Muhammad Nur Amin, Wujud Nyata Kisah Tukang Bubur Naik Haji
Merdeka.com - Kisah tukang bubur naik haji tidak hanya sebatas sinetron. Muhammad Nur Amin, menjadi wujud nyata jika orang yang berhaji tidak selalu berasal dari ekonomi tinggi.
Nur Amin memulai usaha buburnya pada Oktober 2012. Pria asal Blitar itu berasal dari keluarga ekonomi pas-pasan. Satu waktu, dia melihat tetangganya baru pulang ibadah haji. Hati Nur Amin terketuk untuk bisa menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Namun, dia menyadari tidak memiliki cukup uang untuk berangkat haji.
Enam bulan usai kepulangan tetangganya dari ibadah haji, Nur Amin bertemu temannya. Dia berdiskusi usaha yang bisa dicoba oleh Nur Amin. Temannya itu menyarankan berjualan bubur. Namun dia sempat ragu jika berjualan bubur di Blitar bisa laku. Namun dia berinisiatif untuk mencoba berjualan bubur bayi.
-
Bagaimana Pak Rohmat bisa berangkat haji? Diawali dari niat tersebut, mereka mampu melunasi talangan haji berkat kegigihan dalam menabung.
-
Bagaimana cara orang berhaji? Biasanya, ada serangkaian acara yang dilakukan menjelang seseorang menunaikan ibadah Haji. Salah satunya yakni momen berpamitan kepada sanak, saudara, hingga orang-orang terdekat.
-
Kenapa orang berhaji? Haji sendiri merupakan salah satu rukun Islam yang bisa ditunaikan. Haji merupakan ibadah yang ditunaikan setelah syahadat, salat, zakat, dan puasa. Namun dalam syariatnya, menunaikan ibadah Haji dapat dilakukan apabila seorang muslim mampu melaksanakannya.
-
Bagaimana Pakdhe Nurdin bisa mendapat hidayah? Pilihan Pakdhe Nurdin untuk meniti jalan hidup menjadi orang yang lebih bersahaja dengan berjualan nasi goreng tak lahir dari proses instan.
-
Kapan orang berhaji? Melansir dari berbagai sumber, Senin (6/2/23), berikut ulasan selengkapnya untuk Anda mengenai 25 kata-kata naik haji dengan sarat doa dan harapan mulia.
-
Kenapa Pak Rohmat ingin pergi haji? Menurut Rohmat, butuh niat kuat untuk bisa berangkat haji. Apalagi hal ini terkait melaksanakan perintah Allah untuk menggenapi rukun Islam yang kelima.
Nur Amin kemudian ingat keinginannya berangkat haji, dia pun mengatakan kepada sang istri kalau mereka akan berhaji. Agar bisa "mencicil" iuran untuk haji, uang tabungan yang dikumpulkan Nur Amin sebesar Rp3 juta, disedekahkan kepada anak yatim piatu. Dia menganggap, sedekah itu sebagai wujud keseriusan Nur Amin berangkat haji.
Dengan sisa tabungan yang ada, Nur Amin mulai berjualan bubur khusus bayi yang dia beri nama My Baby. Bubur itu dimasak oleh sang istri. Meski dia asal Blitar, Nur Amin justru membuka lapak bubur pertamanya di Tulungagung, Jawa Timur.
Dia membuka lapak di sebuah jalan yang sangat padat dan dilalui oleh banyak orang. Dia bahkan seringkali ditegur Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) karena berjualan tepat di bawah spanduk yang isinya dilarang berjualan.
Nur Amin pun pindah lapak. Di depan stasiun. Meski begitu, popularitas bubur dagangan Nur Amin terus meluas. Pelanggannya semakin banyak, baik pelanggan lama ataupun baru.
Animo pelanggan terhadap bubur bayi tersebut membuat Nur Amin kewalahan. Dia harus membuka lapak bubur lagi dan merekrut orang. Hingga dia mampu memiliki sekitar 30 lapak bubur My Baby. Uang dari lapak buburnya itu membuat pundi-pundi rupiah Nur Amin terus bertambah.
Hingga akhirnya, tabungan Nur Amin dari berdagang bubur bayi mencapai Rp100 juta. Uang itu kemudian dimanfaatkan Nur Amin berangkat haji ONH Plus. Bisnisnya terus berkembang. Aset yang dimiliki Nur Amin tidak hanya puluhan lapak bubur bayi melainkan tanah dengan nilai mencapai Rp7 miliar.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tahun 2012, Amin memulai usaha berjualan bubur di Blitar. Awalnya Amin hanya menjual bubur bayi.
Baca SelengkapnyaKisah Supartono, pemulung dan tukang becak asal Ponorogo yang berangkat haji tahun ini.
Baca SelengkapnyaMenabung sejak 1996, pada tahun 2012 mereka berhasil mendaftar sebagai calon jamaah haji.
Baca SelengkapnyaViral penjual bakso bakar di Boyolali akan naik haji tahun ini, begini kisahnya.
Baca SelengkapnyaMbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja.
Baca SelengkapnyaUntuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.
Baca SelengkapnyaShohib mengungkapkan rasa syukurnya bisa ke Baitullah karena hidupnya sebagai nelayan serba pas-pasa
Baca SelengkapnyaSeorang haji backpaker cerita saat ia tidur di Muzdalifah dengan menggunakan alas kardus.
Baca SelengkapnyaMeski kondisi tubuhnya sudah tak sekuat saat muda, nenek 69 tahun ini sangat antusias menuju Tanah Suci.
Baca SelengkapnyaMbah Tono sudah 26 tahun menabung untuk berangkat haji
Baca SelengkapnyaMbah Harun mengaku bersyukur telah menyempurnakan Rukun Islam
Baca SelengkapnyaBerkat kesabarannya selama bertahun-tahun, ia sebentar lagi bisa melihat Ka'bah secara langsung di usianya yang menginjak usia 73 tahun.
Baca Selengkapnya