Tupperware Terancam Bangkrut dan PHK Karyawan
Merdeka.com - Perusahaan multinasional Tupperware berencana akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Menyusul, memburuknya keuangan perusahaan akibat anjloknya nilai saham.
"Saham Tupperware turun hampir 50 persen pada hari Senin menyusul peringatan suram bahwa masa depannya terlihat suram," tulis salah satu sumber dikutip dari Cnn.com di Jakarta, Selasa (11/4).
Kini, muncul keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan hidup, dan bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk menemukan pembiayaan agar tetap bertahan.
-
Apa yang menyebabkan Tupperware bangkrut? Perusahaan yang didirikan oleh Earl Tupper pada 1946 ini terpaksa mengambil langkah drastis akibat penurunan permintaan dan ketidakmampuan memenuhi kewajiban keuangannya.
-
Kenapa Tupperware bangkrut? Keputusan ini diambil setelah negosiasi berlarut-larut antara Tupperware dan pemberi pinjamannya terkait utang lebih dari 700 juta dolar AS (sekitar Rp10,7 triliun). Perusahaan yang didirikan oleh Earl Tupper pada 1946 ini terpaksa mengambil langkah drastis akibat penurunan permintaan dan ketidakmampuan memenuhi kewajiban keuangannya.
-
Apa yang membuat Tupperware bangkrut? Dilansir dari Reuters, perusahaan sudah menghadapi kesulitan finansial sejatinya sudah terjadi cukup lama. Namun, hal itu tertolong oleh pandemi Covid-19 yang mendorong permintaan wadah plastik kedap udara warna-warni ini. Setelah pandemi mereda, beban finansial kembali terasa.
-
Bagaimana Tupperware bangkrut? Perusahaan ini melaporkan kerugian sebesar 28,4 juta dolar AS, dengan penurunan penjualan bersih sebesar 18 persen.
New York Stock Exchange juga memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapus dari daftar karena tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan. Tercatat, saham perusahaan turun hingga 90 persen selama setahun terakhir. Itu juga mengeluarkan peringatan ‘going concern’ November lalu.
Kabar ini dibenarkan langsung oleh CEO Tupperware, Miguel Fernandez. Menurutnya, perusahaan terpaksa melakukan efisiensi untuk mengantisipasi dampak keuangan yang lebih buruk.
"Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami," ungkapnya.
Kinerja Penjualan
Selain penurunan nilai saham, memburuknya keuangan perusahaan juga dipicu oleh anjloknya kinerja penjualan. Hal ini menambah tekanan berat pada perusahaan yang memproduksi serta memasarkan produk plastik berkualitas untuk keperluan rumah tangga tersebut.
"Beberapa masalah merugikan Tupperware, termasuk penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda," menurut Neil Saunders, Analis Ritel dan Direktur Pelaksana di GlobalData.
Saunders mengatakan Tupperware berada dalam posisi genting secara finansial karena berjuang untuk meningkatkan penjualan, dan juga karena asetnya ringan. Sehingga, Tupperware tidak memiliki banyak kapasitas untuk mengumpulkan uang.
"Perusahaan ini dulunya adalah sarang inovasi dengan gadget dapur pemecahan masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya," katanya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tupperware berencana untuk mengajukan perlindungan pengadilan setelah melanggar persyaratan pembayaran utangnya.
Baca SelengkapnyaPerusahaan ini berencana meminta perlindungan hukum setelah melanggar ketentuan utangnya dan telah meminta bantuan penasihat hukum serta keuangan.
Baca SelengkapnyaDulu kotak makan Tupperware jadi favorit ibu-ibu untuk bekal anak, tapi kini Tupperware terancam bangkrut karena gagal melunasi hutang.
Baca SelengkapnyaPengajuan ini didasari menurunnya permintaan atas wadah penyimpanan makanan yang ikonik.
Baca SelengkapnyaTupperware sebenarnya merupakan merek ikonik yang telah bertahan lebih dari 70 tahun, telah menjadi bagian penting dalam budaya global.
Baca SelengkapnyaTupperware didirikan pada 1946 oleh seorang pria, Earl Tupper.
Baca SelengkapnyaMulti level marketing jadi tumpuan Tupperware menjual produknya. Namun skema ini justru menjadi bumerang.
Baca SelengkapnyaSegala rangkaian manfaat dari pembelian Tupperware.
Baca SelengkapnyaPerusahaan yang berbasis di Orlando, Florida itu mengajukan perlindungan kebangkrutan bab 11 setelah berjuang merevitalisasi bisnis inti.
Baca SelengkapnyaBayang-bayang pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan kini menghantui puluhan ribu pekerja pabrik tekstil terbesar tanah air.
Baca SelengkapnyaPerusahaan mengambil langkah untuk merumahkan buruh karena kekurangan bahan baku dan berdampak terhadap produksi.
Baca SelengkapnyaPemerintah diminta hadir mengambil langkah perlindungan untuk keberlangsungan usaha bidang sandang dan juga seluruh pekerja.
Baca Selengkapnya