3 Konglomerat Pemilik Jaringan Bioskop di Indonesia
Merdeka.com - Di era teknologi yang semakin canggih, peran bioskop sampai saat ini belum tergantikan. Setiap harinya bioskop-bioskop di Indonesia selalu dipenuhi oleh penonton.
Meski tak sedikit masyarakat gemar menonton film secara digital, tapi tetap saja bioskop salah satu tempat yang tak pernah sepi. Tapi tahukah Anda siapa sih pemilik jaringan tempat-tempat bioskop yang beredar di Indonesia. Berikut merdeka.com ulas dari berbagai sumber:
Cineplex 21 Group
-
Siapa yang membangun bioskop pertama di Medan? Di Medan, pada tahun 1889 telah dibangun bioskop pertama yang didirikan oleh seorang Belanda bernama Michael.
-
Siapa yang mendirikan perusahaan ini? OCDA, yang dibentuk tahun ini oleh seseorang yang dikenal sebagai Calimar White, seorang komedian dan aktor dengan hampir 280.000 pengikut di Instagram, telah menarik perhatian banyak orang.
-
Siapa saja yang bekerja di usaha ini? Setelah usahanya berkembang, Delli dan Aulia mempekerjakan lima karyawan tetap, serta freelance untuk membantu.
-
Apa nama bioskop pertama di Medan? Bioskop tersebut bernama De Oranje Bioscoop yang pada saat itu masih menayangkan film-film bisu yang menceritakan kisah orang-orang Belanda maupun Eropa.
-
Kenapa bioskop keren New Beverly Cinema terkenal? New Beverly Cinema adalah bioskop yang terkenal di Los Angeles dengan fokus pada film-film klasik dan independen.
-
Di mana bioskop pertama di Indonesia? Rumah seorang pengusaha ini dialihfungsikan sebagai bioskop dengan nama 'The Royal Bioscoope'.
Bioskop pertama kali yang hadir di Indonesia ialah Cineplex 21 Group. Jaringan bioskop itu didirikan oleh Sudwikatmono yang bekerjasama dengan Benny Suherman dan Harris Lesmana. Namun pada tahun 1999 Sudwikatmono melepaskan kepemilikan jaringan bioskop 21 itu kepada partnernya, Benny Suherman dan Harris Lesmana.
Cineplex 21 Group mulai pada 21 Agustus 1987. Saat itu studio pertama dibangun di Jalan MH Thamrin Kav 21. Dari nomor jalan itulah angka 21 diambil buat nama Cineplex 21 Group. Tapi beredar kabar pula bahwa 21 akronim dari nama si pemilik yaitu Su-Dwi-kat-Mono.
Cineplex 21 Group terdiri dari, Cinema 21, Cinema XXI, The Premiere, IMAX. Ketiganya memiliki pangsa pasar berbeda. Misalnya, Cinema 21 target pasar semua kalangan sementara The Premier ditujukan bagi penonton yang lebih suka tempat mewah. Salah satu keunggulan dari Cineplex 21 memiliki teknologi tata suara Dolby Atmos dan THX. Jaringan bioskop sudah mempunyai ribuan layar tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
CGV Cinemas
CJ CGV merupakan perusahaan bioskop asal Korea Selatan yang memiliki banyak cabang di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Di Indonesia, CGV didirikan pada tahun 2006 oleh Ananda Siregar dan David Hilman.
Ananda Siregar merupakan pria kelahiran 1975. Dia putra bungsu dari mantan Menteri Perdagangan, Arifin Siregar. Ananda Siregar alumni universitas Northwestern Chicago dengan mengambil pendidikan Psikologi dan Ekonomi. Sementara David Hilman merupakan Chief Operational Officer Agung Sedayu Retail Indonesia.
Keduanya kompak mengembangkan bisnis bioskop hingga besar seperti sekarang. Saat pertama kali diluncurkan CGV bernama Biltzmegaplex, namun pada tahun 2015 berganti nama jadi CGV Blitz. Dan sekarang hanya CGV. CGV membuka jaringan bioskop pertamanya di Paris Van Java Mall, Bandung. Beberapa waktu lalu CGV meraih penghargaan dari MURI sebagai bioskop dengan layar terbesar di tanah air yaitu di auditorium 1 di CGV Cinemas Grand Indonesia.
Cinemaxx
Jaringan bioskop lainnya di Indonesia yaitu Cinemaxx. Bioskop ini didirikan pada tahun 2013 oleh Brian Riady, cucu konglomerat Indonesia Mochtar Riady. Brian Riady merupakan alumni Universitas Texas Amerika Serikat jurusan Studi Komunikasi Politik dan Ekonomi. Sebelum mendirikan Cinemaxx, dia sempat bekerja sebagai analis investasi perbankan di Credit Suisse, New York.
Namun akhirnya memilih balik ke Indonesia dan membangun bisnis bioskop. Meski terbilang baru, namun Cinemaxx telah mencuri hati penikmat film. Jaringan bioskop ini sudah banyak membuka layar di mal-mal seluruh Indonesia, khususnya mal milik Lippo Group. Sebagai bioskop termuda dari Cineplex 21 Group dan CGV, Cinemaxx diprediksi bakal mampu bersaing dan menjadi semakin besar.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Benny Suherman memiliki 54 persen saham Cinema XXI melalui perusahaan induknya Harkatjaya Bumipersada.
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya membongkar rumah produksi film dewasa di Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaTiga pengusaha Indonesia yang sukses jadi konglomerat berkat bisnis di sektor teknologi.
Baca SelengkapnyaPerubahan susunan direksi dan komisaris ini berdasarkan Keputusan Menteri BUMN dan Direktur Utama BRI.
Baca SelengkapnyaMelalui PT Gudang Garam, Susilo menambah usaha yang dia miliki. Susilo merambah ke sektor non tembakau.
Baca SelengkapnyaTak hanya sukses berkarier di dunia hiburan saja, para artis cantik ini juga sukses menjadi komisaris di perusahaan ternama.
Baca SelengkapnyaProspek pertumbuhan industri bioskop di Indonesia yang tercermin dari minat investor pada masa penawaran awal dan umum.
Baca SelengkapnyaMenurut Raffi, dengan keberadaan bioskop Sam's Studios yang hanya menayangkan film-film Indonesia tentunya membawa angin segar.
Baca SelengkapnyaCinema XXI akan menawarkan sebanyak-banyaknya 8,33 miliar saham baru, dengan harga penawaran saham berkisar Rp270-Rp288 per saham.
Baca SelengkapnyaPendapatan utama berasal dari bioskop yang memberikan kontribusi sekitar 60,2 persen.
Baca SelengkapnyaTiga orang yang ditangkap berinisial N selaku teknisi server, L sebagai pimpinan operator dan D sebagai salah satu pimpinan perusahaan.
Baca Selengkapnya