Bantu Kemandirian Petani, Seorang Perempuan di Garut Dirikan Pesantren Ekologi
Unik, sebuah pondok pesantren berbasis lingkungan hadir di Garut Jawa Barat. Diketahui Pondok Pesantren bernama Ath-Thaariq tersebut tidak hanyak mengajarkan ilmu agama, tetapi juga tentang pengelolaan dan pengolahan pertanian.
Pesantren umumnya merupakan tempat untuk mempelajari dan mendalami hal-hal yang sifatnya agama. Namun apa jadinya jika sebuah pondok pesantren mengajarkan kepada santrinya tentang hal-hal yang bersifat lingkungan dan tumbuhan.
Setidaknya itulah gambaran yang terjadi disebuah pondok pesantren bernama Ath-Thaariq di tahun 2009. Lokasinya sendiri berada di Kampung Cimurugul, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kenapa publik jadi perhatian sama kabar Jeanneta? Jeanne jadi perhatian publik gara-gara kabar cerai ini.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
Pesantren yang berdiri di atas tanah seluas 8.500 meter persegi tersebut dikelola oleh aktivis lingkungan perempuan asal Garut bernama Nissa Wargadipurra.
Mendirikan Pondok Pesantren
kemenkopmk.go.id ©2020 Merdeka.com
Pondok pesantren yang mengkaji berbagai persoalan agraria dan kelingkungan ini didirikan oleh Nissa atas keresahannya akan alih guna lahan oleh Perhutani.
Dilansir dari Mongabay Indonesia, wanita 45 tahun ini mengungkapkan jika alasan utamanya mendirikan pesantren adalah karena Ia merasa prihatin terhadap kondisi sekitar. Lahan pertanian di wilayahnya selalu diambil hak gunanya oleh perhutani atas dasar ekonomi sehingga mengurangi stabilitas ekonomi dari para petani sendiri.
Dari situ, ibu tiga orang anak ini mencoba mengedukasi para petani khususnya perempuan untuk bisa mengelola lahan pertanian secara mandiri. Hal tersebut agar para petani bisa lebih produktif dan variatif.
Menginisiasi Bertani Organik
Dalam situs Kemenkopmk.go.id, Nissa menceritakan pengalaman awal saat mendirikan pesantren. Ia mendampingi para petani dalam menggerakan penanaman pertanian organik di wilayahnya.
Para petani pun menjadi lebih sejahtera setelah Ia mengalihkan sistem pertanian semula dengan obyek padi maupun palawija.
Gerakan tersebut dianggap berhasil, dan mayoritas para petani di Bayongbong mulai banyak yang beralih dari menggunakan bahan kimia ke pupuk organik yang lebih ramah lingkungan.
Kurikulum Mendirikan Pesantren
Ibang dan Nissa mengajarkan ilmu pertanian kepada santri/©2020 Merdeka.com
Setelah berjuang bersama petani di wilayahnya, lantas Ia memilih fokus bersama suaminya untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan berbasis lingkungan. Sejak saat itu diakhir 2009 Pesantren Ath-Thaariq lahir.
Di pesantren tersebut para santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, namun juga dengan konsep ekologi yang dibangun. Nissa bersama suami, Ibang mengarahkan para santri untuk diajarkan cara bertani dan berwira usaha.
Ibang menjelaskan bahwa dalam kesehariannya, para santri melakukan aktivitas seperti biasa, ada yang sekolah, kuliah, lalu mengaji.
Namun yang menjadi tambahannya para santri selalu diajarkan untuk bertani. Mulai dari menyiram tanaman, memanen, hingga mengolah tanaman pasca panen menjadi aneka ragam produk pertanian.
"Yang kita olah di sini adalah produk pertanian organik. Yang pasca panen kita buat menjadi teh, atau gula semut, dan juga banyak yang lainnya. Banyak yang kita oleh dari tanaman yang kita tanam sendiri di lahan milik pesantren yang luasnya kurang lebih 1 hektare ini. Kita juga ajarkan santri membuat pupuk organik," kata Ibang dilansir dari Merdeka.com.
Mengarahkan Kesukaan Santri
Lebih lanjut disebutkan jika dalam pesantren tersebut Nissa membebaskan para santri untuk menentukan sendiri minatnya lewat kegiatan pembelajaran yang bebas dan aktif.
Lewat pembelajaran tersebut Nissa berharap para santri bisa bebas mengeksplorasi kemampuan bertani mereka. Dari mulai pembenihan, penanaman sampai tahap panen mereka melakukan sendiri.