Lima orang berhati mulia, rela berkorban demi gelandangan
Di antara mereka ada yang berhenti dari pekerjaan demi menolong gelandangan.
Tunawisma atau gelandangan yang marak mewarnai jalanan ibu kota memang terlihat seperti sampah masyarakat. Namun siapa sangka? diantara kita yang berkecukupan, masih ada yang berhati mulia untuk peduli mengulurkan tangan demi nasib mereka.
Tidak pandang bulu, mulai dari anak kecil, remaja, dokter, hingga pengungsi Timur Tengah yang ada di Eropa juga terketuk hatinya demi membantu para gelandangan tersebut. Memberi makan, mencukur rambut, hingga menjahitkan baju, semua diakukan demi menolong nasib para tunawisma di jalan-jalan besar ibu kota di berbagai negara.
Berikut lima cerita para orang berhati mulia rela berkorban demi bantu gelandangan dirangkum merdeka.com dari bermacam sumber:
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
-
Siapa yang menginspirasi dengan kisahnya? Perempuan 22 tahun itu baru saja mengikuti program Singapore-Indonesia Youth Leaders Exhange Program (SIYLEP). Dia didapuk menjadi Duta Pemuda Indonesia 2023 dan mewakili Provinsi Banten di Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI. Kisahnya turut menginspirasi. Banten provinsi wisata dan budaya Disampaikan Sheila, dirinya bersama 34 perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia lainnya bertandang ke Singapura selama lima hari.SIEYLAP sendiri mengusung tema pariwisata yang dikenalkan secara maksimal oleh dirinya. "Sekaligus memperkenalkan tentang Banten dan mengenalkan potensi wisata Banten kepada delegasi Singapura.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Siapa yang menjadi sorotan karena menari ala India? Nursyah, ibu dari Indah Permatasari, telah berhasil memikat perhatian netizen dengan aksinya menari ala India yang menjadi viral di media sosial.
-
Kapan Nursyah mulai menari ala India? Nursyah sendiri sebelumnya telah sering membagikan video dirinya menari ala India di media sosial.
-
Mengapa Nursyah suka menari ala India? Hal ini tidak terlepas dari kecintaannya pada musik dangdut dan Bollywood.
Lelaki ini potong rambut gelandangan dengan cuma-cuma
Jangan menilai buku dari sampulnya! Ungkapan ini sangat pas untuk menggambarkan penampilan Mark Bustos yang sangar, namun berhati lembut.
Mark adalah seorang penata rambut dari New York yang menghabiskan akhir pekannya dengan memberi layanan potong rambut gratis bagi para tunawisma. Kisahnya pun menjadi perbincangan hangat di dunia maya, ketika semua orang begitu tersentuh dengan kebaikan hatinya.
Mark yang bekerja di sebuah salon kelas atas mengisi waktu luangnya di hari Minggu dengan berkeliling kota untuk mencari para tunawisma yang membutuhkan bantuannya. Dia akan mendekati tunawisma yang menurutnya perlu dicukur atau dipotong rambutnya dengan kalimat sederhana: "Saya ingin melakukan sesuatu yang baik untuk Anda hari ini."
"Rasanya begitu menyenangkan," kenangnya, "Dan saya memutuskan untuk membawa energi positif ini kembali ke NYC."
Mark juga melakukan perjalanan ke Jamaika, Kosta Rika, dan Los Angeles untuk memberi layanan potong rambut gratis bagi mereka yang tidak mampu membayar untuk potongan rambut yang layak.
Dari ratusan orang yang telah ditemuinya, ada satu nama yang tidak pernah bisa dilupakannya. Pria itu bernama Jemar Bank. Setelah menawarkan layanan potong rambut gratis untuknya dan membelikan makanan yang diinginkannya, pria itu sama sekali tidak mengatakan apa pun sepanjang proses tersebut.
