Proyeksi 2024: Waspada Lonjakan Harga Pangan, Terutama Beras dan Cabai
Pemerintah diminta serius dalam menjaga pasokan beras di Tanah Air.
Harga beras medium bertengger di atas Rp14.000 per kilogram (kg). Padahal dalam situasi normal, harga beras medium dijual Rp10.000 per kg.
Proyeksi 2024: Waspada Lonjakan Harga Pangan, Terutama Beras dan Cabai
Proyeksi 2024: Waspada Lonjakan Harga Pangan, Terutama Beras dan Cabai
Tak terasa, tahun 2023 telah berlalu dan kini sudah masuk tahun 2024. Jika kembali diingat, persoalan harga pangan cukup menarik perhatian sepanjang 2024.
Puncaknya pada September lalu, di mana data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) mencatat, harga beras medium bertengger di atas Rp14.000 per kilogram (kg). Padahal dalam situasi normal, harga beras medium dijual Rp10.000 per kg.
Selain faktor produksi, lonjakan harga beras juga dipengaruhi oleh kebijakan larangan ekspor yang dilakukan sejumlah produsen utama akibat inflasi, perubahan iklim hingga El-Nino. Semisal India sampai Vietnam.
Setali tiga uang, harga minyak mentah dunia harga juga turut bergejolak di sepanjang 2023 lalu. Imbasnya harga bahan bakar minyak (BBM) di Tanah Air seperti Pertamax Cs bergerak fluktuatif.
Lantas bagaimana proyeksi harga pangan dan BBM di tahun 2024?
Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian memprediksi, tren kenaikan harga juga akan mewarnai di sepanjang tahun 2024. Terutama pada komoditas beras hingga cabai.
Proyeksi kenaikan tersebut dipicu karena terus menurunnya produksi dalam negeri akibat kemarau panjang yang disebabkan oleh El-Nino. Sedangkan, dari sisi konsumsi masyarakat akan beras terus mengalami tren kenaikan.
"Untuk tahun 2024 harga pangan masih diwarnai kenaikan ya seperti sekarang. Kan kalau kita liat dari produksi terus turun, tapi permintaan terus naik ya tren-nya," ungkap Elisa saat dihubungi Merdeka.com.
Terkait El-Nino, pemerintah diminta serius dalam menjaga pasokan beras di Tanah Air. Antara lain dengan melakukan impor beras yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
"Tapi impor yang ini bersifat untuk mengamankan cadangan beras nasional, dan tidak berdekatan dengan musim panen ya agar gabah hasil petani kita tidak jatuh," ucapnya.
Selain beras, komoditas cabai juga harus menjadi perhatian pemerintah. Mengingat, permintaan masyarakat akan konsumsi cabai cenderung mengalami tren kenaikan saat bulan suci Ramadan pada awal 2024 mendatang. Di sisi lain, produksi cabai mengalami tren penurunan akibat cuaca yang tidak menentu.
"Jadi, situasi ini perlu diwaspadai pemerintah dengan menyediakan data yang akurat untuk pemerataan distribusi cabai di tengah penurunan tren produksi akibat faktor cuaca ini," kata Eliza.
Sementara itu, Pengamat Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) , Fahmy Radhi memprediksi kenaikan harga minyak dunia di tahun 2024 relatif tidak setinggi tahun ini. Alasannya, permintaan terhadap minyak dunia mulai kembali ke level normal.
Fahmy memperkirakan harga minyak mentah dunia akan diperjualbelikan di rentang keseimbangan pasar pada 2024 nanti. Yakni, berkisar USD 70 per barel.
"Jadi, untuk minyak mentah cenderung turun ya tahun depan, sudah di harga keseimbangan pasar sekitar USD 70 per barel," ujarnya kepada Merdeka.com.
Dengan situasi ini, Fahmy meyakini anggaran subsidi energi untuk BBM tidak akan jebol. Mengingat, pemerintah menetapkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) di kisaran 82 USD/barel dan target lifting minyak sebanyak 635 ribu barel/hari dalam APBN 2024.
"Artinya, harga minyak mentah dunia masih bergerak di bawah asumsi ICP yang ditetapkan pemerintah di atas USD 80 per barel. Tapi, situasi ini terjadi kalau OPEC di tahun depan tidak akan memangkas produksi lagi ya," ucapnya.
Meski demikian, harga BBM Pertalite tidak akan mengalami penurunan harga di tahun depan alias tetap dibandrol Rp10.000 per liter. Mengingat, harga keekonomian Pertalite masih tetap lebih tinggi dengan asumsi minyak mentah USD 70 per barel.
"Kalau pertalite untuk turun ya masih belum ya, harga ekonomi nya masih tinggi kan. Kalau kenaikan harga Pertalite juga saya rasa sulit dengan adanya tahun politik, kan. Jadi, pertalite tetap Rp10.000 per liter ya," ujar Fahmy.