Mengapa Gus Dur Dijuluki Bapak Keberagaman?
Setiap presiden yang menjabat memiliki julukannya masing-masing. Presiden keempat, Abdurrahman Wahid diberi julukan Bapak Keberagaman.
Setiap presiden yang menjabat memiliki julukannya masing-masing. Presiden keempat, Abdurrahman Wahid diberi julukan Bapak Keberagaman.
Mengapa demikian?
-
Bagaimana bentuk Gua Kemang? Berbentuk Tidak Simetris Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Gua Kemang sendiri berbeda dari gua-gua lainnya yakni memiliki bentuk yang tidak simetris.
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Mengapa Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme? Kedekatan Gus Dur dengan masyarakat minoritas dan orang-orang terpinggirkan, membuatnya dikenal sebagai sosok yang plural dan menghargai semua perbedaan. Hal ini yang kemudian Gus Dur dijuluki sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
-
Apa yang digambarkan oleh Kesenian Sapi Gumarang? Kesenian Sasapian atau Sapi Gumarang ini memiliki makna yang kuat tentang penggambaran suburnya pertanian di Bandung Barat.
-
Bagaimana Gus Dur mengubah namanya? Nama asli beliau, Abdurrahman Ad-Dakhil, diberikan oleh ayahnya, KH. Wahid Hasyim, dengan harapan agar Gus Dur kelak memiliki keberanian seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, pemimpin pertama dinasti Umayyah di Andalusia. Namun, nama Ad-Dakhil kemudian diganti dengan "Wahid," yang diambil dari nama ayahnya.
-
Kapan Halim Perdanakusuma gugur saat bertugas? Halim bersama pilot Iswahjudi menerbangkan pesawat Avro Anson RI-003 dari Thailand menuju Bukittinggi. Nahas, pesawat tersebut diterjang badai hingga mengalami kecelakaan tanggal 14 Desember 1947."Pesawat tersebut jatuh di Pantai Lumut, Tanjung Hantu, Semenanjung Malaka," tulis TNI AU.
Julukan Bapak Keberagaman ini diberikan oleh Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, museum yang mengelola koleksi, gagasan, dan karya para presiden.
Julukan ini diberikan karena Abdurrahman Wahid atau lebih akrab disapa Gus Dur selama masa pemerintahannya, dia mengeluarkan berbagai kebijakan yang merangkul semua kalangan dan mencerminkan sikap toleransi.
“Jadi kami dari museum itu memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan julukan kepada masing-masing presiden,” jelas Kurniawan Ivan, Edukator Museum Kepresidenan RI Balai Kirti saat ditemui merdeka.com pada (5/11).
Gus Dur dijuluki Bapak Keberagaman karena pada masa pemerintahannya, ia menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang membatasi agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina.
Keputusan ini memberikan kebebasan kepada masyarakat Tionghoa untuk menganut agama, kepercayaan, dan tradisi mereka, termasuk merayakan upacara keagamaan secara terbuka.
- Bercita-Cita Tidak Jadi Apa-apa, Ini Kisah Teladan dari Gus Dur yang Tetap Menggema Meski Sosoknya Sudah Tiada
- Dipanggil PBNU, Lukman Edy Ditanya soal Dua Muktamar PKB pada 2008
- Mengenang Momen Lebaran di Rumah Gus Dur, Tamu dari Berbagai Kalangan Diperlakukan Sama, Ditemui sambil Rebahan di Kursi
- Kisah Mahfud Dipanggil Gus Dur, Tak Berkutik saat Diminta Jadi Menhan
Pakaian Ciri Khas Gus Dur
Keputusan ini juga menjadikan Konghucu sebagai agama resmi, yang sebelumnya seluruh aktivitas peribadatannya dilarang berdasarkan Inpres Nomor 14 Tahun 1967.
Tak hanya soal kebijakan, bahkan pakaian yang ia kenakan juga menunjukkan keberagaman di mana hal itu menjadi ikonik dari dirinya. Pakaian yang sering ia kenakan adalah baju batik, sarung, dan peci.
Hal ini menarik karena beliau adalah santri, kiai, atau ulama, dan pernah menjadi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Namun, dibanding menggunakan gamis putih panjang yang sering dipakai oleh para habib, ia lebih memilih memakai batik.
Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, penasihat PBNU menjelaskan alasan Gus Dur memakai batik dan peci karena mengikuti Nabi Muhammad.
“Gus Dur selalu memakai batik dan peci, ikut kanjeng nabi katanya. Menurutnya Nabi Muhammad memakai pakaian tradisional Arab dan ia pakai pakaian tradisional Indonesia, yaitu batik,” ungkap Gus Mus saat menghadiri acara Haflah Iftitah Dirosah Pondok Pesantren Al-Aqobah Jombang, Jawa Timur.
Kenapa Pilih Batik?
Selain itu, menurut Ivan, Gus Dur memilih batik karena ingin memperkenalkan batik sebagai salah satu atribut budaya Indonesia.
Dengan begitu, ia tidak hanya tampil sebagai pemimpin yang ‘Islami’, tetapi juga sebagai pemimpin yang merangkul seluruh rakyatnya.
“Beliau cukup unik. Beliau kan dari keluarga santri, beliau seorang kiai juga tapi justru beliau itu tidak menggunakan atribut yang gamis, yang baju putih gitu. Tapi justru beliau malah menggunakan atribut budaya asli Indonesia, batik,” ujar Ivan.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti