Spesies Baru Laba-Laba Ditemukan di Laut Antartika, Warnanya Kuning dan Cakarnya Besar dengan Sarung Tinju
Hewan ini disebut sebagai laba-laba laut, yang merupakan kerabat jauh dari kepiting kuda dan arachnida.
Spesies Baru Laba-Laba Ditemukan di Laut Antartika, Warnanya Kuning dan Cakarnya Besar dengan Sarung Tinju
Seekor makhluk aneh menyerupai laba-laba berwarna kuning dengan empat mata dan cakar bulat besar ditemukan di kedalaman laut di dekat Antartika.
-
Bagaimana Danau Laut Tawar terbentuk secara ilmiah? Dari segi ilmiah, danau ini terbentuk akibat adanya aktivitas tektonik dan vulkanik yang sudah berlangsung selama ribuan tahun.
-
Siapa yang menamai spesies baru anjing laut? Sebelas tahun setelah Sheperd menemukan fosil itu, Boessenecker menamai spesies anjing laut yang baru diidentifikasi itu Valenictus sheperdi, diambil dari nama belakang Sheperd untuk menghormatinya.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di dasar Laut Hitam? Para ilmuwan tercengang ketika menemukan sungai di bawah laut.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan saat mengamati arus bawah laut? Sebuah pegunungan kuno yang tersembunyi di dalam lautan dengan tekanan paling mematikan di dunia ditemukan oleh para peneliti.
-
Bagaimana para ilmuwan menemukan dunia kuno di bawah lapisan es Antartika? Ilmuwan menggunakan teknologi satelit dan metode radio-echo-sounding untuk memetakan area seluas 32.000 km2 di bawah lapisan es tersebut.
-
Bagaimana para ilmuwan menganalisis hilangnya Lautan Es Antartika? Peneliti dari Survei Antartika Britania (BAS) menggunakan set data iklim CMIP6 untuk memeriksa hilangnya es laut secara besar-besaran yang terjadi di Antartika. Dengan set data tersebut, para peneliti menganalisis data dari 18 model iklim yang berbeda untuk memahami probabilitas penurunan es laut yang begitu tajam.
Hewan ini disebut sebagai laba-laba laut, yang merupakan kerabat jauh dari kepiting kuda dan arachnida. Hewan ini hidup di dasar laut, makan melalui probosis seperti sedotan dari mulut, dan bernapas melalui kaki mereka. Ilmuwan telah menemukan lebih dari 1.000 spesies laba-laba laut di seluruh dunia.
Sumber: Live Science
Spesies baru yang ditemukan, Austropallene halanychi, dieksplorasi dari dasar laut di Laut Ross, sekitar 570 meter di bawah permukaan.
Foto-foto: Andrew Mahon
Selain karakteristik aneh laba-laba laut lainnya, spesies baru ini memiliki cakar besar yang menyerupai "sarung tinju," yang kemungkinan digunakan untuk menangkap makanan lembut seperti anemon dan cacing, seperti yang dijelaskan Andrew Mahon, seorang pakar biologi di Central Michigan University. Penelitian ini dipublikasikan pada 28 November dalam jurnal ZooKeys.
Kendati tubuh A. halanychi panjangnya hanya 1 cm, kakinya dapat mencapai panjang hampir 3 cm, memberikan spesies ini tampilan ramping yang umum pada banyak laba-laba laut, meskipun beberapa spesies dapat tumbuh jauh lebih besar, bahkan mencapai lebar hampir 60 cm.
- Ilmuwan Dibikin Pusing Gara-Gara Fosil Cacing Laut Terperangkap dalam Pohon Selama 99 Juta Tahun, Bagaimana Bisa?
- Bukan Laba-Laba Juga Kalajengking, Fosil Hewan Berkaki Delapan Berusia 308 Juta Tahun Ini Bikin Bingung Ilmuwan
- Ilmuwan Temukan Fosil Hewan Mirip Bintang Laut Berusia 155 Juta Tahun, Separuh Tubuhnya Tidak Utuh
- Tak Seperti Binatang Lain, Lumba-Lumba Ternyata Punya Indera Ketujuh
Terlebih lagi, spesies baru ini kemungkinan hanya sebagian kecil dari kehidupan liar yang belum ditemukan di dasar Laut Selatan, sebuah ekosistem yang kaya ragam dari bintang laut berwarna-warni hingga cacing laut yang aneh, spons, dan terumbu karang air dingin.
Mahon menyatakan, lingkungan benthic di Antartika adalah fokus ilmu pengetahuan yang perlu terus dijelajahi. Setiap ekspedisi ke sana menghasilkan penemuan baru karena keragaman hayati yang melimpah.
Untuk memahami lebih lanjut tentang lingkungan ini, para peneliti menggunakan jaring untuk mengeksplorasi dasar laut Antartika dan menangkap berbagai spesies. A. halanychi pertama kali ditemukan pada tahun 2013 oleh kapal penelitian AS Nathaniel B. Palmer.
Baru-baru ini, Mahon dan rekan penelitinya, Jessica Zehnpfennig, mengambil spesimen tersebut dari penyimpanan dan mengidentifikasinya sebagai spesies baru dengan menganalisis bentuk tubuh dan genetik.
Namun, peneliti mungkin berhadapan dengan keterbatasan waktu untuk mempelajari dasar laut Antartika. Perubahan iklim dan pemanasan perairan dapat mengancam masa depan beberapa spesies di ekosistem ini, mendorong peneliti untuk menjelaskan dan melindungi keanekaragaman hayati sebelum terlambat.