Sumanto Blak-balakan Tinggal di Yayasan Suka Makan Sate dan Daging Kambing 'Tidak Setiap Hari, Napas Enggak Kuat'
Berikut kabar terbaru Sumanto yang kini tinggal di Yayasan.
Sebagian orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan Sumanto. Sosoknya sempat menjadi buah bibir di tengah masyarakat luas beberapa tahun lalu. Bagaimana tidak, Sumanto begitu fenomenal lantaran kasusnya yang mengonsumsi daging manusia.
Sejak saat itulah, Sumanto dikenal sebagai manusia kanibal. Usai menjalani masa tahanan di Lapas, Sumanto kini tinggal di sebuah Yayasan.
Bersama dokter Stephanie, Sumanto berbagi cerita mengenai kehidupannya di Yayasan. Ia juga mengungkapkan makanan kesukaannya selama tinggal di sana.
Lantas bagaimana kabar terbaru Sumanto yang kini tinggal di Yayasan? Apa makanan kesukaan Sumanto saat ini? Melansir dari akun YouTube Dokter Stephanie, Senin (30/12), simak ulasan informasinya berikut ini.
Makanan Kesukaan Sumanto
Masih ingat dengan Sumanto? Sebagian orang mungkin sudah tidak asing lagi oleh sosoknya. Pria yang dikenal sebagai eks manusia kanibal ini telah keluar dari Lapas. Sempat tidak diterima oleh masyarakat luas, Sumanto kini tinggal di sebuah Yayasan.
Meskipun mendapatkan pendampingan dokter kejiwaan, Sumanto dapat berbagai cerita mengenai kehidupannya saat ini. Ia bahkan juga mengungkapkan makanan kesukaannya selama tinggal di Yayasan.
"Kalau di sini Pak Sumanto paling senang makan apa?," tanya dokter Stephanie.
"Jika dikasih nasi padang. Jika daging, bakar-bakaran. Sate pernah, daging ayam, ikan laut, daging kambing. Tapi tidak setiap hari, tidak kuat, napas tidak kuat," ungkap Sumanto.
Awal Mula Masuk Yayasan
Sebelumnya, pihak Yayasan berbagi cerita mengenai awal mula Sumanto bisa masuk ke Yayasan. Hal ini bermula dari kasus yang menjerat Sumanto.
Karena kasusnya, Sumanto sempat tidak diterima oleh masyarakat luas. Beruntung, Sumanto kemudian ditolong oleh salah seorang warga yang mengizinkannya untuk tinggal di Yayasannya.
"Alhamdulillah waktu itu bapak terpanggil dengan berita adanya Sumanto keluar dari Lapas waktu itu. Ternyata dari masyarakat tidak ada yang mau menerima," kata Ibu Siti, istri mendiang Bapak Haji Supono.
"Dengan demikian Bapak Haji Supono itu terpanggil untuk membawa Sumanto, dibawa ke Yayasan An-Nur. Kemudian seizin dari Bapak Bupati dan juga keluarganya, 'Bagaimana kalau Sumanto dibawa ke Yayasan An-Nur'. Alhamdulillah diizinkan," lanjutnya.
Mendiang Bapak Supono tidak serta merta langsung membawa Sumanto untuk tinggal di Yayasannya. Ia juga memanggil keluarga Sumanto untuk datang ke Yayasannya. Hal ini sebagai bukti bahwa Sumanto nantinya akan dirawat dan tinggal di Yayasan tersebut.
"Keluarganya juga dipanggil ke sini untuk bertemu," ujar Ibu Siti.
"Bapak ingin tahu 'kenapa sih masyarakat waktu itu tidak mau menerima. Kasihan, kita kan punya hak untuk hidup bersama'," sambungnya.
Kondisi Sumanto saat Keluar Lapas
Ibu Siti pun mengungkapkan bagaimana kondisi Sumanto saat baru keluar dari Lapas. Berbeda dengan sekarang, saat itu Sumanto masih memiliki rambut yang panjang.
"Karena waktu itu sudah menghuni di Lapas beberapa waktu lama, ya masih asing. Rambutnya masih panjang, masih gondrong," ujar Ibu Siti.
Lebih lanjut, putri mendiang Bapak Supono, dokter Mulyasari menjelaskan bagaimana sosok Sumanto yang awalnya tidak diterima di masyarakat sampai diterima. Rupanya, penerimaan Sumanto di masyarakat ini juga karena campur tangan sang ayah.
"Sebenarnya memang menjadi pro-kontra juga untuk keluarga. Karena Pak Sumanto kan memang fenomenal yang di sana tidak diterima, kemudian kita menerima. Sebenarnya waktu itu kita masih agak takut, ada rasa gimana gitu. Tapi karena bapak meyakinkan dan setelah Sumanto masuk sini ternyata memang seperti pasien-pasien lain di sini. Tidak seperti yang orang lain pikirkan," ujar putri bapak Haji Supono, dokter Mulyasari.
"Kendalanya mungkin penerimaan masyarakat. Butuh pendekatan khusus ya, karena tadi sosok Sumanto itu bukan sosok biasa yang masyarakat kenal. Jadi bagaimana bapak menjelaskan ke masyarakat. Sumanto juga sangat kooperatif, tidak membahayakan. Jadi seiring berjalannya waktu, kita semua bisa menerima," lanjutnya.