut itu bersamaan.

"Sebelum menjawab pertanyaan kalian, saya akan bertanya sekali lagi. Adakah di antara kalian berdua yang bersedia menyerahkan bayi itu kepada ibunya yang asli?" kata Abu Nawas.

"Tapi, bayi ini adalah anakku," jawab kedua ibu itu serentak.

"Baiklah kalau begitu. Karena kalian berdua sama-sama menginginkan bayi ini, dengan terpaksa saya akan membelah bayi ini menjadi dua," jawab Abu Nawas.

Mendengar jawaban tersebut, perempuan pertama sangat bahagia dan langsung menyetujui usulan tersebut. Sementara itu, perempuan yang kedua menangis histeris dan memohon agar Abu Nawas tidak melakukan hal tersebut.

"Tolong jangan belah bayi itu, serahkan saja dia pada wanita itu. Aku rela asalkan dia tetap hidup," isaknya.

Puaslah Abu Nawas ketika mendengar jawaban itu. Akhirnya, dia tahu siapa ibu dari bayi itu yang sebenarnya. Lalu, dia menyerahkan sang bayi pada perempuan kedua yang merupakan ibu kandungnya.

Setelah itu, Abu meminta agar pengadilan menghukum wanita yang pertama sesuai dengan kejahatannya.

Hal ini dikarenakan tidak ada seorang ibu yang tega melihat anaknya dibunuh, apalagi di hadapannya sendiri. Akhirnya, masalah pun selesai dan si bayi akhirnya dapat bersatu kembali dengan ibu kandungnya.

Cerita Jenaka Abu Nawas, Obat Sulit Tidur untuk Raja Harun Al-Rasyid

Suatu malam, Raja Harun Al- Rasyid kesulitan untuk tidur. Malam sudah semakin larut dan raja belum juga merasakan kantuk. Raja kemudian memanggil salah satu pengawal istana. Raja berkata “Umumkan kepada seluruh rakyat, barang siapa yang bisa membuat raja tertidur, akan diberikan 10 koin emas!”

Pengawal istana kemudian bergegas memberikan isyarat kepada bawahannya agar bergerak cepat untuk mengumumkan titah raja kepada rakyat.

Setelah itu, datanglah dua orang yang kebetulan pada malam itu ia juga kesulitan untuk tidur, mendengar penjelasan dari pengawal istana, mereka berminat untuk mengikuti sayembara.

Kedua peserta tersebut gagal membuat raja bisa tertidur. Cerita yang dibawakan dua peserta pertama justru malah membuat raja semakin sulit untuk tertidur. Hingga sampailah Abu Nawas yang menawarkan diri untuk mengikuti sayembara.

Setelah dipersilakan, Abu Nawas mulai bercerita, “Baginda, dahulu ada seekor raja semut yang kurang kerjaan. Ia masuk ke kuping sebelah kanan seorang yang sedang tidur, keluar lagi, masuk lagi, keluar lagi. Kemudian masuk ke kuping kiri, keluar lagi, masuk lagi, keluar lagi.”

Raja kesal mendengar kisah yang dituturkan oleh Abu Nawas. Menurut raja cerita Abu Nawas tidak menarik dan membuat raja merasa bosan sehingga ia pun menguap dan memiringkan tubuhnya membelakangi Abu Nawas. Perlahan, raja pun menutup matanya dan mulai tertidur.

Pagi harinya, Abu Nawas masuk lagi ke istana dengan mengendarai kereta. 10 karung diangkat ke dalam kereta satu per satu. Penjaga pintu istana geleng-geleng kepala ketika kereta itu keluar pintu gerbang. Abu Nawas tertidur pulas di atas tumpukan karung emas dengan suara mendengkur yang keras.

Cerita Jenaka Abu Nawas Sembunyi di Kolong saat Pergoki Maling Masuk Rumah

Alkisah, pada suatu hari, maling masuk ke rumah Abu Nawas. Alih-alih mengusir atau mencegah pencurian, Abu Nawas justru bersembunyi di kolong tempat tidur.

Alhasil, si maling leluasa mengaduk-aduk rumah Abu Nawas dengan leluasa. Melihat itu, istri Abu Nawas marah.

Saking marahnya, sang istri bahkan sampai menyindir Abu Nawas. "Sampean ini laki-laki kok takut sama pencuri?" kata sang istri.

Bukannya tersinggung, Abu Nawas justru menjawab, dia merasa sungkan dengan si maling. Sebab, di rumahnya tidak ada barang yang berharga yang bisa dicuri.

"Aku tidak enak kalau dia tahu saya, soalnya di rumah ini tidak ada apa-apa yang bisa dicuri," kata Abu Nawas.

 

Cerita Jenaka Abu Nawas Membangun Istana di Awan

Abu Nawas belum kembali. Kata istrinya ia bersama seorang Pendeta dan seorang Ahli Yoga sedang melakukan pengembaraan suci. Padahal saat ini Baginda amat membutuhkan bantuan Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini Baginda merencanakan membangun istana di awangawang Karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah rnembangun bangunanbangunan yang luar biasa Baginda tidak ingin menungguAbu Nawas iebih lama lagi. Beliau mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas ternyata sudah berada di rumah ketika mereka baru berangkat Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid Baginda amat riang. Saking gembiranya beliau mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar-menukar cerita-cerita lucu, lalu Baginda mulai mengutarakan rencananya.

“Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang agar aku iebIh terkenal di antara rajaraja yang lain Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahaiAbu Nawas?” tanya Baginda Raja.

“Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini Paduka yang mulia,” kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.

“Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu,” kata Baginda puas.

Abu Nawas terperanjat. la menyesal telah mengatakan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali.

Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang. Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan.

“’Hanya Tuhan saja yang mampu melakukannya,” gumam Abu Nawas.

Hari-hari berlalu seperti biasa Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-hubungkan.

Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya. Sampai ia ingat bahwa dulu ia pernah bermain layang-iayang. Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyianyiakan waktu lagi ia bersama beberapa kawannya merancang layang-Iayang raksasa berbentuk persegi empat. Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu serta jendela-jendela dan ornamen-omamen lainnya. Ketika semuanya seiesaiAbu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan. Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa, penduduk negeri gempar Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun istana di langit?.Dengan tidak sabar beliau di dampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas Abu Nawas berkata dengan bangga

paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung,” kata Abu nawas merendah.

Engkau benar-benar hebat wahaiAbu Nawas.” kata Baginda memuji Abu Nawas.

Terima kasih Baginda yang mulia,” kata Abu Nawas. “Lalu bagaimana caranya aku ke sana?” tanya Baginda. ‘Dengan tambang Paduka yang mulia,” kata Abu Nawas dengan tenang Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera meihat istanaku dari dekat,“ kata Baginda tidak sabar. hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun.” kata Abu Nawas mulai berkelit.

Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi? tanya Baginda. ‘Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia, ” kata Abu Nawas dengan bangga Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa terbang ke sana ‘kata Baginda.

”Paduka yang mulia sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi,’ kata Abu Nawas menjelaskan Engkau beranimengatakan aku gila sepertimu?” tanya Bagin dan sambil melotot “Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu.” jawab Abu Nawas tangkas.

Apa maksudmu?” tanya Baginda lagi.

”Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjakannya. Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan. Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu kata Abu Nawas berusaha menjelaskan kepada Baginda Raja.Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiringi para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambi memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang. “Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?” tanya Baginda mulai jengkel. “Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras, Tuanku jawab Abu Nawas tanpa ragu.

Cerita Jenaka Abu Nawas, Istana Raja Hancur Karena Lalat

Pada suatu hari Abu Nawas terlihat murung. ia hanya tertunduk lesu mendengarkan penuturan istrinya yang mengatakan kalau beberapa pekerja kerajaan atas titah Raja Harun membongkar rumahnya. Raja berdalih bahwa itu dilakukan karena bermimpi kalau di bawah rumahnya terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya.

Namun. setelah mereka terus menerus menggali, ternyata emas dan permata tidak Juga ditemukan. Parahnya, sang Raja juga tidak mau meminta maaf dan mengganti rugi sedikitpun kepada Abu Nawas. Karena Itulah Abu Nawas sakit hati dan memendam rasa dendam kepada perusak rumahnya. Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum Juga ia menemukan muslihat untuk membalas perbuatan baginda.

Makanan yang dihidangkan istrinya pun tidak dimakan karena nafsu makannya telah lenyap. Keesokan harinya Abu Nawas melihat banyak Ialat-Ialat mulai menyerbu makanannya yang sudah mulai basi. Begitu melihat lalat-Ialat itu berterbangan. Abu Nawas tiba-tiba saja tertawa riang seolah mendapatkan ide. “Tolong amblikan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi,” kataAbu Nawas kepada istrinya.

Dengan wajah berseri-seri, Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana, Abu Nawas membungkuk memberi hormat kepada Raja Harun. Raja Harun terkejut atas kedatangan Abu Nawas Di hadapan para menterinya, Raja Harun mempersilahkan Abu Nawas untuk menghadap.

“Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan periakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa izin dan berani memakan makanan hamba,” laporAbu Nawas. “Siapakah tamu-tamu tidak diundang itu wahai Abu Nawas?” ujar Baginda dengan bijaksana.

Lalat-Ialat ini Tuanku,” kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya. “Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Paduka junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil Ini” ujar Abu Nawas sekali lagi Lalu, keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dan’ku?” tanya Raja Harun penasaran.

Hamba hanya menginginkan izin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan ieluasa menghukum lalat-lalat yang nakal itu,” kataAbu Nawas memulai muslihatnya.

Akhirnya Raja Harun dengan terpaksa membuat surat izin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul Ialat-lalat itu dimanapun mereka hinggap. Setelah mendapat izin tertulis itu Abu Nawas mulai mengusir laiat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini. Dmgan menggunakan tongkat besi yang dibawa dari rumah, Abu Nawas mengejar dan memukurl lalatlaiat itu. Ketika hinggap di kaca, Abu Nawas dengan tenang dan leluasa memukul kaca itu hingga pecah.

Kemudian vas bunga nan indah milik sang Raja juga ikut terkena pukul dan pecah. Akhirnya hanya dalam beberapa menit saja seluruh perabot istana hancur berkeping-keping. Raja Harun tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruannya yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya.

Setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri. Barang-barang kesayangan Raja Harun banyak yang hancur. Bukan cuma itu saja raja juga menanggung rasa malu. Kini dia sadar betapa kelirunya; telah berbuat semena-mena kepada Abu Nawas.

 

Cerita Jenaka Abu Nawas dan Air Susu Pemalu

Suatu hari Raja Harun Al-Rasyid sedang berjalan-jalan ke pasar. Ia kemudian memergoki Abu Nawas sedang memegang botol berisi anggur. Raja pun menegur dan berkata, “Wahai Abu Nawas, apa yang sedang kau pegang itu?”

Abu Nawas gugup, ia pun menjawab, “Ini susu, Baginda.”

“Bagaimana mungkin air susu berwarna merah? Susu itu berwarna putih bersih.” Ucap raja terheran-heran atas jawaban Abu Nawas, sembari mengambil botol yang dipegang oleh Abu Nawas.

“Betul, Baginda. Semula air susu ini berwarna putih bersih. Ketika melihat baginda yang gagah dan rupawan, ia tersipu malu dan merah merona.”

Mendengar jawaban Abu Nawas, raja pun tertawa dan meninggalkan Abu Nawas sambil menggelengkan kepalanya. (mdk/thw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Lucu Abu Nawas, Menghibur dan Penuh Makna
Kisah Lucu Abu Nawas, Menghibur dan Penuh Makna

Abu Nawas menjadi cerita yang banyak dibaca untuk menghibur diri dan memperoleh pesan-pesan penuh makna.

