Amerika Serikat Ternyata Gagal Bunuh Komandan Pasukan Khusus Iran
Merdeka.com - Tak banyak yang tahu, Amerika Serikat rupanya gagal membunuh komandan pasukan khusus Iran. Abdul Reza Shahlai, diketahui sebagai pejabat militer Iran terkuat kedua setelah Jenderal Soleimani.
Serangan yang dilakukan bersaman dengan terbunuhnya Jendral Soleimani ini gagal menjalankan misinya. Amerika Serikat diketahui menargetkan beberapa pejabat tinggi Iran termasuk Jenderal Soleimani dan Abdul Reza Shahlai.
Langsung saja simak ulasan informasi yang dihimpun dari The New York Times berikut ini.
-
Kenapa AL membunuh IR? Pelaku melakukan pembunuhan itu karena kesal dipaksa membeli narkoba jenis sabu-sabu.
-
Apa yang terjadi pada helikopter Presiden Iran? Helikopter tersebut jatuh pada Minggu (19/5) saat Presiden Raisi dan rombongan kembali dari Provinsi Azerbaijan Timur setelah meresmikan proyek pembangunan dam.
-
Siapa yang memimpin pasukan Amerika? Pasukan Amerika sendiri dipimpin oleh Mayor Jenderal William F. Dean, seorang veteran Perang Dunia II.
-
Dimana kecelakaan reaktor nuklir terburuk di Amerika Serikat terjadi? Bencana itu terjadi di Three Mile Island.
-
Kapan AL membunuh IR? Mereka pun berkelahi di Jalan Kemas Rindo, Kelurahan Kemas Rindo, Kertapati, Palembang, Selasa (12/12) malam.
-
Siapa yang ditembak tapi tidak mempan? Namun beberapa kali terjadi keanehan. Ada sejumlah tokoh PKI ternyata tak mempan ditembak. Mereka punya ilmu kebal peluru.
Petinggi Militer Iran yang Gagal Dibunuh AS
Rupanya, di balik terbunuhnya Soleimani, ada kegagalan yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat. Dikutip dari The New York Times, Minggu (12/1), serangan udara yang gagal di Yaman rupanya ditujukan pada Abdul Reza Shahlai, seorang pejabat dengan Pasukan Quds Iran. Selain itu, Abdul Reza Shahlai juga diketahui sebagai pengelola pembiayaan milisi regional yang didukung oleh Iran.
AFP PHOTO/AHMAD AL-RUBAYE
"Militer Amerika tidak berhasil mencoba membunuh seorang pejabat senior militer Iran di Yaman," kata pejabat Amerika Serikat seperti yang dikutip dari The New York Times, Rabu (12/1).
Abdul Reza Shahlai Jadi Target Pembunuhan Sebelum Soleimani
Tak banyak yang tahu, Shahlai dan Soleimani menjadi dua dari beberapa pejabat Iran yang ditargetkan pemerintah Amerika Serikat. Bukan tanpa alasan, pemerintah menargetkan mereka sebagai upaya menghentikan serangan di situs-situs Amerika yang didukung oleh Iran. Tak hanya itu, penargetan tersebut juga sebagai upaya untuk mencegah Iran dalam meningkatkan agresi di wilayah tertentu.Bahkan, Amerika Serikat sendiri telah menawarkan hadiah USD15 juta atau Rp206 miliar untuk informasi mengenai Abdul Reza Shahlai. Dilansir dari The New York Times, Shahlai bermarkas di Yaman, tempat Iran mendukung pemberontak Houthi yang berperang melawan koalisi Arab Saudi. Di mana koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi ini mendapatkan bantuan logistik, senjata dan intelijen dari militer Amerika Serikat.
Serangan Dilakukan di Hari yang Sama dengan Soleimani
Rupanya, serangan pada Abdul Reza Shahlai dilakukan di hari yang sama dengan Soleimani. Dikutip dari The New York Times, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyetujui serangan terhadap Abdul Reza Shahlai pada periode yang sama dengan serangan pada Jenderal Soleimani. Kendati begitu, masih belum jelas apakah serangan di Yaman itu berlangsung di waktu yang bersamaan.
AFP
Seperti dikatakan sebelumnya, Abdul Reza Shahlai merupakan salah satu pejabat tinggi Iran yang ditargetkan oleh pasukan Amerika Serikat. Lantaran, Abdul Reza Shahlai merupakan seorang pejabat dengan Pasukan Quds Iran, sebuah organisasi militer yang kuat yang dipimpin oleh Jenderal Soleimani.
