Mengapa Susu Kental Manis Disebut Bukan Susu? Berikut Penjelasannya

Cari tahu informasi menyeluruh mengenai susu kental manis yang sering dijadikan tambahan dalam menu sarapan serta beragam hidangan lezat lainnya.

Masih banyak orang yang merasa bingung mengenai status susu kental manis, apakah itu termasuk susu atau bukan. Hingga kini, pertanyaan tersebut terus menjadi perdebatan. Fyi, susu kental manis merupakan produk yang dihasilkan melalui proses penguapan sebagian besar air dari susu segar, lalu ditambahkan gula untuk memberikan rasa manis yang khas. Proses ini menciptakan tekstur yang kental dan creamy, sehingga sering digunakan sebagai pelengkap dalam berbagai hidangan, termasuk menu sarapan.

Selain meningkatkan cita rasa, konsumsi SKM sebagai pelengkap sarapan juga dapat membantu memenuhi kebutuhan energi untuk memulai hari. Untuk memahami lebih dalam mengenai status susu kental manis, ada baiknya kita mengetahui beberapa informasi penting terlebih dahulu.

Sejarah Susu Kental Manis

Berdasarkan berbagai sumber, sejarah mencatat bahwa susu kental manis diciptakan sebagai solusi untuk masalah susu segar yang cepat basi dan tidak tahan lama, terutama pada masa ketika teknologi pendingin belum ada.

Sebenarnya, manusia sudah mulai memanfaatkan susu sebagai bahan makanan dan minuman sejak zaman prasejarah, sekitar 10.000 SM. Bahkan, arkeolog dari Universitas Bristol, Inggris, menemukan sisa-sisa susu pada tembikar kuno yang diperkirakan berusia 5.000 SM di Polandia. Dari situ, manusia berusaha mencari cara agar susu dapat lebih awet dan tidak mudah rusak.

Pada tahun 1820, Nicholas Appert dari Prancis berhasil mengawetkan susu kental manis dalam botol. Setelah itu, inovasi serupa dilakukan oleh Gail Borden Jr. dari Amerika Serikat, yang terinspirasi oleh pengalaman menyedihkan anak-anaknya yang meninggal karena mengonsumsi susu basi. Dia mulai meneliti cara untuk memperpanjang umur simpan susu.

Pada tahun 1853, Borden menemukan metode untuk mengentalkan susu melalui penguapan bertekanan rendah. Ia menciptakan alat yang memungkinkan proses pengentalan susu dilakukan dengan lebih mudah dan praktis. Dalam panci hampa udara, susu direbus pada suhu 136 derajat Fahrenheit, yang lebih rendah dari suhu mendidih normal. Hasilnya, susu tetap enak dan tidak berubah warna, serta yang paling penting, dapat bertahan lebih lama.

Borden terus mengembangkan teknologi ini hingga mampu diproduksi secara massal. Setelah bertahun-tahun melakukan penelitian, pada tahun 1856, Borden akhirnya mendapatkan paten untuk penemuannya, yang merevolusi industri pengolahan susu. Pabrik susu kental manis Borden di Elgin, Illinois, bahkan memproduksi ratusan ribu galon susu kental manis untuk memenuhi kebutuhan tentara selama Perang Saudara Amerika pada tahun 1861.

Selanjutnya, George dan Charles Page, dua bersaudara dari Swiss, mendirikan Anglo-Swiss Condensed Milk Co. di Cham. Pada tahun 1884, John B. Meyenberg juga menemukan metode baru untuk mensterilkan susu kental manis dalam kaleng. Proses pembuatan susu kental manis terus disempurnakan, dengan mengurangi kandungan uap airnya hingga 40%. Akhirnya, susu kental manis dalam kemasan kaleng mulai menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Komposisi Susu Kental Manis

Menurut Pedoman Standar Pangan BPOM, Susu Kental Manis (SKM) adalah produk susu kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu segar dan gula melalui proses tertentu hingga mencapai tingkat kepekatan yang diinginkan, baik dengan maupun tanpa penambahan bahan lain. Gula berfungsi untuk mencegah kerusakan pada produk.

Selain itu, SKM juga mengandung kadar lemak susu minimal 8% dan protein minimal 6,5%. Di industri susu, terdapat berbagai jenis SKM, antara lain Susu Kental Manis Full Cream, Susu Kental Manis Lemak Nabati, dan Krimer Kental Manis. Meskipun terlihat serupa, ketiga jenis SKM ini memiliki karakteristik berbeda yang dapat dilihat dari komposisinya. Secara umum, komposisi SKM terdiri dari susu sapi, minyak nabati, bubuk whey, buttermilk bubuk, maltodextrin, air, susu bubuk skim, gula, dan bahan tambahan lainnya.