Banten Pernah Jadi Pusat Ekonomi Dunia dan Adopsi Sistem Perdagangan Internasional di Abad ke-17, Begini Kisahnya
Di lokasi ini perdagangan internasional sudah berlangsung sejak abad ke-17.
Di lokasi ini perdagangan internasional sudah berlangsung sejak abad ke-17.
Banten Pernah Jadi Pusat Ekonomi Dunia dan Adopsi Sistem Perdagangan Internasional di Abad ke-17, Begini Kisahnya
Inilah potret Pelabuhan Karangantu di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.
Pelabuhan ini pernah jadi saksi kejayaan Kota Banten di masa silam sebagai salah satu pusat perdagangan dunia. Puluhan kapal dari wilayah Asia hingga Eropa pernah bertransaksi di sini.
-
Kapan Sri Sultan Hamengkubuwono II memerintah? Ia memerintah pada kurun waktu tahun 1792-1828.
-
Kapan Dewan Banteng resmi dibentuk? Sebanyak 612 anggota aktif dan pensiunan menyetujui pembentukan Dewan Banteng ini yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein. Dewan Banteng resmi terbentuk pada tanggal 25 November 1956.
-
Bagaimana Sunan Gunung Jati mendirikan Kerajaan Banten? Setelah wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat berhasil dikuasai Demak, Sultan Trenggono lantas menjadikan Syarif Hidayatullah untuk mendirikan kerajaan bercorak Islam di tanah Banten pada 1527.
-
Apa saja yang dibawa utusan Kerajaan Banten sebagai persembahan untuk Raja Charles II? Dikutip dari Kemdikbud.go.id, dalam kunjungannya, kedua duta besar itu diiringi rombongan berjumlah 31 orang dengan membawa persembahan berupa 200 karung lada, perhiasan permata, dan intan, serta emas berukir burung merak.
-
Apa yang dirancang Sri Sultan Hamengku Buwono I di Keraton Yogyakarta? Arsitektur dari Keraton Yogyakarta juga sepenuhnya dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bahkan, semua hiasan dan juga tumbuh-tumbuhan yang ditanam di kompleks keraton dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi.
-
Apa yang menjadi bukti kejayaan Kota Pasuruan pada masa lampau? Beberapa ahli Rumah Daroessalam sebagai Chinese Architecture of Pasuruan. Bangunan ini jadi bukti kejayaan Kota Pasuruan sebagai Kota Bandar di Timur Jawa pada masa lampau.
Angkat Nama Indonesia di Dunia Internasional
Dilansir dari bantenologi.uinbanten.ac.id, dermaga legendaris di ujung barat Pulau Jawa itu pernah begitu berpengaruh bagi perputaran bisnis rempah.
Saat abad ke-17 atau sekitar tahun 1600-an, nama Indonesia mulai dikenal sebagai daerah penghasil rempah dengan kualitas premium.
Rempah yang dijual seperti pala, bunga pala, cengkeh, tembakau, kina, kayu cendana, gaharu, hingga kamper yang didapat dari berbagai daerah di Nusantara.
Ramai Kapal Asing
Mulanya, di akhir abad ke-16 daerah itu mulai dimasuki para pencari rempah dari wilayah daratan Tiongkok.
Saat itu dinasti-dinasti kekaisaran Tiongkok tercatat pernah meramaikan perekonomian Pelabuhan Karangantu, di antaranya Dinasti Tag, Dinasti Sung, Dinasti Yung sampai Dinasti Ming.
Perputaran rempah di Banten itu turut membawa keuntungan besar bagi kerajaan-kerajaan Tiongkok.
Setelahnya mereka membawa berbagai kerajinan seperti keramik dan kain sutra sebagai hadiah bagi para pedagang di Pelabuhan Karangantu.
Jadi Jalur Strategis
Keberadaan Banten yang terhubung langsung ke Samudra Hindia melalui Selat Sunda membuatnya jadi pintu masuk jalur perdagangan yang strategis.
Bahkan posisinya sejajar dengan pelabuhan di wilayah Malaka, sebagai daerah perdagangan dunia Timur dan Barat.
Kondisi ini tak ayal mengundang pencari rempah dari negara lain, seperti Afrika untuk ikut melakukan transaksi perdagangan.
Saking strategisnya, dalam satu waktu pernah terdapat enam kapal besar asal Tiongkok yang datang berbarengan dan melakukan transaksi hingga 300 ribu Real.
Memajukan Banten
Ramainya perdagangan internasional membuat daerah Banten semakin berdaulat. Mereka kemudian berpolitik, dan berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Demak.
Dari hasil pajak cukai barang-barang yang diperjual belikan mampu membuat kota itu berdaulat dan mendorong lahirnya Kesultanan Banten lewat kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin.
Ia juga membangun perkotaan Banten sesuai standar internasional dengan dibangunnya kerajaan besar, masjid dan fasilitas lainnya.
Terapkan Sistem Perdagangan Internasional
Di bawah kepemimpinannya, Sultan Maulana Hasanudin juga telah menerapkan sistem perdagangan internasional yang terbuka, dan memudahkan siapapun untuk menyimpan dagangan.
Di masa itu, Banten menjadi salah satu gudang yang menyimpan barang-barang dari berbagai negara, termasuk dari berbagai pulau di Indonesia.
Kejayaan ini terus berlanjut sampai masa kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa di pertengahan sampai alkhir tahun 1600.
Melalui sistem perdagangan bebas ini, semakin banyak negara yang tertarik berdagang di Banten termasuk dari Turki hingga Timur Tengah. Ini juga memunculkan persaingan dagang antara Asia dengan Eropa.
Terjadi Penguatan Kerajaan Banten
Kondisi ini juga membuat kerajaan Banten mengalami transformasi besar-besaran usai bangsa Eropa Portugis melakukan kerja sama seperti penguatan senjata, perluasan kerajaan, dan benteng.
Kondisi ini juga mampu menggeser kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang sebelumnya menguasai wilayah barat pulau Jawa secara penuh.
Minatnya para pedagang dunia salah satunya karena cukai barang di sana lebih rendah dari Batavia sehingga perputaran ekonomi menjadi tak terbatas.
Terjadinya Kemunduran ekonomi
Di sekitar tahun 1700-an, pedagang-pedagang Eropa dari Belanda dan Inggris mulai banyak berdatangan ke Banten. Namun mereka menolak membayar cukai, dan memilih menukarkannya dengan cara memberi hadiah.
Para kepala pelabuhan menolak hal itu, sehingga satu per satu pengusaha Eropa menarik diri dan memiliki berniaga ke Batavia. Semenjak itu perekonomian kota Banten mulai merosot.
Ini diperparah dengan adanya pemboikotan oleh Gubernur Hindia Timur Jan Pieterzoon Coen yang memboikot kapal-kapal asing dan melarangnya untuk singgah di Banten.
Perekonomian hancur seketika, ini juga akibat politik adu domba Belanda yang tak kurang akal ingin menguasai Banten melalui berbagai kerja dan sistem tanam paksa.