Dan setelah Mark menunjukkan padanya hasil potongannya, hal pertama yang dia katakan kepada Mark adalah, "Apakah Anda tahu siapa yang membutuhkan pegawai?" Mark merasa gembira ketika mengetahui bahwa hal kecil yang dilakukannya telah memotivasi orang lain untuk kembali bekerja.
Mark terkadang juga pergi bersama pacarnya. Wanita itu akan menanyakan apa yang ingin dimakan oleh tunawisma yang dilayani oleh Mark dan membelikan makanan itu untuknya. Kebanyakan tunawisma tidak benar-benar tahu makanan apa yang ingin mereka makan. Sebab, mereka biasanya hanya mendapatkan makanan sisa.
Mark selalu memberikan layanan potong rambut gratis di ruang terbuka, seperti sudut-sudut jalan dan trotoar, supaya masyarakat dapat melihatnya dan mendapatkan inspirasi untuk berbuat baik kepada mereka yang kurang beruntung.
Jadi, jangan menilai orang lain hanya dari kulit luarnya saja. Mereka yang terlihat sangar terkadang punya hati yang lebih lembut daripada mereka yang terlihat bak malaikat. Kebaikan hati letaknya di dalam diri, bukan dari sampul diri.
Dokter ini menyamar jadi gelandangan untuk obati tunawisma
Di era seperti ini, ketika semua hal hanya bisa didapatkan dengan uang, kesehatan menjadi satu hal yang tak terjangkau oleh masyarakat pinggiran. Terutama bagi orang-orang tunawisma dan gelandangan yang jangankan untuk berobat, bisa makan tiga kali sehari saja sudah bersyukur.
Barangkali hal inilah yang kemudian menggugah hati Dr Jim Withers, seorang dokter asal Pittsburgh yang sudah mendedikasikan lebih dari 20 tahun hidupnya untuk mengobati para tunawisma di kotanya. Dia biasa berkeliling dengan baju ala gelandangan dan mengunjungi orang-orang miskin yang membutuhkan pengobatan. Jim Withers bahkan dijuluki 'dokter jalanan' karena aksinya ini.
Jim memulai kegiatannya sebagai dokter jalanan pada tahun 1992 bersama seorang mantan tunawisma, Mike Swallows. Dua orang ini keluar di malam hari sambil membawa peralatan medis dan obat-obatan. Hingga saat ini, sudah lebih dari 1.200 tunawisma yang merasakan kebaikan hati dari Jim.
Saat ini, inisiatifnya menginspirasi banyak mahasiswa kedokteran dan relawan untuk berkunjung ke rumah-rumah orang miskin dan menawarkan pengobatan gratis, empat kali seminggu. Aktivitas ini dinamai Operation Safety Net yang dilakukan secara sukarela dan tidak menarik dana sepeser pun.
"Hal pertama yang menamparku adalah banyaknya orang yang tinggal di bawah jembatan dan tak memiliki rumah. Mereka tak mampu dan takut ke rumah sakit. Ketika berkeliling aku mulai menyadari bahwa banyak dari mereka memiliki penyakit yang serius, seperti luka yang parah dan bahkan kanker," ungkap Jim, seperti dilansir oleh Oddity Central.
Ketika pertama kali mengungkapkan idenya untuk membantu tunawisma banyak teman yang tak setuju. Namun Jim tetap bersikeras melakukannya. Mengambil risiko bahwa dia akan dikeluarkan dari komunitas medisnya, dia tetap melanjutkan misinya untuk mengobati orang-orang miskin di sekitarnya.
"Beberapa orang berpikir negatif mengenai hal ini, tapi mereka punya banyak hal untuk dipelajari. Kurasa ini berkaitan dengan bagaimana kita melihat diri kita sendiri dan profesi kita sebagai dokter," ungkapnya.
