Profil Haryanto Adikoesoemo, Bos SPBU yang Diangkat Jadi Anggota Dewan Ekonomi Nasional
Haryanto kini menjabat sebagai anggota Dewan Ekonomi Nasional.
Belakangan ini, nama Haryanto Adikoesoemo semakin dikenal publik. Tak hanya sebagai pengusaha yang sukses membesarkan perusahaan logistik dan distribusi minyak terkemuka, Haryanto kini menjabat sebagai anggota Dewan Ekonomi Nasional yang dilantik pada Selasa (5/11). Hal ini mencerminkan kepercayaan yang besar dari pemerintah untuk berkolaborasi dengan para pemimpin bisnis dalam memperkuat perekonomian Indonesia.
Haryanto merupakan putra dari Soegiarto Adikoesoemo, pendiri PT AKR Corporindo Tbk. Berawal dari bisnis distribusi bahan kimia, Haryanto mengembangkan perusahaan ini menjadi salah satu raksasa logistik di Indonesia.
Dengan jabatannya sebagai Presiden Direktur sejak tahun 1992, Haryanto memperluas lini bisnis PT AKR Corporindo hingga mencakup perdagangan dan distribusi minyak bumi, bahan kimia logistik, serta kawasan industri terintegrasi. Lulusan Universitas Bradford, Inggris, dan alumni Harvard Business School, Haryanto juga dikenal sebagai pemimpin yang berprestasi.
Mengutip laman resmi AKR, Haryanto telah menerima berbagai penghargaan, termasuk Entrepreneur of the Year 2008 dari Ernst & Young Indonesia dan Businessman of the Year 2012 dari Forbes Indonesia. Ini menunjukkan pengakuan dunia internasional atas dedikasinya pada kemajuan ekonomi Indonesia.
Memimpin Inovasi Logistik dan Infrastruktur Industri di Indonesia
Di tengah tantangan tingginya biaya logistik di Indonesia, PT AKR Corporindo hadir sebagai penyedia solusi logistik dan rantai pasokan yang efisien. Salah satu proyek besar yang sedang dikerjakan adalah Kawasan Industri Terpadu dan Fasilitas Pelabuhan di Jawa Timur, yang akan menjadi pusat bagi industri dengan layanan logistik terintegrasi dan energi yang andal.
Langkah ini menjadi komitmen Haryanto untuk mendukung pembangunan industri dalam negeri dan memberikan solusi infrastruktur yang memadai bagi perusahaan-perusahaan yang ingin berinvestasi di Indonesia.
Dalam sektor bisnis, PT AKR Corporindo telah berkontribusi besar dengan layanan distribusi minyak bumi, bahan kimia, dan pelumas, serta fasilitas penyimpanan curah cair dan kering yang strategis. Jaringan logistik yang luas ini memungkinkan perusahaan untuk menyediakan layanan yang hemat biaya, menambah nilai bagi semua pemangku kepentingan, serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Tak hanya menjabat sebagai Presiden Direktur PT AKR Corporindo, Haryanto rupanya juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Arthakencana Rayatama dan PT AKR Land Development.
Ia juga turut mengenyam jabatan sebagai Presiden Komisaris di anak perusahaan AKR, yaitu PT Jakarta Tank Terminal, PT Usaha Era Pratama Nusantara, PT Energi Manyar Sejahtera, PT Anugrah Karya Raya, PT Anugerah Krida Retailindo, PT AKR Niaga Indonesia, PT AKR Transportasi Indonesia, PT Anugerah Lubrindo Raya, PT Anugrah Lubrindo Batam.
Pendiri Museum MACAN
Haryanto bukan hanya seorang pengusaha ulung, namun ia juga seorang kolektor seni yang mendalami dunia seni sejak awal 1990-an. Kecintaannya pada dunia seni dimulai ketika ia melihat koleksi karya seni di rumah seorang temannya di Bali. Saat itu, dia mulai terdorong untuk mengoleksi karya-karya besar dari seniman internasional seperti Andy Warhol dan Mark Rothko.
Kini, Haryanto telah mengumpulkan lebih dari 800 karya seni modern dan kontemporer yang menjadikannya sebagai salah satu kolektor di Asia. Bahkan, ia dianugerahkan sebagai Kolektor Terbaik, bersama dengan 12 pemain penting lainnya di dunia seni Indonesia.
Pada 2017, Haryanto mewujudkan impiannya dengan mendirikan Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) di Jakarta. Museum ini adalah ruang bagi masyarakat untuk mengapresiasi seni modern, baik dari seniman dalam negeri maupun internasional, dan membuka akses lebih luas bagi masyarakat Indonesia pada dunia seni. Selain itu, Museum MACAN menjadi wadah edukasi dan inspirasi bagi para pecinta seni, serta membawa standar museum seni internasional ke Indonesia.
Reporter Magang: Thalita Dewanty