Ilmuwan Temukan Limbah Mikroplastik Cemari Awan, Ini Dampaknya Bagi Lingkungan
Studi ini mengungkapkan seberapa jauh penyebaran mikroplastik serta efek yang mungkin ditimbulkan terhadap perubahan iklim global.
Limbah mikroplastik terdiri dari partikel plastik atau serat yang berukuran kurang dari 5 mm dan menjadi pencemar di lingkungan. Mikroplastik ini dapat ditemukan di berbagai lokasi, termasuk perairan laut, estuari, sedimen, terumbu karang, serta bahkan di awan.
Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan, limbah mikroplastik telah mencemari atmosfer yang terdapat dalam awan. Dikutip dari laman IFL Science, penelitian ini dilakukan ilmuwan dari Jepang dan diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemistry Letters pada 14 Agustus 2023.
-
Dimana penelitian tentang mikroplastik di air minum dilakukan? Dalam penelitian ini, para peneliti mengumpulkan sampel air keran yang dari Guangzhou, China, dan menambahkan konsentrasi yang bervariasi dari nanoplastik dan mikroplastik.
-
Mikroplastik apa saja yang ditemukan di awan oleh para ilmuwan Jepang? Mikroplastik yang ditemukan meliputi polietilena, polipropena, polietilena tereflat, polimetil metakrilat, resin epoksi, poliamida 6, kopolimer etilena-propilena atau paduan polietilena polipropilena, dan poliuretan.
-
Dimana para ilmuwan Jepang mengambil sampel air dari kabut untuk penelitian mikroplastik? Para ilmuwan mendaki puncak Gunung Oyama dan Gunung Fuji untuk mengumpulkan sampel air dari kabut di sekitar gunung tersebut dengan ketinggian 1.300 meter hingga 3.776 meter.
-
Bagaimana para ilmuwan berhasil memetakan Sungai Atmosfer? Para peneliti dari University of California telah menggabungkan data dari berbagai satelit untuk membuat peta koridor uap air yang luas ini. Tim dipimpin oleh ilmuwan atmosfer, yaitu Weiming Ma.
-
Bagaimana cara mikroplastik yang terbawa angin (AMPs) berkontribusi terhadap pemanasan global? AMP terdegradasi jauh lebih cepat di lapisan atas atmosfer dibandingkan di permukaan bumi karena radiasi ultraviolet yang kuat, dan degradasi ini melepaskan gas rumah kaca dan berkontribusi terhadap pemanasan global.
-
Siapa yang memimpin penelitian tentang cadangan air di luar angkasa? Dua tim astronom yang dipimpin oleh ilmuwan di Caltech, telah menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta.
Temuan ini menunjukkan seberapa luas penyebaran mikroplastik dan dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap perubahan iklim global. Para peneliti mengonfirmasi, mereka telah menemukan mikroplastik di awan dan menyatakan kondisi ini berpengaruh terhadap iklim.
Mikroplastik tersebut terdeteksi saat para peneliti melakukan pendakian di Gunung Fuji dan Gunung Oyama untuk mengumpulkan air dari kabut di puncak gunung. Pengambilan sampel di ketinggian ini membantu memperlihatkan bagaimana mikroplastik dapat terakumulasi di berbagai lapisan atmosfer. Setelah mengumpulkan air kabut, para peneliti melakukan analisis menggunakan teknik pencitraan canggih serta spektroskopi inframerah transformasi mikro Fourier.
Metode pencitraan ini digunakan untuk menentukan sifat fisik dan kimia dari air kabut yang telah diambil. Hasil analisis menunjukkan, terdapat 9 jenis polimer dan 1 jenis karet dalam mikroplastik yang terdeteksi di udara, dengan ukuran yang bervariasi antara 7,1 hingga 94,6 mikrometer. Bahkan, setiap liter air awan mengandung antara 6,7 hingga 13,9 partikel plastik.
Masuk ke Atmosfer
Pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini kemungkinan besar disebabkan 10 juta ton potongan plastik yang terbuang ke lautan dan kemudian terbawa ke atmosfer melalui proses penguapan dan angin. Penelitian terbaru menunjukkan, mikroplastik yang terdeteksi merupakan partikel "hidrofilik", yaitu partikel plastik yang cenderung menarik air. Keberadaan partikel ini mengindikasikan awan dapat terbentuk dengan lebih cepat, yang berpotensi memengaruhi pola cuaca serta sistem iklim secara keseluruhan.
Sebelumnya, para ahli dari Penelitian Sampah Laut Internasional di University of Plymouth menemukan, jumlah sampah plastik di lautan meningkat hingga 50 persen dalam dua dekade terakhir. Mikroplastik kini menjadi masalah global yang serius, karena keberadaannya dapat ditemukan di berbagai tempat, termasuk dalam makanan, minuman, dan bahkan tanaman.
- Ilmuwan Temukan Ulat Pemakan Plastik, Bisa Jadi Sekutu Manusia dalam Perang Melawan Limbah
- Penelitian: Mikroplastik Sudah Ditemukan di Jantung dan Otak Manusia
- Ilmuwan Temukan Mikroplastik di Jaringan Otak Manusia di Atas Hidung, Ini Bahayanya
- Mengerikan Penelitian Terbaru Ungkap Mikroplastik di Otak Manusia: Dampak dan Bahayanya
Lebih dari 1.300 spesies hewan, baik laut maupun darat, serta organ manusia telah terpapar limbah mikroplastik. Dikutip dari laman Phys pada Kamis (24/10/2024), diperkirakan hampir 40 megaton mikroplastik terlepas ke lingkungan setiap tahunnya. Angka ini diprediksi dapat meningkat dua kali lipat pada tahun 2040, yang tentu saja akan memperburuk situasi yang sudah sangat kritis.
Polusi mikroplastik ini diprediksi akan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang luas pada abad mendatang. Penelitian juga menunjukkan mikroplastik dapat merusak ekosistem laut, mengganggu rantai makanan, dan berpotensi mengubah perilaku serta kesehatan organisme yang terpapar. Dampak ini tidak hanya terbatas pada hewan, tetapi juga dapat meluas ke manusia melalui konsumsi makanan laut yang terkontaminasi, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang.