Militer Israel Gelisah Karena Tingginya Jumlah Tentara Brigade Golani Tewas di Gaza
Ini merupakan angka kematian tertinggi di antara semua unit infanteri.
Menurut laporan koran berbahasa Ibrani, Maariv, militer Israel semakin gelisah dengan tingginya angka kematian tentaranya dari pasukan elit Brigade Golani. Sedikitnya 110 tentara dari Brigade Golani tewas saat bertempur melawan Hamas di Jalur Gaza, Palestina, sejak 7 Oktober 2023.
Menurut Maariv, ini merupakan angka kematian tertinggi di antara semua unit infanteri. Dalam laporan terbaru, koresponden militer, Gabi Ashkenazi, menekankan banyaknya tentara Brigade Golani yang tewas selama perang, dan mengklaim hal ini akibat langsung dari kekacauan militer dan kurangnya disiplin dalam Brigade Golani yang menghambat efektivitasnya dalam melaksanakan misi tempurnya, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Sabtu (23/11).
- Brigade Al-Qassam: Netanyahu Sengaja Bom Tawanan Israel yang Disandera Hamas
- Ini Tampang 3 Komandan Militer Israel yang Tewas di Tangan Brigade Al-Qassam dalam Operasi Penyergapan Canggih
- Tentara Israel Sudah Bangun 4 Pos Militer di Gaza, Ternyata Ini Tujuannya
- Militer Israel Akui Tembak Mati Tiga Tawanan Israel di Gaza karena Dikira Ancaman
Ashkenazi mewawancarai beberapa petugas yang terlibat dalam operasi di front utara Lebanon dan di Jalur Gaza. Namun, menurut kritikus, laporan tersebut mengabaikan perlawanan sengit yang dihadapi di kedua wilayah, serta tantangan taktis yang sering menjerat tentara dalam perangkap yang direncanakan, sebagaimana dicatat oleh para pengamat militer.
Salah satu perwira yang terlibat dalam pertempuran baru-baru ini menyerukan tindakan tegas dari Komandan Komando Utara mengenai kepemimpinan Brigade Golani, dengan alasan kerugian yang sangat besar, termasuk kematian 110 tentara. Situasi ini menimbulkan pertanyaan mendesak mengenai efektivitas kepemimpinan Brigade dan praktik pelatihannya.
Perwira tersebut menyatakan kerugian itu tidak proporsional dan menghubungkan hal ini dengan kegagalan dalam mengelola operasi militer. Dia merujuk pada insiden spesifik yang melibatkan penyergapan Hizbullah yang mengakibatkan kematian seorang tentara, cedera serius pada seorang komandan kompi, dan cedera sedang pada kepala staf Brigade, seorang kolonel.
Di antara kesalahan kritis yang disoroti dalam laporan tersebut adalah keputusan komandan Brigade untuk memulai operasi militer yang bertujuan menjelajahi “benteng” di Lebanon selatan tanpa izin yang tepat dari komando tinggi militer. Ashkenazi menggambarkan tindakan ini sebagai tindakan yang buruk dan merugikan, sehingga menimbulkan korban yang tidak perlu.
Bendera Merah
Dia menyatakan kesalahan operasional ini menunjukkan masalah yang lebih dalam dan sistemik di dalam Brigade Golani, yaitu kurangnya disiplin dalam proses pengambilan keputusan.
Laporan ini menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran mengenai jumlah korban yang tidak proporsional di Brigade Golani dibandingkan dengan unit infanteri lainnya, dan menyebutnya sebagai “bendera merah” yang memerlukan perhatian pimpinan senior angkatan darat.
Perwira yang ikut serta dalam pertempuran tersebut mempertanyakan apakah para komandan Komando Utara, divisi tersebut, atau kepala staf telah mempertimbangkan alasan di balik perbedaan jumlah korban yang mengkhawatirkan ini.
Dia menekankan semua brigade beroperasi dalam kondisi yang sama, namun tingginya jumlah korban menunjukkan potensi kekurangan dalam kepemimpinan dan pelaksanaan operasional di dalam Brigade Golani.