Dampak Mengerikan Jika AS Gagal Bayar Utang, Dunia Terancam Masuk Resesi Sangat Dalam
Merdeka.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah berjibaku untuk menghindari gagal bayar (default) utang dalam jumlah besar. Per Februari 2023, nilai utang pemerintah AS menyentuh USD 31,45 triliun atau sekitar Rp462.000 triliun.
Di sisi lain, pembicaraan antara Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy gagal menghasilkan kesepakatan untuk menaikkan batas utang pemerintah AS beberapa minggu menjelang defaul. Sehingga, AS bisa mulai kehabisan uang jika Kongres gagal menaikkan plafon utang pada akhir bulan.
"Para pemimpin tertinggi Partai Republik bertemu dengan Presiden AS Joe Biden pada hari Selasa di Gedung Putih untuk mencoba menyelesaikan perselisihan tersebut, tetapi pembicaraan tersebut bubar tanpa terobosan besar," tulis DW.com, Kamis (11/5).
-
Apa tugas berat seorang Menteri Keuangan? Faisal Basri menyampaikan tugas berat seorang Menkeu adalah mengelola pendapatan, mengelola pengeluaran, menyeleksi alokasi anggaran. Hingga akhirnya memastikan anggaran negara digunakan sesuai dengan tujuannya.
-
Siapa yang dirasa bertanggung jawab atas kenaikan utang? 'Kita di-prank, yang terjadi justru kita bisa tahu kenaikan tertinggi sepanjang sejarah Republik ini ada di tangan Jokowi,' terang Eko.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana uang bisa menjadi penimbun kekayaan? Uang sebagai penimbun kekayaan artinya uang merupakan bagian kekayaan seseorang atau perusahaan dalam menunjukkan seberapa besar kekuatan finansial yang dimiliki.
-
Siapa yang merasa sulit mengimbangi inflasi? Sayangnya, inflasi tinggi membuat uang yang mereka miliki saat ini seperti tidak berarti. Sekitar 67 responden dalam survei itu mengatakan bahwa mereka tidak mampu mengimbangi inflasi.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
Lantas apa dampaknya terhadap ekonomi dunia jika AS gagal bayar utang?
Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan bahwa kebuntuan untuk menaikkan plafon itu secara efektif dapat menjadi ancaman serius ekonomi global maupun AS.
"Kekacauan keuangan dan ekonomi akan terjadi dari setiap kegagalan untuk menaikkan plafon utang. Default dapat sangat melemahkan perdagangan global dan membuat seluruh dunia jatuh ke dalam resesi yang dalam," kata Janet Yellen.
Menurutnya, gagal bayar yang lebih serius akan menyebabkan penurunan tajam dalam nilai tukar USD. Kondisi ini menyebabkan fluktuasi nilai tukar yang kacau, dan melonjaknya harga minyak dan komoditas lainnya. Jika harga minyak naik, maka harga BBM juga bakal ikut naik.
"Inflasi global mungkin naik lagi dan masalah rantai pasokan, yang menghambat perdagangan setelah pandemi Covid-19, dapat memburuk karena kurangnya kepercayaan pada sistem keuangan," ungkapnya.
Selanjutnya, investor global kemudian akan mempertanyakan nilai obligasi AS, yang dipandang sebagai salah satu investasi teraman dan berfungsi sebagai blok bangunan sistem keuangan dunia. Default dapat sangat melemahkan perdagangan global dan membuat seluruh dunia jatuh ke dalam resesi yang dalam.
Bagi ekonomi AS, default akan memaksa Departemen Keuangan AS untuk memprioritaskan pengeluaran. Dalam hal ini, pembayaran utang dan pembayaran bunga dilakukan terlebih dahulu.
Itu bisa berarti penundaan pembayaran gaji puluhan juta pekerja sektor publik, termasuk guru. Selain itu, pembayaran jaminan sosial dan subsidi perawatan kesehatan untuk orang Amerika yang lebih tua dan rentan, termasuk veteran militer, juga dapat ditunda.
Penasihat ekonomi Presiden Biden juga telah memperingatkan bahwa default akan merugikan ekonomi AS dan memangkas 500.000 pekerjaan. Mereka percaya default ‘berlarut-larut’ akan membuat PDB anjlok sebesar 6 persen dengan hilangnya puluhan ribu bisnis dan sekitar 8,3 juta pekerjaan - hampir sebanyak selama krisis keuangan 2008.
5 Negara Paling Banyak Beri Utang ke Amerika Serikat
Berikut 5 daftar negara pemberi utang terbanyak ke Amerika Serikat:
1. Jepang
Jepang merupakan pemegang surat utang terbesar ke AS, dengan kepemilikan treasury (surat utang atau obligasi) sebanyak USD 1,08 triliun per November 2022. Dengan ini, Jepang mengalahkan China sebagai pemegang utang asing terbesar di AS.
2. China
China mendapat banyak perhatian karena memegang sebagian besar utang pemerintah AS. Mengingat ekonominya berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, mungkin hal ini seharusnya tidak mengejutkan.
China menempati posisi kedua di belakang Jepang. Tercatat, kepemilikan treasury terhadap AS mencapai USD 870 miliar per November 2022.
3. Inggris
Investor Inggris meningkatkan kepemilikan mereka atas utang AS menjadi USD 645,8 miliar pada November 2022. Ini meningkat dari USD 641,3 miliar bulan sebelumnya.
Investasi Inggris dalam utang AS mungkin terkait dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi di Inggris. Inggris memegang 8,87 persen dari utang luar negeri AS
4. Belgia
Kepemilikan besar Belgia atas Treasuries AS telah meningkat secara substansial dalam beberapa bulan terakhir. Pada November 2022, Belgia memiliki utang AS sebesar USD 332,9 miliar. Nilai ini setara 4,57 persen dari total utang luar negeri.
5. Luksemburg
Luksemburg adalah pemegang utang AS terbesar kelima di antara negara-negara asing sekaligus memiliki salah satu PDB per kapita tertinggi USD 133.590 pada 2021, data terbaru tersedia. Pada November 2022, Luxembourg memegang USD 312,9 miliar dalam Departemen Keuangan AS. Ini setara dengan 4,3 persen dari total kepemilikan asing.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Angka pengangguran yang melonjak tak terduga di Amerika Serikat (AS).
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaRamalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Baca SelengkapnyaInflasi di AS pada bulan Juni menunjukkan penurunan di angka 3 persen, didorong oleh menurunnya tekanan harga energi dan sektor perumahan.
Baca SelengkapnyaTingkat inflasi di US yang sulit turun salah satunya dipicu oleh kenaikan harga energi.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan perekonomian global masih melemah saat ini
Baca SelengkapnyaKondisi ekonomi global 2023 diprediksikan oleh banyak lembaga internasional merupakan tahun yang cukup gelap.
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaTekanan yang dialami negara-negara maju itu dipengaruhi kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaPenurunan suku bunga AS umumnya digunakan untuk merangsang ekonomi ketika ada ancaman resesi.
Baca SelengkapnyaSituasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot.
Baca Selengkapnya