Dulu Jim hanya bisa membawa beberapa jenis obat ketika berkeliling memeriksa kesehatan tunawisma. Kini dengan adanya donor dan sukarelawan, dia bisa menambahkan banyak suplai obat untuk pelayanan yang lebih baik. Kisah Jim ini sudah dibuat dalam film dokumenter oleh Julie Sokolow. Program yang dilakukan Jim pun sudah banyak ditiru di 90 negara.
Tentunya kisah Jim ini sangat menginspirasi. Bagaimana seseorang menggunakan profesi dan kemampuan yang dimilikinya untuk membantu sesama secara cuma-cuma. Kita pun bisa mencontoh apa dilakukan Dr Jim sesuai dengan kemampuan kita sendiri.
Bocah ini jahit baju sendiri buat diberikan kepada gelandangan
Namanya Xavier Elliott, usianya 10 tahun asal Arizona, Amerika Serikat, namun dia amat peduli dengan tunawisma. Bersama ibunya, Xavier membuat baju untuk para gelandangan tersebut dengan memakai uang tabungannya.
"Ide membuat baju itu keluar dari mulutnya. Dia mengatakan ingin membantu para tunawisma dengan membuat baju agar mereka tidak kedinginan," ujar ibunda Xavier, Stephanie Elliott, seperti dilansir dari metro.co.uk, Rabu (24/6).
Bocah ini yang membuat desainnya sendiri dan menjahitnya dengan mesin jahit modern, dibantu ibunya.
Rupanya kepedulian yang dirasakan bocah laki-laki ini berasal dari pengalamannya sendiri. Ketika itu, ayahnya yang baru pulang dari pelayanan militer di Irak, divonis dokter mengalami stres traumatik, yang mengakibatkan Xavier dan keluarganya harus menghabiskan waktu di enam tempat penampungan tunawisma yang berbeda.
Segalanya bermula dari sana. Saat dia kedinginan, kemudian tidak memiliki banyak baju, dan harus berebut tempat tinggal dengan gelandangan lain.
Namun, sekarang Xavier dan keluarganya sudah tinggal di rumah mereka sendiri. Pengalamannya tersebut yang membuatnya menabung untuk nantinya membeli kain, retsleting, dan kancing, serta benang untuk menjahit.
Baju yang sudah dijahit nantinya akan dikirim ke Salvation Army, tempat penampungan tunawisma lokal.
Berhenti jadi juru masak, lelaki ini beri makan gelandangan
Tak berlebihan rasanya menyebut pria ini sebagai malaikat. Pasalnya, selama 12 tahun terakhir dia telah mengabdikan hidup untuk membantu para tunawisma di India.
Dilaporkan Oddity Central, Narayanan Krishnan telah menyumbangkan 1,5 juta makanan untuk kaum tunawisma di negara tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang ditelantarkan keluarga masing-masing di usia senja atau karena gangguan mental.
Meskipun ia berasal dari kasta terhormat dan memiliki masa depan cerah sebagai chef yang diakui dunia internasional, pria ini lebih memilih menghabiskan hidupnya untuk membantu orang-orang tak mampu.
Sejak pukul 4 pagi, Krishnan dan para stafnya sudah membagi-bagikan makanan gratis yang dia masak sendiri. Dengan mobil van hasil sumbangan, dia menelusuri kota Madurai untuk mencari gelandangan dan pengemis yang membutuhkan makanan hangat. Setiap hari 400 bungkus makanan ia antarkan untuk mereka secara cuma-cuma.
Tak selalu ucapan terima kasih yang dia terima. Kadang dia juga mendapat perlakuan tak menyenangkan dari gelandangan dengan gangguan kejiwaan atau orang-orang yang menurutnya 'terlalu lapar untuk ingat bersikap ramah'. Semua itu tak menjadi masalah bagi Khrisnan, karena misi utamanya hanya memastikan mereka punya makanan untuk dimakan hari itu.
Perbuatan mulia Krishnan dimulai pada tahun 2002, ketika dia pulang ke Madurai untuk mengunjungi kedua orang tuanya.
