Gambar Asli Lambang Garuda Biru Peringatan Darurat yang Sedang Viral Ternyata dari Video YouTube Horor Fiktif
Gambar Lambang Garuda bertuliskan 'Peringatan Darurat yang viral di media sosial ternyata berasal dari penggalan video YouTube horor fiktif.
Publik tanah air belakangan dihebohkan dengan gambar lambang Burung Garuda dengan latar belakang berwarna biru tua bertuliskan 'Peringatan Darurat' di media sosial.
Gambar tersebut mendadak viral hingga menjadi trending topic di platform X usai pertama kali dibagikan oleh akun kolaborasi @narasinewsroom, @najwashihab, @matanajwa, dan @narasi.tv di platform Instagram.
Unggahan tersebut semakin meluas di media sosial usai para pesohor, aktivis hingga masyarakat ramai-ramai mengunggah dan membagikan gambar tersebut di akun media sosial mereka.
Menurut informasi,'Peringatan Darurat' merupakan gerakan yang dibuat secara massal untuk mengajak semua pihak mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan jalannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada 2024).
Gerakan ini mencuat setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati revisi Undang-Undang Pilkada yang menganulir putusan MK Nomor 60/PUU-XXII/2024 yang menetapkan syarat baru dalam pengajuan calon kepala daerah.
Meski belakangan jadi sorotan, gambar tersebut ternyata sudah ada sejak lama. Tak sedikit yang penasaran dari mana gambar asli dari 'Peringatan Darurat' tersebut.
Gambar Asli Milik YouTube Horor Fiktif
Gambar 'Peringatan Darurat' ternyata menjadi ciri khas dari sebuah video yang diunggah akun YouTube EAS Indonesia Concept yang mengangkat konsep analog horor.
EAS Indonesia Concept merupakan sebuah akun YouTube yang mengadopsi konsep dari The Emergency Alert System (EAS) yang mulanya adalah sistem peringatan kedaruratan nasional Amerika yang didesain untuk menyebarkan pesan darurat di tengah siaran televisi dan radio.
Pemilik akun mencoba menerapkannya ke versi Indonesia dengan membuat video horor fiktif atau kerap disebut analog horor.
Video yang dibagikan tersebut menampilkan gambar garuda biru dengan tulisan peringatan darurat berlatar biru disertai dengan alarm morse dan musik yang terkesan menyeramkan.
Konsep video singkat tersebut menampilkan tayangan siaran TV nasional yaitu TVRI dengan gaya video lawas tahun 1991. Menurut informasi, video itu diunggah pada 24 Oktober 2022.
Isi dari video itu sendiri adalah sebuah karya fiktif menceritakan tentang peringatan darurat untuk warga sipil Indonesia tentang adanya aktivitas anomali yang dideteksi oleh pemerintah.
Anomali tersebut diberikan kode ANM-021 dan dinamai MESEM. Penggambarannya adalah sebuah entitas yang tidak punya rambut, hidung dan mulut tapi memiliki badan manusia.
Anomali seram itu disebutkan hanya memiliki mata tertutup dan bisa menirukan suara makhluk hidup. Disebutkan kalau sang mahluk bisa membunuh dengan cara mengambil kepala korban. Warga pun dihimbau untuk berada di dalam rumah.
Gaya narasi yang tersebut tentu terkesan ambigu dan bisa menjadi sebuah hiburan belaka lewat kisah fiktif yang unik.
Meski terkesan misterius, video itu tidak memiliki arti yang pasti, hanya sebuah hiburan semata dengan tema analog horor Indonesia.
Makna gambar 'Peringatan Darurat'
Masifnya gerakan tersebut memantik beragam pertanyaan tentang apa makna dari gambar 'Peringatan Darurat' yang viral di media sosial tersebut.
Pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan gerakan 'Peringatan Darurat' ini muncul karena melihat DPR tidak menyerap aspirasi publik terkait aturan main Pilkada. Dia merasa DPR hanya menjadi corong bagi 'keluarga tertentu' memuluskan kepentingan politiknya.
"Peringatan darurat mungkin karena revisi uu pilkada yang dilakukan baleg itu arahnya ke sana yg dianggap tidak aspiratif dan tidak mengikuti keinginan publik," kata Ujang saat dihubungi.
Menurut Ujang, publik juga memiliki hak untuk mengkritik penyelenggaraan negara yang tidak demokratis. Gambar tersebut merupakan bentuk protes sekaligus kepedulian untuk menjaga demokrasi tetap subur di Indonesia.
"Saya melihat apa yang disampaikan netizen mungkin bagian dari pada kepedulian terhadap nasib bangsa kepedulian terhadap keadaan demokrasi yang dianggap mulai terdegradasi," ujar Ujang.
Lebih lanjut, Dia berharap gerakan publik ini didengar pemerintah dan DPR agar tak salah mengambil keputusan.
"Jadi memang pengaruh netizen cukup besar media sosial juga menjadi referensi dalam konteks pengambilan kebijakan juga dan dalam skala tertentu menjadi pendorong bagi Pemerintah dan DPR untuk bekerja lebih baik," pungkasnya.