Misteri Makhluk Yeti di Himalaya Akhirnya Terungkap dari Temuan DNA
Cerita tentang makhluk salju mengerikan bernama Yeti di Pegunungan Himalaya menjadi salah satu kisah paling misterius yang membuat banyak orang penasaran selama ratusan tahun.
Cerita tentang makhluk salju mengerikan bernama Yeti di Pegunungan Himalaya menjadi salah satu kisah paling misterius yang membuat banyak orang penasaran selama ratusan tahun. Terlebih lagi adanya rekaman video yang kurang jelas atau pengakuan orang yang melihatnya langsung serta bekas jejak kaki berukuran besar yang makin membuat orang ketakutan sekaligus penasaran.
Kini misteri itu akhirnya bisa terungkap berkat penelitian DNA yang dilakukan oleh ilmuwan Inggris. Hasil penelitian itu cukup mengejutkan.
-
Mengapa penggalian arkeologi ini dianggap penting? "Situs ini memiliki (peninggalan) arkeologi yang luar biasa dan memudahkan kita mendapatkan pemahaman seperti apa kehidupan orang-orang yang menempati negeri ini pada abad ketujuh."
-
Siapa yang memimpin misi arkeologi ini? Misi arkeologi ini dipimpin Ramadan Helmy sebagai Kepala Misi dan Direktur Kepurbakalaan Sinai Utara.
-
Mengapa para arkeolog mempelajari makam ini? Wali kota Corinaldo Gianni Aloisi mengatakan temuan tambahan di pekuburan Nevola semakin menunjukkan pentingnya area tersebut dan mungkin "memungkinkan kita untuk mengenal, dan mungkin menulis ulang, sejarah koleksi kita."
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Mengapa penemuan ini penting bagi para arkeolog? Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir yang mengumumkan temuan ini pada 23 Juli lalu menyampaikan, artefak ini bisa memberikan pemahaman lebih luas terkait "rahasia peradaban Mesir kuno", termasuk praktik penguburan pada masa itu dan juga peran kota pesisir tersebut dalam perdagangan dengan negara lain di zaman kuno.
Profesor genetika Universitas Oxford Bryan Sykes menganalisis DNA dari sampel rambut dari makhluk yang diduga Yeti. Rambut itu ditemukan di wilayah sebelah barat pegunungan Himalaya di daerah Ladakh dan di Bhutan, berjarak sekitar 1.287 kilometer. Sampel yang diambil dari Ladakh berasal dari sisa mumi makhluk Yeti yang ditembak oleh seorang pemburu pada 50 tahun lalu, sementara sampel kedua hanya berupa sehelai rambut yang ditemukan di hutan bambu oleh sineas film yang sedang menjadi yeti sekitar 20 tahun silam. Skyes menggunakan kedua sampel itu untuk membandingkannya dengan apa yang tersimpan di GenBank, bank data genetik internasional dari spesies yang sudah diketahui.
Sykes terkejut sekaligus bingung dengan hasil analisis penelitiannya. DNA itu 100% cocok dengan sampel dari rahang beruang kutub purba yang ditemukan di Norwegia, berasal dari masa 40.000 sampai 120.000 tahun lalu. Periode itu diketahui adalah masa ketika beruang kutub dan beruang cokelat terpisah secara spesies dan Sykes yakin penjelasan yang paling mendekati adalah makhluk itu merupakan sub-spesies beruang cokelat keturunan dari nenek moyang beruang kutub purba.
"Ini adalah spesies yang belum tercatat selama 40.000 tahun. Kini kita tahu salah satu dari hewan ini masih berkeliaran 20 tahun lalu. Dan yang menariknya dalah kami menemukan hewan jenis ini di kedua ujung Himalaya. Jika salah satunya balik lagi, maka masih ada yang lain di sana," kata Sykes, seperti dilansir laman Ancient Origins.
"Mungkin ini jenis hibrid dan jika perilakunya berbeda dari beruang normal, seperti yang dilaporkan saksi, maka menurut saya itu menjadi sumber misteri dan legenda."
Profesor Sykes mengatakan hasil penelitian itu "sangat tidak terduga" dan masih diperlukan penelitian lebih mendalam untuk memahaminya.
Sykes mengakui masih ada keterbatasan dari analisisnya lantaran hanya sedikit rambut yang dijadikan sampel.
"Sampel ini berusia 50 tahun dan tidak banyak DNA dari sampel itu. Yang sebaiknya dilakukan berikutnya adalah melakukan ekspedisi bersama untuk mencari dan melihat makhluk itu di alam liar dan mengamati apakah ada perilakunya yang bisa diidentifikasi sebagai Yeti."
(mdk/pan)