Media Israel Akui Serangan Houthi Yaman sebagai Kegagalan Besar Negaranya Meski Punya Sistem Pertahanan Paling Canggih
Saat Houthi meluncurkan dronenya ke Tel Aviv, sistem pertahanan Israel tidak membunyikan alarm.
Saat Houthi meluncurkan dronenya ke Tel Aviv, sistem pertahanan Israel tidak membunyikan alarm.
Media Israel Akui Serangan Houthi Yaman sebagai Kegagalan Besar Negaranya Meski Punya Sistem Pertahanan Paling Canggih
Serangan kelompok Houthi Yaman ke Tel Aviv pada Jumat (19/7) diakui sebagai kegagalan besar militer Israel. Hal ini diungkapkan koran berbahasa Ibrani, Maariv dalam laporannya pada 19 Juli.
Houthi menembakkan pesawat tanpa awak atau drone pada Jumat, menghancurkan bangunan apartemen di Tel Aviv.
Dalam laporannya berjudul “Apakah UAV di Tel Aviv hanyalah tembakan pembuka?”, Maariv menyatakan Angkatan Bersenjata Yaman dan gerakan perlawanan Ansarallah telah “mengeluarkan senjata pemecah permainan.”
"Tentu, ini sebuah kegagalan sistem pertahanan udara dan peringatan Israel. Ini adalah UAV yang besarnya harus diidentifikasi dan dicegat oleh Negara Israel,” kata pensiunan jenderal Israel, Amir Avivi kepada Maariv dalam laporan lainnya pada 19 Juli.
Komentator militer dan urusan keamanan untuk saluran televisi berbahasa Ibrani, Channel 14, Noam Amir mengatakan drone Houthi mampu menembus jarak 2.100 kilometer sampai mencapai Tel Aviv.
"Ini kegagalan besar angkatan darat Israel," cetusnya, seperti dikutip dari The Cradle, Minggu (21/7).
"Kepala Staf dan Komandan Angkatan Udara, bukan seorang juru bicara angkatan darat, harus menyampaikan pernyataan ke masyarakat Israel, dengan satu kata sederhana: Kita gagal," tulis koresponden militer Channel 14, Hillel Rosen-Biton.
"(Pemerintah) sekali lagi gagal melindungi orang Israel, terlepas dari sistem pertahanan paling canggih di dunia yang dimiliki tentara Israel," lanjut Rosen-Biton, mengacu pada operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Menurut laporan koran Haaretz, serangan Yaman tersebut mengindikasikan "fase baru" perang yang sedang berlangsung. Haaretz menambahkan, perang dengan cepat berkembang menjadi perang regional dan multi front.
"Bagaimana jika drone tersebut meledak di jantung Kementerian Pertahanan di Tel Aviv?" tanya Amir Bou Habout, pengamat militer situs berita Israel, Walla.
"Insiden drone itu membuktikan (sistem) pencegahan telah runtuh," lanjutnya.
Menurut media Israel, militer menyalahkan kegagalan mereka mencegah drone Houthi karena "kesalahan manusia/human error".
Angkatan Udara mengatakan pihaknya tengah memeriksa mengapa drone tersebut tidak bisa memicu sirene setelah memasuki wilayah udara Israel dari selatan.
Radio Tentara Israel melaporkan pada Jumat pagi, penyelidikan militer awal menunjukkan sistem pertahanan udara mendeteksi drone tersebut, tapi tidak dianggap sebagai ancaman udara. Karenanya, tidak ada alarm yang diaktifkan dan drone tersebut tidak ditembak jatuh.
Satu warga Israel tewas dalam serangan tersebut dan delapan lainnya terluka.