Bocah dari Abad ke-18 SM Ini Curhat Lewat Surat ke Ibunya, Begini Isinya
Surat ini adalah komunikasi antara seorang siswa yang dikenal sebagai Iddin-Sin dan ibunya, Zinû.
Dalam era digital saat ini, sebuah surat kuno dari zaman Mesopotamia abad ke-18 SM viral di platform TikTok.
Bocah dari Abad ke-18 SM Ini Curhat Lewat Surat ke Ibunya, Begini Isinya
Surat ini adalah komunikasi antara seorang siswa yang dikenal sebagai Iddin-Sin dan ibunya, Zinû. Surat tersebut memberikan kita pandangan yang menarik tentang kehidupan pada masa itu.
Surat ini dimulai dengan Iddin-Sin mengucapkan kebahagiaannya dan harapannya atas kesehatan ibunya. Namun, kemudian surat ini mengambil arah tak terduga.
-
Apa bentuk dari bukti awal ciuman di Mesopotamia? Bukti yang ditemukan terdiri dari lempengan tanah liat yang diukir dengan aksara paku (cuneiform), yang merupakan bentuk penulisan kuno yang digunakan oleh orang Mesopotamia, yang berada diantara sungai Eufrat dan Tigris, yang sekarang adalah wilayah Irak dan Suriah.
-
Siapa yang menemukan bukti awal ciuman di Mesopotamia? Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari Universitas Copenhagen.
-
Mengapa bir begitu populer di Mesopotamia? Ada beberapa alasan mengapa bir sangat populer di Mesopotamia. Minuman ini dinilai lebih aman dan rasanya lebih enak daripada air putih.
-
Siapa dewi pelindung pembuatan bir di Mesopotamia? Puisi tentang Bir Di Mesopotamia (Irak kuno), ada juga bukti orang mengonsumsi bir yaitu sebuah puisi Sumeria berusia 3900 tahun. Puisi ini ditulis untuk menghormati Ninkasi, dewi pelindung pembuatan bir.
-
Dimana lokasi peradaban Sumeria yang meninggalkan lempengan aksara paku? Lempengan yang mereka gunakan untuk melatih program komputer mereka berasal dari set 3D scan akses terbuka, yang berisi lempengan paku Sumeria dari peradaban tertua yang dikenal di selatan Mesopotamia, yang sekarang menjadi Irak tengah-selatan.
-
Bagaimana para peneliti menemukan bukti ciuman romantis di Mesopotamia? "Di Mesopotamia kuno, yang merupakan nama untuk budaya manusia purba yang ada di antara sungai Eufrat dan Tigris di wilayah Irak dan Suriah saat ini, orang-orang menulis dengan aksara paku di atas lempengan tanah liat," papar salah seorang penulis, Dr Troels Pank Arbøll, seorang peneliti di bidang pengobatan Mesopotamia kuno di Universitas Copenhagen, Denmark. "Ribuan lempengan tanah liat ini telah bertahan hingga hari ini, dan berisi contoh yang jelas bahwa berciuman dianggap sebagai bagian dari keintiman romantis pada zaman dahulu, seperti halnya berciuman dapat menjadi bagian dari pertemanan dan hubungan antar anggota keluarga," lanjutnya.
Iddin-Sin bukanlah siswa biasa yang menulis surat penuh kasih sayang dan rindu kepada ibunya. Sebaliknya, ia memulai keluhannya tentang keadaan pakaian yang ia alami.
Alih-alih berbicara tentang keadaan dirinya atau bahkan mengungkapkan kerinduannya, Iddin-Sin memutuskan untuk menyalahkan ibunya atas penurunan kualitas pakaian yang ia miliki.
"Tiada tahun tanpa tahun, pakaian para pemuda di sini semakin baik, tetapi kau membiarkan pakaianku semakin buruk dari tahun ke tahun. Bahkan, kau terus membuat pakaianku semakin buruk dan semakin sedikit. Saat di rumah kami, wol habis seperti roti, dan kau malah membuat pakaianku semakin sederhana.”
Dilansir IFL Science, Iddin-Sin mengejek ibunya dengan mengungkit pemuda lain di sekitarnya yang memiliki pakaian yang jauh lebih baik.
Ia bahkan menyebut seorang pemuda bernama Adad-iddinam, yang hanya anak dari asisten ayahnya, yang memiliki dua set pakaian baru, sementara dirinya harus berjuang bahkan hanya untuk satu set pakaian yang layak.
Kekesalan dalam surat ini mencapai puncaknya ketika Iddin-Sin katika dia mengatakan meskipun ibunya melahirkan dia, ia merasa tidak dicintai sebagaimana Adad-iddinam yang hanya diadopsi oleh ibunya.
Surat ini memberikan kita pandangan unik tentang budaya dan prioritas di masa lalu, di mana pakaian memiliki peran penting dalam mengekspresikan status dan martabat seseorang.
Meskipun surat ini tampaknya ditulis sebagai keluhan pribadi, ia sekarang menjadi saksi bisu dari kehidupan sehari-hari di Mesopotamia pada abad ke-18 SM.
Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya berhati-hati dengan apa yang kita catat, karena kita tidak pernah tahu siapa yang akan membaca catatan itu ribuan tahun kemudian.
Sejarah telah mengungkapkan banyak surat dan dokumen kuno yang memberikan wawasan berharga tentang kehidupan masa lalu, dan surat ini adalah salah satu contohnya.