Sempat Disebut Senjata Biologi, Ini Jawaban Ilmuwan tentang Asal Mula Virus Corona
Sebuah tim peneliti menanggapi beredarnya rumor beberapa waktu lalu yang menyebut virus corona adalah senjata biologi yang diciptakan di sebuah laboratorium di Kota Wuhan, China.
Sebuah tim peneliti menanggapi beredarnya rumor beberapa waktu lalu yang menyebut virus corona adalah senjata biologi yang diciptakan di sebuah laboratorium di Kota Wuhan, China.
Dalam jurnal ilmiah yang diterbitkan secara daring di forum Virologi Senin lalu, para ilmuwan yang terdiri dari ahli epidemiolgi W Ian Lipkin dari Universitas Columbia, Amerika Serikat, Edward Holmes dari Universitas Sydney dan Kristian Andersen dari Scripps Research, mengatakan ada petunjuk penting genetik yang menandakan virus corona tidak diciptakan di laboratorium.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Mengapa Kementerian Keamanan Negara China merasa senjata biologis ini berbahaya? "Senjata genetik lebih mudah disembunyikan, menipu, mudah disebarkan, dan berbahaya dalam jangka panjang," kata Kementerian Keamanan Negara China dalam unggahannya. "Jika digunakan dalam perang, konsekuensinya akan sangat buruk."
-
Bagaimana para ilmuwan mengetahui virus mana yang berbahaya? Tim peneliti menggunakan sel amoeba untuk mengetahui virus apa yang berbahaya. Dalam penelitian, tim peneliti menemukan hanya satu virus yang dapat membunuh sel amoeba yaitu ‘lytic viruses’.
-
Bagaimana Pertempuran Wuhan berakhir? Pada 25 Oktober 1938, pasukan Jepang berhasil memasuki Wuhan setelah mengalahkan pertahanan Tiongkok.
-
Kenapa ilmuwan meneliti virus purba di Himalaya? Penelitian itu memberi gambaran singkat tentang bagaimana virus beradaptasi dengan perubahan iklim selama ribuan tahun.
-
Kapan Pertempuran Wuhan terjadi? Pertempuran ini berlangsung pada 11 Juni 1938, mencakup serangkaian operasi militer yang terjadi antara pasukan Kekaisaran Jepang dan pasukan Republik Tiongkok di wilayah Wuhan, yang merupakan pusat politik, militer, dan ekonomi yang penting bagi Tiongkok pada masa itu.
laman South China Morning Post melaporkan, Kamis (20/2), meski para ilmuwan sudah berulang kali membantah teori konspirasi itu, tapi rumor yang menyebut virus corona diciptakan sebagai senjata biologi masih terus beredar.
Rumor itu mengatakan virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, tempat para peneliti mendirikan salah satu basis data terbesar di dunia tentang virus yang berhubungan dengan kelelawar dan pertama kali diidentifikasi virus itu berasal dari hewan tersebut.
Rumor berbau spekulasi itu juga membuat kepala peneliti Shi Zhengli mengatakan di laman media sosial WeChat: "Saya bersumpah demi nyawa saya, virus itu tidak ada hubungannya dengan laboratorium."
Namun hal itu tidak menghentikan beredarnya rumor, termasuk yang diucapkan Senator Tom Cotton dari Arkansas, Amerika Serikat. Dalam siaran di stasiun televisi Fox News Ahad lalu dia mengatakan virus corona bisa jadi berasal dari "laboratorium super biosafety level-4" di China.
Namun dia kemudian memberi klarifikasi di Twitter dengan mengatakan dia tidak menyebut virus corona sebagai senjata biologi yang direkayasa tapi ada sejumlah hipotesis tentang asal mula virus yang masih perlu didalami lagi.
Hasil penelitian para ahli yang dipublikasikan Senin lalu adalah analisis terbaru yang membuktikan virus corona adalah hasil dari evolusi alami, bukan diciptakan.
Penelitian para hali ini berdasarkan data bagian genom virus dan jenis virus corona yang ada untuk mengidentifikasi evolusi dari struktur virus tersebut.
Para peneliti menemukan, salah satu indikasi yang menyebabkan virus itu bisa mengikat sel manusia akan bermutasi secara berbeda jika dia diciptakan lewat model komputasi dan bukan evolusi alami. Jika pengikatan terhadap sel manusia itu direkayasa maka virus itu akan mengikat sel manusia dengan cara yang berbeda.
"Itu bukti kuat yang menandakan virus corona bukan produk dari rekayasa genetika," kata laporan para peneliti.
Para ahli juga menyoroti bentuk unik protein pada virus itu yang belum pernah dilihat sebelumnya dan itu menjadi bukti kuat berikutnya yang menandakan virus itu bukan dibuat di laboratorium.
(mdk/pan)