Bashar Al-Assad Akhirnya Angkat Bicara Setelah Digulingkan, Ungkap Alasan Kabur ke Rusia
Ini pernyataan pertama Assad setelah terguling dari kekuasaan pada 8 Desember 2024.
Bashar Al-Assad, presiden Suriah yang digulingkan akhirnya mengeluarkan pernyataan pertamanya setelah jatuh dari kekuasaan pekan lalu. Dia digulingkan kelompok pemberontak yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham dan kabur ke Moskow, Rusia.
"Ketika terorisme menyebar ke seluruh Suriah dan akhirnya mencapai Damaskus pada Sabtu malam tanggal 7 Desember 2024, muncul pertanyaan tentang nasib dan keberadaan presiden. Hal ini terjadi di tengah banjir informasi dan narasi yang jauh dari kebenaran, yang bertujuan untuk mengubah terorisme internasional sebagai revolusi pembebasan Suriah" jelas Assad melalui akun media sosialnya pada Senin (16/12).
- Erdogan Senang Bashar Al-Assad Tumbang, Sebut Turki Berkorban Banyak Untuk Suriah
- Pemberontak Suriah Bakar dan Hancurkan Makam Ayah Mantan Presiden Bashar Al-Assad
- VIDEO: Digulingkan Pemberontak Suriah, Presiden Bashar al-Assad Kabur ke Rusia
- Netanyahu Girang Assad Tumbang, Israel Langsung Caplok Dataran Tinggi Golan di Suriah
“Sayangnya, keadaan yang terjadi pada saat itu, termasuk pemadaman komunikasi total karena alasan keamanan, menunda dikeluarkannya pernyataan ini,” lanjut Assad, dikutip dari The Cradle, Selasa (17/12).
Menurut keterangan yang dilampirkan pada unggahan pernyataan tersebut, disebutkan bahwa “beberapa upaya untuk merilis pernyataan tersebut melalui media Arab dan internasional” gagal.
Assad mengatakan evakuasinya ke Moskow tidak direncanakan, dan dia tetap berada di Suriah hingga hari terakhir.
“Ketika pasukan teroris menyusup ke Damaskus, saya pindah ke Latakia berkoordinasi dengan sekutu Rusia kami untuk mengawasi operasi tempur. Setibanya di pangkalan udara Hmeimim pagi itu, terlihat jelas bahwa pasukan kami telah mundur sepenuhnya dari semua garis pertempuran dan posisi terakhir tentara telah jatuh.”
Dia juga mengatakan pangkalan udara Rusia dibom besar-besarandari udara, dan Moskow segera mengatur evakuasi.
“Ini terjadi sehari setelah jatuhnya Damaskus, menyusul runtuhnya posisi terakhir militer dan mengakibatkan kelumpuhan semua lembaga negara yang tersisa,” tambahnya.
“Selama peristiwa ini saya tidak mempertimbangkan untuk mundur atau mencari perlindungan, dan tidak ada usulan seperti itu yang dibuat oleh individu atau partai mana pun. Satu-satunya tindakan yang bisa dilakukan adalah terus berjuang melawan serangan teroris.”
“Saya menegaskan kembali bahwa orang yang, sejak hari pertama perang, menolak menukar keselamatan negaranya demi keuntungan pribadi, atau mengkompromikan rakyatnya dengan imbalan berbagai tawaran dan bujukan adalah orang yang sama yang berdiri di samping para perwira dan tentara di garis depan, hanya beberapa meter dari teroris di medan perang paling berbahaya dan intens.”
Suriah Bebas dan Merdeka
Assad juga menegaskan bahwa dia “tidak pernah meninggalkan kelompok perlawanan di Palestina dan Lebanon,” maupun sekutu yang mendukung Suriah selama 14 tahun perang, dan “tentara dan bangsa darimana dia berasal.”
“Ketika negara jatuh ke tangan terorisme dan kemampuan untuk memberikan kontribusi yang berarti hilang, posisi apa pun menjadi tidak ada gunanya, menjadikan pendudukannya tidak ada artinya,” ujarnya.
“Berharap bahwa Suriah akan sekali lagi bebas dan merdeka," pungkasnya.
Damaskus jatuh pada Minggu (8/12) pagi, menyusul serangan kilat yang dipimpin oleh mantan afiliasi Al-Qaida, Hayat Tahrir al-Sham dan serangkaian kelompok ekstremis yang didukung Turki dengan sejumlah mantan komandan ISIS di antara barisan mereka – yang dikenal sebagai Tentara Nasional Suriah (SNA).