Bukan Minyak Bumi, Ini Cairan Termahal di Dunia dengan Harga Fantastis Bisa Tembus Rp588 Miliar Per Galon
Cairan termahal ternyata bukan minyak bumi ataupun minuman, melaikan racun.
Cairan paling mahal di dunia ternyata bukanlah air atau minyak bumi yang menjadi sumber komoditas banyak negara. Cairan termahal ini ternyata berasal dari bisa kalajengking.
Namun, perlu perjuangan yang berbahaya untuk mendapatkan bisa kalajengking yang siap pakai, bisa ini perlu diekstraksi dan diolah dengan cara khusus dan sangat berbahaya.
-
Apa arti cincin di jari kelingking? Jari ini sering dikaitkan dengan status profesional, intuisi, dan kemampuan komunikasi.
-
Apa saja manfaat dari jamur kancing? Jamur kancing adalah salah satu bahan makanan yang memiliki segudang manfaat. Selain itu, jamur kancing juga mudah sekali dijumpai di pasar Indonesia.
-
Apa manfaat utama kolang-kaling bagi kesehatan? Salah satu manfaat utamanya adalah kemampuannya dalam menurunkan asam urat dan kolesterol.
-
Apa saja khasiat cengkih dalam jamu? Cengkih memiliki kandungan antioksidan dan senyawa aktif yang sangat tinggi. Rempah ini dapat membantu menurunkan kadar asam urat dan kolesterol, mengurangi peradangan, melawan radikal bebas, serta meningkatkan fungsi hati dan mencegah osteoporosis.
-
Apa yang Keleng hasilkan dari budidaya jangkrik? Panen Melimpah Seiring berjalannya usaha ternak jangkrik ini, Keleng bisa menghasilkan 10 kilogram jangkrik dalam kurun waktu per tiga hari. Selain itu, ia juga mampu menghasilkan ribuan jangkrik dari kandang berbahan triplek miliknya.
-
Apa manfaat yang ditawarkan oleh jamur kancing? Selain enak dan lezat, jamur kancing juga memiliki segudang manfaat untuk kesehatan. Jamur kancing berkontribusi pada asupan harian yang direkomendasikan dari beberapa mineral dan vitamin.
Dilansir Greek Reporter, Deathstalker menjadi kalajengking paling berbahaya di dunia yang mencapai harga Rp588 miliar rupiah per galon karena dapat digunakan untuk pengobatan medis.
\Alasan dibalik mahalnya cairan ini adalah karena kalajengking perlu diperah dengan tangan dan satu persatu sehingga perlu kehati-hatian dan ketelitian.
Seekor kalajengking hanya menghasilkan paling banyak dua milligram bisa dalam satu waktu.
Meskipun penelitian mengenai racun kalajengking ini masih terus dieksplorasi, beberapa komponen racun menunjukan hasil yang menjanjikan dalam pengelolaan nyeri kronis. Bisa kalajengking juga telah digunakan oleh beberapa kebudayaan selama berabad-abad sebagai pereda nyeri alami.
Klorotoksin merupakan salah satu komponen dalam racun atau bisa kalajengking yang memiliki manfaat untuk terobosan pengobatan medis.
- Uniknya Batu Akik dari Sumatera Barat, Jadi Perhiasan dengan Harga yang Fantastis
- Mencicipi Gorengan 'Sultan' yang Harganya Bikin Kantong Jebol, Cireng dan Pisang Goreng Dibanderol di Atas Rp100 Ribu
- Harga Minyak Dunia Sempat Melonjak, Harga Pertamax Cs Bakal Naik?
- Total Kerugian Rp 14 M, Ini Deretan Jam Tangan Bermerek dengaan Harga Fantastis yang Dirampok di PIK
Komponen klorotoksin mampu mengikat sel kanker tertentu di otak dan tulang belakang yang membantu mengidentifikasi ukuran dan lokasi tumor secara spesifik.
Manfaat Bisa Kalajengking
Para peneliti telah menggunakan kalajengking untuk membasmi malaria pada nyamuk. Komponen lain seperti kaliotoksin juga telah diberikan pada tikus untuk melawan penyakit tulang, dengan adanya itu para ilmuwan berharap hal ini juga dapat berhasil pada manusia.
Komoditas racun kaljengking di kancah dunia
Metode tradisional untuk mengekstrak racun kalajengking adalah dengan memerahnya secara manual menggunakan tangan.
Tapi, baru-baru ini para peneliti berhasil menggunakan sistem pemerah otomatis yang dipasang menggunakan robot untuk memaksimalkan hasil racun dan meminimalisir campur tangan manusia.
Afrika Utara dan Timur Tengah seperti Mesir, Maroko, dan Iran merupakan pemain utama dalam ekstraksi racun kalajengking karena keberadaan spesies yang beragam dan penting secara medis seperti Androctonus mauretanicus.
India dan Asia Tenggara menjadi peminat global akan racun kalajengking, dengan spesies seperti Heterometrus swammerdami yang dibesarkan secara komersial untuk pengumpulan racun.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti