Ilmuwan: 2023 Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Manusia
Para ilmuwan di Eropa mengumumkan pada Kamis (5/10), 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah manusia.
Ilmuwan: 2023 Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Manusia
Para ilmuwan di Eropa mengumumkan pada Kamis (5/10), 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah manusia. Pernyataan ini tidak begitu mengejutkan mengingat suhu panas mencapai rekornya di belahan bumi utara, serta panas di bulan September yang di luar dugaan.
Sumber: The Independent
"Bulan ekstrem ini telah menjadikan 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat, dengan suhu rata-rata sekitar 1,4 derajat Celcius di atas suhu rata-rata pra-industri," jelas Samantha Burgess, wakil direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa (C3S).
C3S mencapai kesimpulan ini berdasarkan analisis yang dihasilkan oleh komputer dengan menggunakan miliaran pengukuran dari satelit, kapal, pesawat, dan stasiun cuaca di seluruh dunia.
- Ilmuwan Temukan Lumba-Lumba Langka, Ada Jempolnya Seperti Manusia
- Ilmuwan Temukan Dunia Prasejarah yang Belum Pernah Diketahui Sebelumnya, Di Sini Lokasinya
- Bahasa Baru Ditemukan di Reruntuhan Kota Kuno, Tertulis di Atas Lempengan Tanah Liat
- Sejarah Kentut, dari Dewa Kentut Sampai Pemberontakan yang Tewaskan 10.000 Orang
Berdasarkan analisis tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa September 2023 adalah September terpanas yang pernah tercatat secara global dengan suhu udara rata-rata 16,38 derajat Celsius, hampir 1 derajat Celsius lebih panas dari rata-rata antara tahun 1991 hingga 2020. Bulan lalu bahkan setengah derajat lebih panas dibandingkan dengan suhu September terpanas sebelumnya pada tahun 2020.
Para ilmuwan juga menemukan, dari Januari hingga September 2023, suhu rata-rata global adalah 1,4 derajat Celcius lebih tinggi dibandingkan dengan periode 1850-1900, ketika beberapa negara mulai meningkatkan pembakaran minyak, gas, dan batu bara.
Suhu laut mencapai 20,92 derajat Celsius pada bulan September, yang merupakan rekor tertinggi yang pernah tercatat untuk bulan itu. Es laut Antartika tetap pada tingkat terendah yang pernah tercatat untuk sepanjang tahun.
Di balik rekor panas ini terdapat krisis iklim yang disebabkan oleh manusia yang terus diperparah oleh pembakaran bahan bakar fosil yang berlanjut. Kenaikan suhu tahun ini juga meningkat karena munculnya pola iklim alami, El Nino.
Suhu bulan September yang memecahkan rekor ini datang setelah Agustus yang paling panas dan Juli yang juga merupakan bulan paling panas yang pernah tercatat.
“Menurut pendapat profesional saya sebagai seorang ilmuwan iklim, September benar-benar luar biasa,” ujar Zeke Hausfather, di proyek data iklim Berkeley Earth.
Peningkatan panas global ini tercermin dalam peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia. Eropa Selatan, Afrika Utara, Amerika Utara, dan Asia telah menghadapi gelombang panas yang tak kunjung berhenti sejak musim semi.
Suhu panas yang terjadi dalam durasi yang cukup lama ini juga memicu badai dan menyebabkan badai kuat serta hujan deras mematikan di seluruh dunia. Sebagai contoh, di Libya, ribuan orang tewas setelah curah hujan yang tinggi memicu banjir dan menyebabkan runtuhnya dua bendungan yang menghanyutkan sepertiga kota pada bulan September. Hujan deras juga menyebabkan banjir bandang mematikan di berbagai negara seperti India, China, Korea Selatan, Brasil, Chili, dan Timur Laut Amerika Serikat.
Selain itu, kebakaran hutan juga telah melanda berbagai negara seperti Yunani, Italia, Kroasia, dan Aljazair. Kanada bahkan mengalami lebih dari 6.500 kebakaran hutan tahun ini yang menghancurkan lebih dari 18,3 juta hektar, dua kali lipat luas Portugal.
Australia juga menobatkan September 2023 sebagai September terkering yang pernah tercatat, yang menjadi tantangan tambahan bagi daerah-daerah yang sedang berjuang menghadapi kekeringan.
Sumber: The Independent
Di Tanduk Afrika dan Amerika Selatan, kondisi ini mendorong puluhan juta orang ke dalam kelaparan ekstrem.