Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Harga minyak longsor, utang raksasa migas cetak rekor

Harga minyak longsor, utang raksasa migas  cetak rekor Ilustrasi Migas. shutterstock.com

Merdeka.com - Sejumlah perusahaan energi raksasa ditengarai tengah kian terbebani utang, menyusul tren penurunan harga minyak mentah. Ini meningkatkan kekhawatiran akan kemampuan mereka membayar dividen dan menemukan sumber minyak baru.

The Wall Street Journal, kemarin, melaporkan bahwa jumlah utang bersih empat raksasa migas dunia mencapai USD 184 miliar. Naik lebih dari dua kali lipat ketimbang jumlah utang pada 2014, kala harga minyak mentah mulai terlihat longsor hingga akhirnya sempat menyentuh titik terendah, USD 27 per barel awal tahun ini.

Adapun empat raksasa itu adalah Exxon Mobil Corp., Royal Dutch Shell PLC, BP PLC, dan Chevron Corp. Eksekutif ke empat korporasi tersebut telah menyakini para investor bahwa mereka bakal memiliki cukup uang untuk membayar dividen dan investasi pada 2017.

Namun, para pemegang saham menanggapi skeptis. "Perusahaan-perusahaan itu tidak akan mampu menjaga kemampuan membayar dividennya di level USD 50-USD 60. Minyak ini tidak berkelanjutan," kata Michael Hulme, Manajer Carmignac Commodities Fund yang memiliki saham di Shell dan Exxon.

Hal senada diungkapkan Jonathan Waghorn, manajer portofolio Guinness Atkinson Asset Management Inc. Menurutnya, tumpukan utang bakal melumpuhkan kemampuan perusahaan untuk investasi dan menggenjot produksi migas.

"Anggaran belanja mereka tidak akan cukup untuk meningkatkan produksi," kata Jonathan. Perusahaannya mengontrol lebih dari USD 400 dana investasi energi juta. Termasuk didalamnya kepemilikan saham Exxon, BP, Chevron, dan Shell.

Raksasa migas itu meyakini bahwa mereka memiliki banyak cara untuk mengikis tumpukan utang tersebut. Diantaranya, penjualan aset, menawarkan investor penambahan kepemilikan saham ketimbang pembayaran dividen, dan penghematan.

Mereka juga mengatakan bahwa tumpukan utang tersebut hanya bersifat sementara. Itu akan menyusut seiring penaikan harga minyak mentah dan selesainya restrukturisasi perusahaan.

Namun, para analis dan investor berpendapatan bahwa penurunan tajam harga minyak bakal membuat perusahaan kian sulit mengumpulkan duit dengan cara penjualan aset untuk melunasi utang. Mengalihkan kepemilikan saham ke investor juga dinilai hanya akan menimbun kesulitan bayar dividen di kemudian hari.

Disisi lain, keuntungan besar yang masih didapat perusahaan dari bisnis pengilangan diperkirakan bakal segera berakhir. Sebab, produksi bensin yang melimpah membuat erosi harga bahan bakar.

"Pertanyaannya bisakah mereka melewati tahun ini dan tahun depan tanpa harus melakukan sesuatu yang radikal, seperti, memangkas pembayaran dividen?" kata Iain Reid, Analis Senior Macquarie Capital. (mdk/yud)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Waspada, Perang Israel Vs Hamas Berpotensi Buat Harga Minyak Dunia Sentuh Level Tertinggi Sejak 2008
Waspada, Perang Israel Vs Hamas Berpotensi Buat Harga Minyak Dunia Sentuh Level Tertinggi Sejak 2008

Perekonomian global akan menghadapi guncangan energi ganda untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Baca Selengkapnya
Akibat Konflik Iran Vs Israel, Subsidi BBM di Indonesia Bengkak Jadi Rp249,86 Triliun
Akibat Konflik Iran Vs Israel, Subsidi BBM di Indonesia Bengkak Jadi Rp249,86 Triliun

Serangan balasan Iran ke Israel memicu kenaikan harga minyak dunia dan berakibat subsidi BBM bengkak.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Ini Biang Kerok Buat Anggaran Perlindungan Sosial Membengkak Setiap Tahun
Ternyata, Ini Biang Kerok Buat Anggaran Perlindungan Sosial Membengkak Setiap Tahun

kenaikan anggaran perlinsos tahun ini utamanya disumbang lebih besar oleh kenaikan anggaran subsidi energi dan pergerakan nilai tukar Rupiah.

Baca Selengkapnya
Kejar Target Lifting Minyak, SKK Migas Butuh Investasi USD186,7 M Hingga 2023
Kejar Target Lifting Minyak, SKK Migas Butuh Investasi USD186,7 M Hingga 2023

SKK Migas menargetkan lifting minyak hingga 1 juta barel per hari hingga 2030.

Baca Selengkapnya
Harga Komoditas Membaik, MedcoEnergi Raup Untung USD 242 Juta Hingga September 2023
Harga Komoditas Membaik, MedcoEnergi Raup Untung USD 242 Juta Hingga September 2023

Utang konsolidasi tercatat sebesar USD 2,9 miliar turun sebesar 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya,

Baca Selengkapnya
Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Kondisi Ekonomi AS yang Mengecewakan
Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Kondisi Ekonomi AS yang Mengecewakan

Data pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya
Ini Sumbangsih Industri Hulu Migas untuk Ketahanan Energi, Sedot Investasi Rp206 Triliun dan Sediakan 150.000 Lapangn Kerja
Ini Sumbangsih Industri Hulu Migas untuk Ketahanan Energi, Sedot Investasi Rp206 Triliun dan Sediakan 150.000 Lapangn Kerja

Selama kurang lebih dua dekade terakhir, industri hulu migas telah menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak.

Baca Selengkapnya
Harga Minyak Dunia Melambung Tinggi, Subsidi BBM Bakal Makin Membengkak
Harga Minyak Dunia Melambung Tinggi, Subsidi BBM Bakal Makin Membengkak

Alokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.

Baca Selengkapnya
Naik 18 Persen, Pertagas Raup Untung USD 196,7 Juta Sepanjang 2023
Naik 18 Persen, Pertagas Raup Untung USD 196,7 Juta Sepanjang 2023

Dua segmen bisnis utama Pertagas, transportasi gas dan minyak yang berkontribusi sekitar 54 persen terhadap kinerja keuangan.

Baca Selengkapnya
Diam-Diam, Harga Eceran MinyaKita Naik Jadi Rp15.700 per Liter dan Berlaku Pekan Depan
Diam-Diam, Harga Eceran MinyaKita Naik Jadi Rp15.700 per Liter dan Berlaku Pekan Depan

Permendag terkait HET MinyaKita telah diharmonisasi pada Kamis (18/7) malam.

Baca Selengkapnya
Utang Israel Membengkak, Tembus Rp695 Triliun Akibat Agresi di Gaza
Utang Israel Membengkak, Tembus Rp695 Triliun Akibat Agresi di Gaza

Jumlah utang ini naik dua kali lipat dari tahun 2022.

Baca Selengkapnya
Utang Israel Membengkak Jadi Rp694 Triliun Usai Serang Gaza
Utang Israel Membengkak Jadi Rp694 Triliun Usai Serang Gaza

sepanjang 2022, Israel menumpuk utang USD 16,9 miliar atau sekitar 63 miliar shekel.

Baca Selengkapnya