Baca Selengkapnya
Cerita Abu Nawas yang Lucu dan Menghibur, Patut Disimak
Cerita Abu Nawas yang Lucu dan Menghibur, Patut Disimak

Abu Nawas dikenal karena kecerdasannya, kejenakaannya, dan kecenderungan untuk menyajikan kritik sosial melalui karya-karyanya.

Baca Selengkapnya
Kisah Abu Nawas dan Raja, Cerita Lucu Penuh Pelajaran
Kisah Abu Nawas dan Raja, Cerita Lucu Penuh Pelajaran

Abu Nawas adalah penyait terkenal yang menciptakan banyak cerita lucu.

Baca Selengkapnya
6 Dongeng Anak Islami Lucu, Menghibur dan Penuh Pesan Baik
6 Dongeng Anak Islami Lucu, Menghibur dan Penuh Pesan Baik

Dongeng lucu Islami berperan dalam membangun kepribadian positif dan menjaga semangat keislaman anak-anak.

Baca Selengkapnya
7 Cerita Anak Islami Lucu, Menghibur Sekaligus Mengandung Pesan
7 Cerita Anak Islami Lucu, Menghibur Sekaligus Mengandung Pesan

Cerita anak-anak bertema Islami yang lucu dapat menjadi sarana belajar agama yang baik.

Baca Selengkapnya
8 Contoh Cerita Lucu Pendek untuk Anak SD, Bisa Jadi Referensi
8 Contoh Cerita Lucu Pendek untuk Anak SD, Bisa Jadi Referensi

Berikut contoh cerita lucu pendek untuk anak Sekolah Dasar.

Baca Selengkapnya
Kisah Sahabat Nabi Paling Lucu dan Bikin Ketawa
Kisah Sahabat Nabi Paling Lucu dan Bikin Ketawa

Di antara banyaknya sahabat Nabi, ada yang tingkahnya lucu sampai mengundang tawa.

Baca Selengkapnya
Doa Rasulullah Kepada Ibnu Abbas untuk Menuntut Ilmu, Ketahui Kisah di Baliknya
Doa Rasulullah Kepada Ibnu Abbas untuk Menuntut Ilmu, Ketahui Kisah di Baliknya

Doa Rasulullah kepada Ibnu Abbas diijabah oleh Allah dan menjadi kenyataan. Di mana Ibnu Abbas tumbuh menjadi anak muda yang cerdas.

Baca Selengkapnya
12 Cerita Anak Lucu yang Sarat Edukasi, Bisa jadi Hiburan Sekaligus Pelajaran Berharga
12 Cerita Anak Lucu yang Sarat Edukasi, Bisa jadi Hiburan Sekaligus Pelajaran Berharga

Cerita anak lucu atau dongeng dapat menjadi salah satu sarana edukasi.

Baca Selengkapnya
Kisah Lucu Nu'aiman, Sahabat Nabi yang Lucu Nan Jenaka
Kisah Lucu Nu'aiman, Sahabat Nabi yang Lucu Nan Jenaka

Nuaiman adalah sahabat Rasulullah SAW yang selalu membuat beliau tersenyum dan tertawa tiada habisnya.

Baca Selengkapnya
Profil Raja Ali Haji, Pujangga Kelahiran Melayu Pelopor Tata Bahasa Melayu Baku
Profil Raja Ali Haji, Pujangga Kelahiran Melayu Pelopor Tata Bahasa Melayu Baku

Putra Melayu kelahiran Kepulauan Riau ini dikenal sebagai pujangga abad 19. Ia memiliki mahakarya berjudul Gurindam Dua Belas pada tahun 1847.

Baca Selengkapnya
45 Puisi Kahlil Gibran yang Menyentuh Hati & Penuh Cinta
45 Puisi Kahlil Gibran yang Menyentuh Hati & Penuh Cinta

Berikut kumpulan puisi Kahlil Gibran yang menyentuh hati dan penuh cinta.

Baca Selengkapnya