Arkeolog Temukan Keju Tertua di Dunia Berusia 3.600 Tahun Pada Jasad Mumi Ini
Ilmuwan menemukan keanehan pada mumi yang ditemukan pada 2003 di China.
Bangsa Mesir kuno dikenal dengan kemampuan proses mumifikasi yang sangat hebat. Mereka telah menggunakan senyawa kimia untuk proses mumifikasi. Tapi, pernahkah Anda bayangkan di belahan bumi lain proses mumifikasi ini justru menggunakan senyawa alami?
Ternyata mumi yang diawetkan dengan senyawa alami ini berasal dari mumi Tarim di China barat laut.
-
Bagaimana para arkeolog menyelidiki kerangka tersebut? Para arkeolog tengah menyelidiki kerangka ini dengan cermat di laboratorium untuk mencoba memecahkan teka-teki berusia 1.000 tahun ini.
-
Dimana lokasi kuil yang ditemukan arkeolog? Situs kuil yang terletak di distrik Zaña (juga dieja Saña) di barat laut Peru, merupakan bagian dari Kompleks Arkeologi Los Paredones de la Otra Banda-Las Ánimas.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Mesir Kuno? Pada awal milenium pertama, banyak mumi di Mesir ditemukan dengan potret seperti aslinya yang memperliahatkan mata mumi yang cerah, gaya rambut, dan perhiasannya.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di lokasi penggalian? Artefak yang ditemukan termasuk koin Romawi dan tembikar dari Zaman Besi dan Perunggu.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Jiigurru? Sebuah studi baru di Quaternary Science Review membantah keyakinan lama bahwa suku Aborigin Australia tidak membuat tembikar. Para peneliti di Pusat Keunggulan Dewan Penelitian Australia untuk Keanekaragaman Hayati dan Warisan Australia bermitra dengan komunitas Aborigin Dingaal dan Ngurrumungu untuk pertama kalinya melakukan penggalian di Jiigurru (Pulau Kadal). Meskipun situs tersebut hanya berukuran kurang dari 1 meter, 82 pecahan tembikar yang digali selama dua tahun memiliki dampak yang luas.
-
Bagaimana para arkeolog menemukan kuburan tersebut? Penemuan ini terjadi saat sedang melakukan pekerjaan rutin membersihkan jalur untuk pengunjung baru, yang terletak di antara dua kuil yang menonjol.
Pada 2003, arkeolog menemukan mumi-mumi di pemakaman Xiaohe di Cekungan Tarim, China, yang berasal dari Zaman Perunggu.
Anehnya arkeolog menemukan zat putih di kepala dan leher mumi Tarim. Ilmuwan hanya bisa berspekulasi tentang zat misterius ini. Sampai akhirnya Qiaomei Fu, seorang ilmuwan di Akademi Ilmu Pengetahuan China, dan timnya memecahkan misteri itu.
Dilansir ZME Science, dengan menggunakan analisis DNA, para peneliti berhasil mengkonfirmasi keberadaan DNA sapi dan kambing dalam mumi yang berasal dari 3.600 tahun lalu ini.
Yang lebih mengejutkan lagi, mereka mengidentifikasi DNA bakteri dan jamur yang ada di mumi tersebut ternyata termasuk dalam spesies Lactobacillus kefiranofaciens dan Pichia kudriavzevii.
Orang-orang yang terisolasi
Kedua bakteri ini umumnya ditemukan dalam biji kefir masa kini. Fu menyebutnya sebagai keju tertua yang pernah ditemukan.
- Arkeolog Temukan Makam Kaisar China Berusia 5.000 Tahun, Jasadnya Hilang dan Hanya Tersisa Tulang Jari Kaki
- Arkeolog Temukan Bukti Manusia Purba di Zaman Batu Sudah Mulai Bertani 5.400 Tahun Lalu, Ada Lumbung Sampai Sisa Tanaman
- Arkeolog Temukan Anak Panah Berusia 1.300 Tahun Saat Salju Mencair
- Arkeolog Temukan Karya Seni Hewan Tertua di Dunia Berusia 130.000 Tahun, Begini Sosok Makhluknya
Hal menarik dari mumi ini tidak hanya temuan keju yang disebut sebagai keju pertama di dunia yang ditemukan, temuan mumi ini ternyata lebih dari itu.
Jasad para mumi yang ditemukan ini terawat dengan sangat baik dan uniknya mereka memiliki rambut pirang serta fitur wajah khas Eropa yang berbeda dengan manusia umumnya yang hidup di Asia Timur.
Setelah perdebatan selama bertahun-tahun, pada tahun 2021 para ilmuwan dari Universitas Nasional Seoul dan Universitas Harvard akhirnya mengungkap asal-usul manusia Zaman Perunggu ini.
Masyarakat Tarim ini rupanya terisolasi secara genetik dan merupakan keturunan dari kelompok yang dulunya tersebar luas yang dikenal sebagai Eurasia Utara Kuno (ANE).
"Orang-orang ini sangat misterius. Sejak mereka ditemukan hampir secara tidak sengaja, mereka telah menimbulkan banyak pertanyaan karena begitu banyak aspek dari mereka yang unik, membingungkan, atau bertentangan," kata Christina Warinner, antropolog di Universitas Harvard.
Implikasi dari penemuan ini tidak hanya terbatas pada keju. Penemuan ini memberi pandangan baru pada para ilmuwan tentang bagaimana manusia zaman dulu berinteraksi dengan lingkungan mereka dan makanan mereka.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti