Potret Agustinus Adisutjipto Penerbang Pesawat dengan Identitas Bendera Merah Putih Pertama Kali, Kini Namanya Abadi di Yogyakarta
Berikut potret Agustinus Adisutjipto penerbang pesawat dengan identitas Bendera Merah Putih pertama.
Bandar Udara (Bandara) di Indonesia banyak diambil dari nama-nama tokoh nasional. Tidak terkecuali Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Mungkin banyak yang tidak tahu, nama Adisutjipto berasal dari nama tokoh nasional.
Sosoknya adalah Agustinus Adisutjipto. Ia merupakan penerbang yang berhasil menerbangkan pesawat dengan identitas Bendera Merah Putih untuk pertama kalinya di atas langit Kota Yogyakarta.
Atas prestasinya itu, tidak heran namanya kini abadi di Yogyakarta sebagai nama Bandara. Lantas bagaimana potret Agustinus Adisutjipto penerbang pesawat dengan identitas Bendera Merah Putih pertama?
Melansir dari akun Instagram militer.udara, Selasa (29/10), simak ulasan informasinya berikut ini.
Penerbang Pesawat dengan Identitas Bendera Merah Putih Pertama
TNI Angkatan Udara melalui unggahan di akun Instagram resminya baru saja memperingati pertama kalinya pesawat identitas Merah Putih terbang. Pesawat yang terbang pada tanggal 27 Oktober 1945 ini diterbangkan oleh Agustinus Adisutjipto.
Sebelum terbang, pesawat ini sempat diperbaiki oleh Basir Surya dan Tjarmadi. Sehari usai diperbaiki, Agustinus Adisutjipto berhasil menerbangkan pesawat Cureng dengan identitas Bendera Merah Putih untuk pertama kalinya di atas Kota Yogyakarta selama 30 menit.
Keberhasilan Agustinus Adisutjipto menerbangkan pesawat Cureng beridentitas Bendera Merah Putih ini rupanya mampu menggerakkan semangat juang para pemuda. Khususnya untuk berusaha mengembangkan kekuatan udara nasional.
Jadi Tonggak Sejarah Penerbangan Nasional
Tidak hanya menggerakkan semangat juang. Keberhasilan Agustinus Adisutjipto ini juga menjadi tonggak sejarah penerbangan Nasional. Hal itu kemudian diperingati oleh segenap unsur penerbangan. Baik itu penerbangan militer maupun penerbangan sipil.
"Karena untuk pertama kalinya sejak Indonesia merdeka, pesawat identitas merah putih terbang di angkasa, dan dipiloti oleh seorang penerbang Indonesia," paparnya dalam keterangan foto.
Pada saat yang bersamaan, persiapan pelaksanaan Kongres Pemuda Seluruh Indonesia sedang dilaksanakan di Yogyakarta. Kongres ini bertujuan untuk menyatukan semangat, tekad, dan tindakan dalam menghadapi Sekutu, khususnya Pemerintahan Kolonial Belanda.
"Para pemuda yang berkumpul di Yogyakarta ini adalah utusan-utusan daerah yang nantinya akan melaksanakan rapat raksasa," tutupnya.
Sosok Agustinus Adisutjipto
Komodor Muda Udara (Anumerta) dr. Agustinus Adisutjipto merupakan seorang Pahlawan Nasional dan komodor udara Indonesia. Atas keberhasilannya menerbangkan pesawat Cureng dengan identitas Bendera Merah Putih untuk pertama kalinya, Ia dikenal sebagai Bapak Penerbang Indonesia.
Kecintaannya terhadap Tanah Air dan penerbangan, Adisutjipto mendirikan Sekolah Penerbang di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 15 November 1945. Atau lebih tepatnya di Lapangan Udara Maguwo.
Pada saat Agresi Militer Belanda I, Agustinus Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh diperintahkan terbang ke India menggunakan pesawat Dakota VT-CLA. Penerobosan blokade udara Belanda menuju India dan Pakistan berhasil dilakukan.
Sebelum pulang ke Indonesia, mereka singgah di Singapura untuk mengangkut bantuan obat-obatan Palang Merah Malaya. Sehingga pesawat baru berangkat kembali pada pukul 13.00 siang. Untuk diketahui pesawat ini mengangkut total 9 orang, di antaranya:
- Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto
- Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh
- Pilot, A.N Constantine, berkebangsaan Australia
- Co-pilot, R.L. Hazelhurst, berkebangsaan Inggris
- Juru Radio, Opsir Udara Adi Soemarmo Wirjokusumo
- Juru Teknik, Bhida RAM, berkebangsaan India
- Ny. A.N. Constantine
- Zainal Arifin, Atase Perdagangan RI di Singapura
- A. Gani Handonocokro.
Di sisi lain, Kasau Soerjadi Surjadarma telah menunggu kedatangan pesawat ini di Lanud Maguwo. Ia memerintahkan agar pesawat tidak perlu berputar-putar sebelum mendarat.
Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan serangan udara terhadap pesawat tersebut. Mengingat di dalam pesawat terdapat dua tokoh penting AURI, yaitu Agustinus Adisutjipto dan Abdul Rahman Saleh.
Saat mendekati Lanud Maguwo pada pukul 16.30 WIB, pesawat ini justru tetap berputar-putar untuk bersiap mendarat. Seperti yang ditakutkan, tiba-tiba dari arah Utara muncul dua pesawat Kittyhawk milik Belanda yang diawaki oleh Lettu B.J. Ruesink dan Serma W.E. Erkelens.
Kedua pesawat Kittyhawk ini langsung menembaki pesawat tersebut. Akibatnya pesawat hilang kendali hingga akhirnya jatuh di perbatasan Desa Ngoto-Wojo dan langsung terbakar. Hanya pesawatnya yang berhasil, semua orang di dalam pesawat meninggal dunia.
Agustinus Adisutjipto kemudian dimakamkan di pemakaman umum Kuncen I dan II. Akan tetapi, pada 14 Juli 2000, Ia dipindahkan ke Monumen Perjuangan TNI AU di Ngoto, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Untuk mengenang jasanya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, Lapangan Udara Maguwo kemudian berganti nama menjadi Bandara Adisutjipto. Nama tersebut pun masih dipakai hingga saat ini.