Ini Faktor Penyebab Menurunnya Kinerja Industri Gula di Indonesia
Merdeka.com - Ketua Umum Dewan Pembina DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) HM Arum Sabil mengeluhkan kondisi industri gula yang saat ini menunjukkan penurunan kinerja. Salah satu bukti yakni jumlah produksi gula yang menurut dia mengalami penurunan.
Dia menuturkan, berdasarkan catatan sejarah, industri gula telah menjadi industri tertua dan unggulan sejak jaman kolonialisme. Pada era sebelum Perang Dunia II tahun 1930-1940, pulau Jawa menjadi salah satu penghasil gula terbesar di dunia, sekaligus sebagai pengekspor gula terbesar kedua setelahKuba.
Pada waktu itu, pabrik gula di Indonesia bisa menghasilkan hingga 3 juta ton per tahun dengan luas areal lahan tebu sebesar 200.000 hektare.
-
Apa penyebab produksi gula Indonesia kalah saing dengan Brazil? 'Brazil dan Indonesia sama-sama terletak di Garis Khatulistiwa. Hal ini perlu menjadi bahan refelksi kita bersama,' kata Arief dalam acara Nasional Sugar Summit (NSS) 2023, Jakarta, Rabu (13/12). Arief menilai pemerintah dan para pemangku kepentingan (stakeholder) perlu merefleksikan diri dan melihat kesuksesan Brazil dalam mengelola tebu. Sehingga menjadi negara dengan pengeskpor terbesar di dunia.
-
Kenapa harga gula naik? Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram. Gula pasir eceran yang biasanya dihargai Rp12.000 per kilogram kini menjadi Rp17.000 per kilogram. Begitu juga dengan gula premium yang semula harganya Rp14.000 per kilogram kini menjadi Rp18.000 per kilogram.
-
Kenapa konsumsi beras di Indonesia turun? Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, mengatakan jika diselisik lebih jauh, data konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia mengalami penurunan.
-
Apa yang terjadi pada Pabrik Gula Ceper sekarang? Kini pabrik gula ini memang sudah tidak beroperasi lagi. Namun bangunan utama pabrik beserta bangunan pendukung lainnya masih dapat dijumpai.
-
Kenapa Pabrik Gula Tanjung Tirto ditutup? Namun pada 1 November 1933, Pabrik Gula Tanjung Tirto ditutup dan dilebur dengan Pabrik Gula Bantul.
-
Dimana gula merah sawit ini diproduksi? Lahirkan Langkah Inovatif Purwaris, pemilik pabrik pembuatan gula merah di Dusun Harapan I, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) membuat inovasi baru pada bahan baku utamanya, yaitu diambil dari limbah kelapa sawit.
"Kita kejayaan luas area tebu 200 ribu hektare produksi 2,9 juta ton hampir 3 juta ton. Tahun 1930. Waktu itu dikenal pengekspor terbesar kedua setelah Kuba," ungkapnya, dalam diskusi di Jakarta, Jumat (28/6).
Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang saat ini sedang berjalan. Saat ini luas lahan tebu sekitar 400.000 hektar. Namun produksi gulanya malah turun. Diketahui pada tahun 2018 capaian produksi gula nasional mencapai 2,1 juta ton.
"Di zaman modern luas areal kita berkurang. Tiga tahun kalau 470.000 ha bisa 500.000 ha. tiga tahun belakangan ini jadi luas 400.000 ha, berkurang hampir 70.000 ha," ujar dia.
Dia membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan turunnya industri gula di tanah air. Salah satunya disebabkan belum sinergisnya kebijakan pemerintah dengan arah pemberdayaan pertanian tebu.
"Karena tampaknya tidak ada sinergi kebijakan pemerintah dengan arah bagaimana pemberdayaan pertanian. Dan pertanian tebu belakang ini tidak memiliki nilai ekonomi bagi petani sehingga semangat menanam tebu menjadi runtuh. Itu yang buat luas lahan menurun," tandasnya.
Selain itu masalah efisiensi pabrik tebu juga menjadi faktor turunnya industri gula tanah air. "Kenapa pada tahun 1930 itu luas 200 ribu ha tapi bisa menghasilkan 3 juta ton? Karena waktu itu punya efisiensi yang sangat tinggi. Rendemennya 12-14 persen," kata dia.
Faktor berikut yang dia sebut menjadi penyebab, yakni tidak berkembang lembaga riset dan penelitian. Padahal lembaga riset menjadi ujung tombak yang menghasilkan varietas-varietas tebu unggul.
"Saat ini walaupun areal hampir 2 kali lipat, yang terjadi saat ini krisis variasi unggul. Lembaga riset seperti Pusat Penelitian Gula Indonesia di Pasuruan, varietas tebu sampai hampir di atas 5.000 tidak dikelola karena para peneliti dibiarkan terlantar, karena sibuk dengan urusan ekonominya dan lembaga riset ini dibiarkan merana," jelasnya.
"Padahal kita tahu negara-negara produsen gula terbesar di dunia, bisa memiliki daya saing dan maju karena penelitian dan lembaga riset dijadikan garda terdepan," imbuhnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gula merupakan bahan baku utama bagi industri minuman Indonesia. Sehingga, dengan naiknya harga gula dunia membuat pelaku usaha terbebani.
Baca SelengkapnyaPenurunan produksi gula tidak sejalan dengan pertumbuhan gula konsumsi yang terus meningkat setiap tahun.
Baca SelengkapnyaHarga gula dunia terus mengalami peningkatan yang disebabkan beberapa faktor.
Baca SelengkapnyaPadahal kedua negara tersebut merupakan dilalui oleh garis khatulistiwa.
Baca SelengkapnyaPasalnya, selama menjabat sebagai Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi dinilai gagal dan tidak becus dalam mengurus beras di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat jumlah kelas menengah pada tahun 2019 mencapai 57,33 juta orang.
Baca SelengkapnyaBahan baku makanan minuman masih didominasi oleh impor dari luar negeri, sehingga hal itu memberikan efek terhadap Industri tersebut.
Baca SelengkapnyaSelama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.
Baca Selengkapnyaresiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga gula ini jauh melampaui dari harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp14.500 per kilogram.
Baca Selengkapnya"Mereka cerita apa tolong kami pak, karet kami harganya hancur sudah, pupuknya mahal, obat-obatanya mahal," kata Ganjar
Baca Selengkapnya