Wabah Corona jadi Peluang Tarik Minat Masyarakat ke Produk UMKM
Merdeka.com - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop) Teten Masduki mencari peluang dengan merebaknya wabah virus corona. Kejadian ini menurutnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan eksistensi produk UMKM menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Selain itu, virus corona juga dinilai bisa memberi peluang dalam meningkatkan penjualan produk UMKM di Indonesia, serta mengganti produk impor, terutama dari China dengan produk UMKM.
"Kita sedang (memilah barang impor apa saja), terutama konsumsi yang bisa (digantikan) oleh produk UMKM," ujar Teten, di Kemenkop, Jakarta, Rabu (5/2).
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Bagaimana Kemenkop UKM mendorong UMKM untuk terlibat dalam rantai nilai global? Untuk itu Hanung mendorong agar pelaku UMKM memanfaatkan kebijakan yang mengatur agar Pemerintah Pusat/Daerah dan BUMN berbelanja produk UMKM.
-
Di mana UMKM Bontang terdampak pandemi? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Bagaimana UMKM bisa menarik konsumen di marketplace? “Berikutnya adalah bagaimana menampilkan produk jualan mereka agar tampak menarik di marketplace, tak sekedar memajang gambar semata. Mereka juga harus cepat menjawab pertanyaan calon konsumen. Jika lamban, maka konsumen dengan mudah beralih ke toko online lainnya,“ ujar Budi.
-
Apa kontribusi besar UMKM terhadap ekonomi nasional? Jadi kalau melihat data ini UMKM kita ini sumbangsinya terhadap ekonomi nasional kita sangat besar. Bayangkan 97 persen tenaga kerja ini di-supply dari UMKM kita,' ucapnya.
-
Kenapa UMKM penting untuk pertumbuhan ekonomi? UMKM seperti IniTempe yang digagas oleh Benny memang penting untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Tak tanggung-tanggung, UMKM memberikan sumbangan 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Selain itu, dengan adanya batasan impor, Teten juga menilai itu akan menjadi hal yang baik dalam menggeser konsumsi masyarakat ke produk UMKM. "kita (Kemenkop) mau geserlah (pembelian masyarakat), daripada minum soda, lebih baik minum kopi," ujar Teten.
Sementara untuk bawang putih yang diimpor dari China, Teten menilai hal itu masih tetap perlu dilakukan, karena tingkat konsumsi kebutuhannya mencapai 500.000 ton per tahun.
"Bawang putih itu kalau di kita (Indonesia), produksinya tidak sampai, (karena) tingkat kebutuhannya 500.000 ton setahun. Kita (petani Indonesia) paling (bisa memproduksi sebanyak) 50.000 ton setahun, 10 persen (dari total kebutuhan masyarakat)," tandas Teten.
Virus Corona Buat Harga Bawang Putih Melejit
Harga bawang putih impor dari China di pasar tradisional di Makassar melambung tinggi dengan kenaikan nyaris mencapai 100 persen atau dua kali lipat. Seperti yang terjadi di Pasar Terong, harga bawang putih sebelumnya Rp30.000 per kilogram, kini menjadi Rp55.000 per kilogram.
Haji Ancu, (40), salah seorang penjual bawang putih eceran yang ditemui di Pasar Terong mengatakan, harga bawang putih dia jual sesuai harga yang dilepas oleh penjual besar.
"Saat ini penjual besar lepas harga bawang putih Rp50.000 per kilogram maka saya jual eceran Rp55.000 per kilogram. Sebelumnya harga masih Rp30.000 per kilogram. Harga naik sejak dua pekan lalu, mungkin gara-gara bawang putih dari China sudah tidak boleh masuk karena virus corona itu jadi persediaan berkurang. Karena rata-rata bawang putih yang dijual di sini itu dari China," tutur Haji Ancu, Rabu, (5/2).
Dia mengaku beli bawang putih ke penjual besar itu tiap tiga hari sebanyak 10 karung isi masing-masing 20 kilogram. Namun, karena harga saat ni tinggi, Ancu juga menurunkan pembelian.
"Harapan kami, bawang putih tetap banyak masuk supaya harga tidak tinggi. Soal virus corona, itu urusan Menkes," ujar Haji Ancu.
Sementara itu, Daeng Arsyad, (43), salah seorang pemilik warung coto makassar di kawasan Pasar Terong mengaku cukup kewalahan dengan naiknya harga bawang putih. Padahal bawang putih salah satu bahan utama bumbu coto.
"Iya harga naik tapi tetap dibeli karena bawang putih harus ada. Soal harga coto, tetap. Saya tidak naikkan karena pembeli nanti yang lari," ujar Daeng Arsyad yang berharap harga bawang putih bisa normal kembali.
Reporter Magang : Nurul Fajriyah
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 22 juta UMKM telah onboarding masuk ke ekosistem digital.
Baca SelengkapnyaJika UMKM tidak bisa mengalahkan produk luar negeri karena dijual dengan harga terlalu murah, UMKM bisa meningkatkan kualitas dan keunikan.
Baca SelengkapnyaWabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
Baca SelengkapnyaMenteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, tren custom fashion menjadi peluang Usaha Mikro Kecil kuasai pasar lokal.
Baca SelengkapnyaSaat ini ada 19 negara sedang melakukan pembatasan atau restriksi perdagangan karena perang konvensional dan perang dagang.
Baca SelengkapnyaTren deindustrialisasi ditandai dengan kecenderungan pelaku usaha yang memiliki modal enggan untuk berinvestasi.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi VI DPR RI Amin AK menyampaikan pandangannya terkait ancaman terhadap pelaku UMKM di e-commerce.
Baca SelengkapnyaDalam pengembangan UMKM, langkah ini tidak semata-mata merupakan langkah yang harus diambil oleh Pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Baca SelengkapnyaPuluhan pelaku usaha kecil memeriahkan kegiatan yang dilaksanakan di Lapangan Lang-lang, Kota Bontang.
Baca SelengkapnyaSelama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berupaya agar UMKM lokal bisa menembus pasar global.
Baca SelengkapnyaAda arus barang impor yang masuk ke Indonesia dengan harga yang sangat murah dan produk lokal tak bisa bersaing secara harga.
Baca Selengkapnya