Gempa di Iran Diduga Karena Uji Coba Senjata Nuklir, Siap-Siap Serang Israel?
Gempa berkekuatan 4,5 magnitudo itu memunculkan spekulasi bahwa Iran melakukan uji coba senjata nuklir.
Provinsi Semnan di Iran diguncang gempa berkekuatan 4,5 magnitudo pada Sabtu (5/10), yang memunculkan spekulasi bahwa negara tersebut telah melakukan uji coba senjata nuklir untuk pertama kalinya.
Menurut spekulasi yang beredar di media sosial, gempa tersebut disebabkan uji coba senjata nuklir bawah tanah untuk menanggapi ancaman Israel. Setelah Iran menyerang negara penjajah tersebut pada Selasa (1/10), Israel mengancam akan mengebom fasilitas energi nuklir dan minyak Iran.
- Berhasil Cegat Rudal Israel di Langit Teheran, Intip Seberapa Kuat Pertahanan Udara Iran
- Israel Gempur Pusat Militer Iran, Tak Disangka Cuma Segini Kerusakannya
- Perang Iran Vs Israel di Depan Mata, Ini Senjata yang Dikirimkan Rusia & Amerika buat Bantu Sekutunya
- Iran Vs Israel Picu Perang Dunia Ketiga, Bagaimana Sikap Harus Diambil Indonesia?
Menurut sejumlah sumber orang Iran yang diwawancarai The Cradle, kemungkinan uji coba tes nuklir itu sedang dibahas di para pejabat tingkat tinggi di Iran.
Pada September lalu, sumber dari Suriah mengungkapkan kepada The Cradle, mereka memprediksi bahwa Iran akan berusaha mengembangkan kemampuan senjata nuklir sebagai respons terhadap pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel di Teheran.
Spekulasi bahwa Iran melakukan uji coba nuklir muncul beberapa hari setelah organisasi think tank sayap kanan Amerika Serikat, Heritage Foundation menerbitkan laporan pada 1 Oktober yang menyatakan bahwa "Iran bisa memproduksi senjata nuklir jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan."
Menurut laporan tersebut, pada akhir April 2024, seorang anggota parlemen senior Iran menyatakan bahwa hanya ada “celah satu minggu dari dikeluarkannya perintah tersebut hingga uji coba pertama” bom nuklir.
Doktrin Nuklir
Pada Mei, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa Iran mungkin terpaksa mengubah doktrin nuklirnya, yang hingga saat ini hanya menyerukan penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan sipil.
“Kami tidak punya keputusan untuk membuat bom nuklir, tapi jika keberadaan Iran terancam, tidak ada pilihan selain mengubah doktrin militer kami,” kata Kamal Kharrazi.
Laporan Heritage Foundation menambahkan bahwa pada Juli, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tampaknya menguatkan klaim ini ketika dia menyatakan bahwa Iran saat ini hanya butuh satu atau dua pekan lagi untuk memiliki kapasitas produksi bahan fisil untuk senjata nuklir.
Persediaan Uraninum Meningkat
Pernyataan tersebut menyertai peningkatan signifikan dalam persediaan Uranium yang diperkaya Iran hingga tingkat 60 persen antara Mei dan Agustus 2024, menurut laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Khususnya, Uranium yang diperkaya hingga kemurnian 60 persen hanyalah sebuah langkah teknis yang singkat dari 90 persen yang diperlukan untuk senjata nuklir, tambah laporan itu.
Foundation for Defense of Democracy (FDD), sebuah lembaga pemikir terkait Israel yang berbasis di Washington, DC, mengeluarkan laporan pada tahun 2019 yang mengklaim bahwa Iran telah memulai program untuk membangun lokasi uji coba nuklir bawah tanah yang dimulai pada tahun 2000-an yang dikenal sebagai “Proyek Midan. ”
“Dengan menggunakan informasi geospasial yang tersedia secara terbuka dan menguatkan, kami telah mengidentifikasi kemungkinan lokasi (di wilayah tenggara Semnan) di mana uji bahan peledak non-nuklir bawah tanah dilakukan pada tahun 2003 sebagai bagian dari pengembangan metode seismik untuk mengukur hasil dari suatu bahan peledak nuklir bawah tanah,” jelas FDD.