Jurnalis Palestina Tewas Dibunuh Tentara Israel Setelah Berkali-Kali Diancam Lewat Telepon karena Liput Kekejaman Israel di Gaza
Dia sudah menerima pesan ancaman dari Israel lewat ponselnya pada Mei lalu.
Hassan Hamad (19), seorang jurnalis Palestina tewas tepat di dalam kamarnya sendiri oleh tembakan artileri pasukan Israel pada Minggu (6/10).
Ia tewas setelah menerima pesan ancaman yang memerintahkannya untuk berhenti merekam serangan Israel di Jalur Gaza terutama di Jabalia tempat ia mengungsi.
- Israel Serang Ambulans dan Tembaki Jurnalis di Kamp Pengungsian Gaza, Bunuh 48 Warga Palestina Hanya Dalam 24 Jam
- Israel Bunuh Jurnalis Palestina, Media Barat Tutupi Kebenaran Genosida di Gaza
- Jurnalis Ini Bakar Diri di Dekat Gedung Putih, Sebut Media Amerika Terlibat Genosida di Gaza
- Video Jurnalis Palestina Pingsan Saat Laporan Langsung di Gaza, Diduga Kelelahan dan Kelaparan
Salah seorang rekannya yang memiliki akses akunnya di X mengatakan Hamad telah mengirim video tentang penyerangan tersebut hingga larut malam sebelum ia tewas keesokan paginya.
Dilansir dari Middle East Eye (MEE), dalam panggilan telepon terakhir mereka pada pukul 6 pagi, Hamad mengatakan “Itulah mereka. Itulah mereka. Semuanya sudah berakhir.”
Beberapa bulan sebelumnya, Hamad sempat membagikan tangkapan layar kepada rekan-rekannya yang berisi ancaman yang diterimanya dari nomor Israel.
Pesan itu berbunyi: “Dengarkan, jika Anda terus menyebarkan kebohongan tentang Israel, kami akan mendatangimu selanjutnya dan mengubah keluargamu menjadi.... Ini peringatan terakhir.”
Tak sampai di situ, Hamad juga menerima panggilan telepon dan teks langsung dari seorang perwira Israel yang memerintahkannya untuk berhenti merekam kejahatan mereka.
Sudah sering diancam
Manajer Media Town Production Company, tempat Hamad bekerja, Ashraf Mashharawi mengatakan Hamad menerima pesan pertama pada 13 Mei. Setelah itu, ia menerima banyak ancaman melalui telepon dan pesan teks yang memintanya untuk berhenti bekerja.
“Hamad menolak karena ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Kami menyarankannya untuk mengurangi pekerjaannya, tetapi ia menolak mentah-mentah. Ia berkata: 'Saya tidak akan terintimidasi oleh ancaman-ancaman itu. Kami benar dan mereka salah,” kata Mashharawi mengutip Hamad.
Beberapa jam sebelum kematiannya, Hamad mengunggah kabar tentang dirinya yang selamat dari serangan pesawat tak berawak Israel di Jabalia.“Alhamdulillah, rekan saya, jurnalis Moamen Abu Awda dan saya selamat dari tembakan quadcopter di sekitar al-Muqaid di tengah kamp Jabalia,” kata
Hamad.Mashharawi mengatakan ini bukan pertama kalinya Hamad selamat dari serangan Israel."Mereka sebelumnya menembakkan peluru artileri tepat di sampingnya saat dia sedang meliput. Di waktu lain, sebuah quadcopter melepaskan tembakan langsung ke arahnya," tambahnya.
Berjuang untuk Palestina sampai akhir hayatnya
Dalam unggahan terakhirnya di X, beberapa menit sebelum tewas, Hamad melaporkan pengeboman Israel terhadap sebuah rumah di Jabalia yang menewaskan enam warga Palestina.
"Sebuah rumah menjadi sasaran di dekat persimpangan di kamp Jabalia, sebelah utara Jalur Gaza. Menurut laporan awal, ada enam orang yang menjadi martir termasuk seorang pengantin pria yang baru saja menikah seminggu lalu," katanya.
Menurut Mashharawi, artileri Israel langsung menargetkan kamar tidur Hamad, tempat ia mengunggah rekaman yang ia rekam selama serangan Israel.
“Hassan terbunuh di kamar tidurnya saat fajar. Ia baru saja kembali ke kamarnya untuk mengirim beberapa materi kepada kami ketika ia terbunuh. Saudaranya, yang berada di kamar lain, mengalami luka ringan,” ungkap Mashharawi kepada Middle East Eye.
“Namun, jelas peluru itu ditembakkan secara langsung dan khusus ke kamar tidur Hassan untuk secara sengaja menargetkannya,” imbuhnya.
Sejak 7 Oktober 2023, setidaknya 175 jurnalis Palestina terbunuh di Gaza, menurut kantor media pemerintah.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti