Riset: Dana Pensiun Ideal Rp5,3 Miliar
Mencegah ketidakpastian keuangan adalah salah satu kunci utama dalam menjaga kesehatan mental dan fisik, terutama di masa tua.
Riset terbaru HSBC Quality of Life 2024 mengungkap bahwa kesehatan keuangan, mental, dan kebugaran fisik saling berkaitan dalam menentukan kualitas hidup.
Kekurangan pada salah satu aspek dapat memengaruhi aspek lainnya. Temuan ini menegaskan pentingnya perencanaan yang menyeluruh untuk mencapai pensiun yang bahagia dan sejahtera.
-
Berapa dana ideal untuk pensiun? Berdasarkan riset HSBC Quality of Life 2024, masyarakat kelas atas Indonesia menganggap dana sekitar USD340.000 atau Rp5,37 miliar sebagai jumlah ideal untuk menjalani masa pensiun dengan nyaman.
-
Bagaimana menghitung dana pensiun? Cara Menghitung Dana Pensiun Terlepas dari hasil riset di atas, dana pensiun ternyata bisa diperkirakan dengan melibatkan estimasi pengeluaran tahunan yang kemudian dikalikan dengan jumlah tahun pekiraan masa pensiun. Misalnya, jika diperlukan Rp15 juta per bulan untuk biaya hidup, maka dalam setahun pengeluaran mencapai sekitar Rp180 juta (Rp15 juta x 12 bulan). Kemudian, jika berencana untuk pensiun pada usia 58 dan ingin menikmati masa pensiun hingga usia 75 tahun, maka anda memerlukan dana untuk 17 tahun. Jadi, jumlah dana pensiun yang dibutuhkan adalah Rp150 juta x 17 tahun = Rp2,25 miliar.
-
Kenapa dana pensiun penting? Maka dari itu, mempersiapkan masa pensiun membutuhkan perencanaan yang matang. Tidak hanya dengan memastikan dana yang mencukupi, tetapi juga melalui penyesuaian pengeluaran serta memahami kebutuhan finansial yang berubah karena adanya perubahan angka inflasi dari tahun ke tahun.
-
Berapa total tabungan orang kaya di atas Rp5 miliar pada Maret 2023? Jumlah simpanan rekening orang kaya di atas Rp5 miliar per Maret 2023 mencapai Rp4.280 triliun.
-
Kapan mulai menyiapkan dana pensiun? Menyiapkan dana pensiun memerlukan perencanaan matang sedini mungkin.
-
Siapa yang mendapatkan manfaat pensiun di Indonesia? Sistem pensiunnya terdiri dari beberapa komponen utama: 1. Pensiun berbasis penghasilan untuk pegawai negeri sipil. 2. Skema manfaat pasti (DB) dan iuran pasti (DC) untuk pekerja sektor swasta. 3. Program Jaminan Sosial Pemerintah, skema berbasis DC yang wajib dengan kontribusi dari pemberi kerja dan karyawan.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mencegah ketidakpastian keuangan adalah salah satu kunci utama dalam menjaga kesehatan mental dan fisik, terutama di masa tua.
Di Indonesia, nasabah kaya (affluent) menjadikan perencanaan masa pensiun sebagai salah satu dari tiga tujuan utama keuangan mereka. Namun, riset HSBC menunjukkan bahwa 32 persen dari mereka masih belum memiliki rencana pensiun yang komprehensif.
Salah satu tantangan utama adalah ketidakpastian mengenai jumlah dana yang diperlukan dan pengelolaan dana pensiun yang kurang konsisten.
Riset ini mencatat dana ideal untuk pensiun bagi nasabah affluent Indonesia diperkirakan sebesar USD340.000 atau sekitar Rp5,37 miliar. Namun, meski memiliki aspirasi tersebut, setengah dari mereka berencana untuk tetap bekerja di usia tua.
Direktur Wealth and Personal Banking HSBC Indonesia, Lanny Hendra, menyebutkan meski perencanaan pensiun menjadi prioritas, faktor lain seperti keinginan menyekolahkan anak ke luar negeri, tekanan ekonomi global, dan meningkatnya biaya hidup sering kali menghambat realisasi rencana pensiun.
"Pendekatan ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akumulasi kekayaan saat ini, tetapi juga untuk memberikan ketenangan pikiran di masa depan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan," kata Hendra dalam keterangannya, Jumat (8/11).
Tips Bahagia untuk Pensiun
Sementara itu, Head of Network Sales and Distribution HSBC Indonesia, Sumirat Gandapraja membagikan beberapa tips untuk pensiun bahagia.
Ia menekankan pentingnya memulai perencanaan sedini mungkin, karena semakin awal dimulai, semakin besar peluang untuk memaksimalkan investasi dan mencapai tujuan keuangan.
Meski 77 persen generasi Z dan milenial dalam kategori affluent menyadari pentingnya perencanaan pensiun, 50 persen dari mereka belum memiliki rencana yang komprehensif.
Gandapraja juga menyarankan untuk menyusun rencana komprehensif dengan menetapkan tujuan pensiun, menghitung kebutuhan dana, dan memilih instrumen investasi sesuai profil risiko.
Selain itu, ia menekankan pentingnya evaluasi berkala terhadap rencana keuangan, serta menganjurkan untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan profesional jika diperlukan.