5 Fakta Sejarah Ukiran Kayu di Jepara, Dijuluki 'Kota Ukir Dunia'
Kota Jepara terkenal dengan kerajinan ukiran kayu-nya. Walaupun sempat mengalami pasang surut, kini kerajinan ukir kayu di Jepara terus bergeliat. Bahkan kini Jepara dijuluki “The World Carving Center” atau kota ukir dunia.
Kota Jepara terkenal dengan kerajinan ukiran kayu. Kerajinan ukiran kayu di daerah itu memiliki sejarah yang panjang. Konon, kerajinan ukiran kayu di Jepara sudah ada sejak tempat itu masih menjadi bagian dari Kerajaan Kalinyamat.
Zaman berganti, salah satu tokoh perempuan Indonesia, Raden Ajeng Kartini, juga punya andil besar dalam pengembangan seni ukir di kota kelahirannya itu. Pada waktu itu, Kartini juga ikut mempromosikan kerajinan ukir kayu ke kota-kota besar di Tanah Air dan ke luar negeri agar para pengrajinnya terlepas dari jerat kemiskinan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Walaupun sempat mengalami pasang surut, kini kerajinan ukir kayu di Jepara terus bergeliat. Pada 2015, hasil dari kerajinan ukir kayu di sana diekspor ke 113 negara. Bahkan kini Jepara dijuluki “The World Carving Center” atau Kota Ukir Dunia. Berikut selengkapnya:
Asal Usul Kerajinan Ukiran Kayu Jepara
©2020 Merdeka.com
Legenda tentang asal usul kerajinan ukiran kayu di Jepara terjadi di zaman Kerajaan Majapahit dan diceritakan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Alkisah dulunya ada seorang ahli lukis dan ahli ukir bernama Prabangkara.
Ia dipanggil oleh Raja Brawijaya untuk melukiskan istrinya dalam keadaan tanpa busana sebagai wujud cinta sang raja kepada permaisurinya. Namun Prabangkara harus melukis berdasarkan imajinasinya karena ia tak boleh melihat sang istri dalam keadaan tanpa busana.
Prabangkara berhasil menyelesaikan tugasnya dengan sempurna sampai seekor cicak jatuh di lukisan itu sehingga dalam lukisan itu sang istri raja memiliki tahi lalat. Saat melihat keberadaan tahi lalat pada lukisan itu, marahlah sang raja karena letak tahi lalat yang jatuh pada lukisan itu sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Dia kemudian diterbangkan dengan diikatkan pada layang-layang dan jatuh di daerah Belakang Gunung yang letaknya tak jauh dari pusat Kota Jepara. Di sanalah Prabangkara mengajarkan ilmu ukir kepada warga dan keahlian seni ukir masyarakat Jepara bertahan hingga kini.
Seni Ukir Jepara Zaman Ratu Kalinyamat
©kemenag.go.id
Pada zaman Kerajaan Kalinyamat, seni ukir di Jepara berkembang pesat. Waktu itu di daerah Belakang Gunung terdapat sekelompok pengukir yang bertugas melayani kebutuhan perkakas ukiran kayu untuk keluarga kerajaan.
Dilansir dari Indonesia.go.id, semakin hari kelompok itu berkembang semakin banyak karena desa-desa di sekitar mereka juga belajar mengukir. Namun sepeninggal Ratu Kalinyamat, perkembangan mereka terhenti. Baru berkembang lagi saat era Kartini, seorang pahlawan nasional kelahiran Jepara.
Peran Raden Ajeng Kartini
©2020 Merdeka.com
Raden Ajeng Kartini turut berjasa dalam mengembangkan kerajinan ukiran kayu di kota kelahirannya. Melihat kehidupan para pengrajin ukir kayu yang tidak beranjak dari kemiskinan, Kartini memanggil beberapa pengrajin di Belakang Gunung untuk bersama-sama membuat ukiran seperti peti jahitan, meja kecil, figura, tempat perhiasan, dan aneka cinderamata lainnya.
Barang-barang ukiran itu selanjutnya dijualnya ke Semarang dan Batavia. Tak hanya itu, dia juga menawarkan kerajinan itu kepada teman-temannya di luar negeri.
Uang dari seluruh hasil penjualan ini diserahkan secara utuh kepada pengrajin untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Keunggulan Ukiran Kayu Jepara
©Jepara.go.id
Ukiran kayu di Jepara terdiri dari jenis yang bervariasi. Banyak masyarakat Jepara yang bisa mengukir untuk benda yang beragam seperti pada patung, pada pintu rumah, lemari, genteng, dan bisa pula mengukir relief.
Dengan beragam hasil karya itu, para pengrajin memiliki jiwa seni ditambah keahlian dan ketelatenan tinggi sehingga menghasilkan karya ukiran yang menarik dan enak dipandang mata. Selain itu mereka juga selalu mengikuti tren zaman sehingga motifnya tidak monoton sejak dari dulu.
Dilansir dari Wikipedia.org, bila dulunya ukiran-ukiran di sana banyak yang bermotif rumit (klasik), pada zaman modern ini para pengukir di sana lebih menonjolkan kesan minimalis sesuai dengan model yang digemari saat ini.
Dijuluki "The World Carving Center"
©Jepara.go.id
Meski sempat mengalami pasang surut, namun semakin ke sini kerajinan ukiran kayu di Jepara semakin mendunia. Karena itulah kota itu sampai dijuluki “The World Carving Center” atau Kota Ukir Dunia.
Pada 2011, terdapat 3.995 unit usaha di bidang kerajinan mebel dan patung ukir yang tersebar di 15 dari 16 kecamatan. Usaha itu bisa sampai menyerap 52.443 tenaga kerja di sana.
Bahkan pada 2015, tercatat ada 113 negara tujuan ekspor ukiran kayu di Jepara dengan Amerika Serikat sebagai tujuan ekspor utama. Hal itulah yang semakin melekatkan Jepara sebagai Kota Ukir Dunia.