Generasi milenial Asia Tenggara yakin ekonomi cerah
Merdeka.com - Mayoritas generasi milenial Asia Tenggara menunjukkan optimisme tinggi terhadap perekonomian di masa mendatang. Ini lantaran kawasan dihuni sebelas negara tersebut mengalami pertumbuhan kesejahteraan, percepatan pembangunan teknologi dan infrastruktur, dan perluasan akses pendidikan.
Demikian hasil studi indeks kepercayaan konsumen terbaru Mastercard, seperti diberitakan Nikkei Asian Review, kemarin
Studi dilakukan terhadap responden berusia 18-29 tahun yang tersebar di 17 negara, termasuk Jepang dan Selandia Baru. Para responden milenial itu ditanya seputar ekonomi, prospek pekerjaan, dan kualitas hidup di negara masing-masing.
-
Dimana negara berkembang di benua Asia? Negara Berkembang di Benua Asia Bhutan, Kazakstan, Mongolia, Armenia, Afghanistan, Bangladesh, Brunei, Kamboja, China, India, Korea Utara, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, Palestina.
-
Apa yang membuat Indonesia jadi timnas Asia yang berkembang pesat? 'Indonesia mungkin adalah tim Asia yang paling pesat perkembangannya, didukung oleh sejumlah pemain naturalisasi yang berkarier di Eropa,' ungkap Arabnews.
-
Bagaimana pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun? Pertumbuhan penduduk periode 2020-2045 rata-rata sebesar 0,67 persen setiap tahun.
-
Apa saja yang mendorong pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia? Program utama 'Peta Jalan Indonesia Digital 2022-2024' menjadi bukti nyata. Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 100 ribu menara BTS yang tersebar di seluruh negeri, yang memberikan akses internet ke lebih dari 94% kota di Indonesia.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
Jawaban mereka akan dinilai dengan skala 0 hingga 100. Angka 0 mencerminkan pesimisme maksimum dan 100 menandakan optimisme total.
Hasilnya, generasi milenial dari negara berkembang seperti kamboja, Burma atau Myanmar, dan Vietnam memerlihatkan optimisme level tinggi. Kontras dengan generasi milenial di negara yang lebih maju, seperti Singapura dan Malaysia, sangat pesimistis.
Dilihat skor, Kamboja mendapat 95,4 poin, Myanmar (94), dan Vietnam (93,2). Sebaliknya, Singapura (47,3), dan Malaysia (42,6).
Salah satu penyebab utama kesenjangan indeks tersebut adalah Vietnam, Myanmar, dan Kamboja dinilai memiliki potensi mendapatkan keuntungan investasi lebih banyak ketimbang Singapura dan Malaysia. Pada akhirnya, keuntungan ini bakal menciptakan peluang pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan mobilitas sosial.
"Para generasi muda ini baru mendapatkan kesenangan lantaran menghadapi berbagai peluang di depan. Sesuatu hal yang sudah dialami generasi muda di negara maju," isi studi Mastercard.
Studi juga memprediksi generasi milenial yang naik peringkat menjadi masyarakat kelas menengah bakal banyak menghabiskan duit untuk belanja dan konsumsi . Dan, itu bisa menjadi stimulan pertumbuhan ekonomi. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
ASEAN memiliki 3 potensi untuk menjadikan kawasan ASEAN yang kokoh, inovatif, dinamis dan berpusat pada masyarakat.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan basis manufaktur alternatif yang kompetitif dan sekaligus memiliki konsumsi dalam negeri yang kuat.
Baca SelengkapnyaMillenial dianggap menjadi penentu masa depan Indonesia
Baca SelengkapnyaPemerintah terus melakukan kerja sama dengan berbagai paltform teknologi asing
Baca SelengkapnyaMentan Amran menyatakan, kaum millenial memiliki potensi besar untuk membawa inovasi dalam pertanian.
Baca SelengkapnyaKekayaan global di negara-negara berkembang akan menembus batasan 30 persen pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaAirlangga mengatakan, untuk mewujudkan visi Indonesia emas, Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kekuatan pertama.
Baca SelengkapnyaKeberhasilan hilirisasi nikel yang mampu mengerek ekonomi daerah sentra pengolah nikel.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda yang berkualitas akan menjadi ujung tombak dalam mendorong Indonesia yang berdaya saing secara global.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaBagi para pebisnis kelas UMKM, digitalisasi membawa bisnis konvensionalnya naik level.
Baca SelengkapnyaIndonesia masih dihadapkan pada tantangan besar untuk menuju ekonomi digital.
Baca Selengkapnya