"Saya melihat seorang pria tua renta makan kotorannya sendiri. Ini sangat menyakitkan bagi saya. Setelah itu saya memberinya makanan dan memutuskan inilah yang harus saya lakukan sepanjang sisa hidup saya," tuturnya kepada CNN.
Malam itu saya berpikir, apa yang saya lakukan selama ini? Saya menjual sepiring nasi goreng seharga 10 Dollar di hotel di mana orang datang untuk makan demi fantasi, kesenangan, dan hiburan. Bukan karena kelaparan. Mereka hanya menyantap separuh bagian dan meninggalkan sisanya di piring."
Dalam satu minggu, Khrisnan menolak tawaran untuk bekerja di hotel bintang lima Swiss dan mengundurkan diri dari posisinya sebagai chef di Taj Hotels. Pada tahun 2003, dia mendirikan yayasan Akshaya Trust yang bertujuan memberikan makanan bagi warga tak mampu.
Yayasan tersebut hidup berkat sumbangan para donatur. Namun donasi yang didapat tidak cukup untuk menutup biaya penyediaan makanan yang harus dikeluarkan. Sisanya masih harus ditanggung Krishnan sendiri dengan penghasilan dari uang kontrakan rumah yang diwariskan oleh kakeknya.
Sementara untuk bertahan hidup, Krishnan terpaksa bergantung kepada orangtuanya. Tadinya mereka tidak menyetujui jalan hidup yang dia ambil.
"Mereka sangat sedih karena sudah mengeluarkan banyak uang untuk pendidikan saya. Saya meminta kepada Ibu, 'Ikutlah denganku, lihat sendiri apa yang aku kerjakan.' Setelah pulang ke rumah, ibu saya berkata, 'Kamu beri makan mereka semua, selama aku masih hidup, aku yang akan memberimu makan.'. Jadi saya hidup untuk Akshaya. Orang tua saya yang merawat saya."
Balas budi sudah ditampung Jerman, pengungsi Suriah beri makan gratis gelandangan
Setiap Sabtu, seorang pengungsi asal Suriah dengan cuma-cuma membagikan makanan kepada para tunawisma di Ibu Kota Berlin, Jerman. Dia adalah Alex Assali yang mengaku ingin mengucapkan terima kasih karena warga Jerman bersedia menerimanya di negara mereka.
Seorang warga Jerman, Tabea Bu, yang pertama kali mengunggah foto Alex di akun sosial media Facebook miliknya.
"Itu Alex! Sebuah langkah besar dilakukannya pagi ini dengan memasak untuk gelandangan. Pria ini membuat saya amat terkesan," katanya dalam akun Facebook pribadinya, seperti dikutip laman Metro, Selasa (24/11).
Kisah hidup Alex sebelum hijrah ke Jerman sangat menyedihkan. Bagaimana pria ini dan keluarganya meninggalkan Damaskus, Suriah lantaran kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Tanpa sepeser uang pun, pria Suriah itu berkelana ke Eropa melewati Libanon, Cyprus, Mesir, Sudan, dan Libya, dan kini mencoba menata hidup baru di Jerman.
Aex mengatakan, dia membagi-bagikan makanan gratis ini untuk berterima kasih atas kebaikan penduduk Jerman kepada dia dan keluarganya.
Alex dan Berliner bertemu di penampungan pengungsi Berlin. Makanan yang diberikan Alex berupa masakan khas Suriah yang dia olah sendiri. Dia memberi makan 100 tunawisma yang berkumpul di sekitar StasiunAlexanderplatz.
Fotonya kini menjadi viral di jejaring sosial, sudah dilihat lebih dari 2,7 juta orang. Seorang netizen bahkan sampai terharu melihat foto Alex. "Inilah seharusnya kemanusiaan itu. Saya harap sesuatu yang baik terjadi pada pria ini," ujar netizen.