Sering Menargetkan Serangan Kepada Pasukan AS
Donald Trump diketahui memperluas deskripsi mengenai ancaman dari Iran yang katanya mendorong penyerangan pada Jenderal Soleimani. Menurut Presiden Amerika Serikat saat ini, Iran telah merencanakan melakukan penyerangan di beberapa kedutaan besar di Timur Tengah, termasuk Kedutaan Besar Amerika di Baghdad."Saya dapat mengungkapkan bahwa saya yakin itu mungkin empat kedutaan," kata Trump kepada Laura Ingraham dari Fox News seperti dikutip The New York Times.Kendati begitu, Donald Trump tidak memberikan informasi dan penjelasan tambahan mengenai ancaman dari Iran tersebut. Tak ayal, Christopher S. Murphy dari Conncticut yang bertugas di Komite Hubungan Luar Negeri menuliskan jika ada bukti serangan pada empat kedutaan besar tersebut, maka Administrasi akan mengatakannya di briefing pada hari Rabu.
Soleimani Telah Merencanakan Serangan Besar
Lebih lanjut, Michael Richard Pompeo, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat ke-70 mengatakan Jenderal Soleimani telah merencanakan serangan pada orang Amerika. Tidak tanggung-tanggung, ancaman serang tersebut dikatakan termasuk ke kedutaan Amerika Serikat.
AFP
"Kami tidak tahu persis pada hari mana itu akan dieksekusi, tetapi sangat jelas: Qassim Soleimani sendiri merencanakan serangan besar-besaran terhadap kepentingan Amerika, dan serangan-serangan itu sudah dekat." kata Michael Richard Pompeo.
Soleimani Berencana Membentuk Pasukan
Salah seorang pejabat senior administrasi mengatakan, para intelijen menunjukkan jika Soleimani berencana membentuk pasukan untuk melakukan serangan di wilayah tersebut. Nantinya, serangan itu mampu mengakibatkan banyak orang Amerika menjadi korban. Serangan besar-besaran itu dimaksudkan untuk membuat pasukan militer Amerika Serikat menarik diri dari Irak.Tak hanya itu, beberapa pejabat Pentagon dan Departemen Luar Negeri juga mengatakan Amerika Serikat sadar bila Jenderal Soleimani selalu mampu melakukan serangan mematikan pada Amerika.
Soleimani dan Pasukan Quds
Para pejabat administrasi juga mengatakan Jenderal Soleimani dan Pasukan Quds yang bertanggung jawab atas kematian ratusan orang Amerika. Pasukan Quds sendiri merupakan lengan Korps Pengawal Revolusi Islam. Dari sekian banyak korban, kebanyakan dari mereka adalah prajurit yang bertempur di Irak pada pertengahan 2000an.
AFP
Kala itu, Pasukan Quds memberikan teknologi serta pelatihan pada milisi Syiah Irak untuk membuat bahan peledak kuat yang mampu menembus kendaraan lapis baja militer Amerika Serikat. Diketahui bahan peledak tersebut adalah jenis bom pinggir jalan paling mematikan yang pernah ditemukan oleh orang Amerika dalam perang, seperti dilansir dari The New York Times.
(mdk/tan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Iran menyerang Israel bulan lalu, menembakkan ratusan rudal dan drone.
Baca SelengkapnyaHelikopter yang membawa Presiden Raisi dan rombongan merupakan helikopter BELL 212 buatan AS berusia 45 tahun.
Baca SelengkapnyaAS Minta Iran Izinkan Israel Balas Serangan Secara Simbolis Agar Tel Aviv Tidak Malu
Baca SelengkapnyaSerangan bom terjadi ketika banyak orang berkumpul untuk memperingati empat tahun kematian Qassim Sulaimani, yang dibunuh Amerika Serikat di Irak.
Baca SelengkapnyaBulan lalu, Iran menyerang Israel dengan ratusan rudal, sebagai aksi balasan atas penyerangan konsulat Iran di Suriah.
Baca SelengkapnyaEksekusi dilakukan hanya beberapa hari setelah Israel membunuh komandan Garda Revolusi Iran di Damaskus, Suriah.
Baca SelengkapnyaPresiden Iran, Ebrahim Raisi, tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5).
Baca SelengkapnyaSaat Houthi meluncurkan dronenya ke Tel Aviv, sistem pertahanan Israel tidak membunyikan alarm.
Baca SelengkapnyaSempat terkendala cuaca buruk dan kabut tebal, tim SAR akhirnya berhasil menemukan lokasi jatuhnya helikopter tersebut.
Baca SelengkapnyaIran Nyatakan Serangan Balasan ke Israel Sudah Berakhir, Ancam Serangan Berikutnya Akan Lebih Dahsyat
Baca SelengkapnyaPasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) mengungkapkan serangan ke markas mata-mata Israel merupakan balasan atas kematian komandan mereka, Sayyed Razi Mousavi.
Baca SelengkapnyaHelikopter ini biasanya terbang dengan kecepatan 118 mil per jam (190 kilometer), tetapi bisa mencapai hingga 137 mil per jam dalam penerbangan tempur.
Baca Selengkapnya