Survei: Pelaku Usaha Indonesia Optimistis Naikkan Harga pasca-Pilpres 2019
Merdeka.com - Pelaku bisnis Indonesia menunjukkan sinyal positif dalam berusaha, setelah pemilihan presiden tahun ini. Mereka memiliki harapan tertinggi di dunia untuk menaikkan harga jual produk atau jasanya dalam waktu mendatang.
Data terbaru International Business Report (IBR) dari Grant Thornton periode semester I 2019 menyebutkan, sekitar 69 persen pelaku usaha Indonesia dari total responden berharap melakukan kenaikan harga jual di tahun mendatang. Hasil ini naik signifikan dibandingkan periode survei sebelumnya (semester II 2018) yang berada di level 55 persen. Bahkan level Indonesia ini lebih tinggi dibandingkan level rata-rata pebisnis di kawasan ASEAN yang berada di 45 persen, sedangkan global lebih rendah, yaitu 32 persen.
Data IBR Grant Thornton ini merupakan hasil survei di 35 negara dengan responden para pelaku usaha atau selevel managing director, seperti rilisnya pada Merdeka.com, Senin (29/7).
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Bagaimana Forbes menentukan posisi perusahaan Indonesia di dunia? 1. Bank Rakyat Indonesia (BRI) menempati posisi ke 307 di dunia dengan market value USD 53.79 miliar 2. Bank Mandiri menempati posisi ke 418 dengan market value USD 32.58 miliar 5. Bank Negara Indonesia (BNI) menempati posisi ke 930 dengan market value USD 11.76 miliar 6. Bayan Resources menempati posisi ke 983 dengan market value USD 46.96 miliar 7. Adaro Energy menempatkan posisi ke 1393 dengan market value USD 5.93 miliar
-
Bagaimana nilai pasar timnas meningkat? Total nilai pasar starting XI Skuad Indonesia bisa melampaui Rp350 miliar dengan kehadiran kedua pemain ini.
-
Kapan PMI Manufaktur Indonesia berada di level tertinggi? Data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global untuk bulan Maret 2024 menunjukkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia berada di level 54,2.
-
Kenapa PDB per kapita Indonesia ditargetkan naik? Dia menyebut target ambisius ini mencakup peningkatan PDB sekitar Rp13.000 triliun. kata Dirgayuza dalam acara Economist Gathering INDEF, Jakarta, Senin (29/07). 'Nah, kita punya target selama 5 tahun ke depan untuk meningkatkan PDB kita sebesar sekiranya kurang lebih Rp13.000 triliun. Jadi kita mau naik ke 35.500,' Menurut Setiawan, pencapaian target ini krusial untuk menghindari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) yang dapat menghambat kemajuan ekonomi Indonesia.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
Keyakinan terhadap kondisi ekonomi Indonesia ke depan juga tampak dari hasil survei lainnya. Yang mana 79 persen pelaku usaha Indonesia berharap untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi dalam 12 bulan ke depan. Level tersebut melejit dibandingkan periode sebelumnya yang berada di level 62 persen, serta jauh di atas rata-rata ASEAN yang 54 persen dan pelaku usaha global yang berada di level 35 persen.
Secara umum, optimisme bisnis pelaku usaha Indonesia berada di urutan ke-3 di dunia pada periode survei (semester I 2019) dengan level optimisme 66 persen. Setelah Filipina dan Vietnam yang berada di posisi pertama dan kedua.
Johanna Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia, menjelaskan pemeringkatan IBR tahun ini cukup konsisten dengan pandangan secara makro, yang mana pelaku usaha di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, India, Filipina, dan Vietnam secara konsisten menunjukkan kecenderungan lebih tinggi untuk investasi secara fisik, kegiatan R&D, dan teknologi.
Fokus Research and Development
Meski ASEAN menunjukkan optimisme bisnis baik, secara global pelaku usaha kembali mencatat penurunan terkait rata-rata optimisme bisnis dalam setahun ke depan. Optimisme global hanya berada di level 32 persen, turun dari periode survei sebelumnya yang 39 persen, bahkan level optimisme ini merupakan yang terendah sejak 2016.
Ketidakpastian ekonomi masih diidentifikasi pelaku usaha sebagai kendala dari beberapa survei terakhir yang dilakukan IBR. Meningkatnya ketidakpastian menggerakkan kekhawatiran mereka terhadap kurangnya permintaan di waktu yang akan datang.
Dengan melemahnya permintaan, pelaku usaha tampak mulai fokus pada rencana investasi berkualitas dengan rencana investasi riset dan pengembangan (R&D) yang jauh lebih sehat dan rencana investasi teknologi yang kuat. Buktinya, 45 persen pelaku usaha global bersiap menaikkan bujet/anggaran R&D mereka dalam 12 bulan ke depan. Hal tersebut juga sangat relevan dengan apa yang terjadi di pasar negara berkembang.
“Ekonomi pasar negara berkembang yang tumbuh cepat ditandai dengan akumulasi modal yang cepat dan produktivitas faktor total atau total productivity factor (TFP) yang kuat, yang mana R&D dan inovasi memiliki peranan sangat penting untuk pertumbuhan TFP,” pungkas Johanna.
(mdk/sya)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Secara prinsip, OJK mendukung sepenuhnya setiap upaya pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Baca Selengkapnyapenyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski perekonomian dunia melambat.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaProyeksi terjaganya tren pertumbuhan ekonomi positif Indonesia di tahun 2024 terutama didorong oleh permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaIndustri manufaktur di dalam negeri saat ini mengalami geliat pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga optimis target pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen tahun ini tercapai, meski sejumlah harga komoditas unggulan terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi cukup impresif, yakni 5,11 persen di kuartal I-2024
Baca SelengkapnyaMendag Budi mengaku tak menutup telinga terkait isu akan adanya ancaman potensi penambahan bea masuk usai Trump kembali menjadi Presiden AS.
Baca SelengkapnyaSelain itu, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, Perry mengakui kinerja ekspor barang belum kuat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor komoditas.
Baca SelengkapnyaSurvei Indikator ini dilakukan pada tanggal 18-21 Februari 2024 kemarin dengan wawancara dengan responden melalui sambungan telepon.
Baca Selengkapnya