Cerita Dalang di Tasik Pilih Tinggal Menyepi di Tengah Hutan, Hidup Bersama Wayang
Dalang bernama Kang Bayu ini memilih hidup menyepi dan hanya ditemani oleh wayang serta istri dan beberapa anak. Ada beberapa kejadian di dekat rumahnya.
Hutan menjadi tempat yang tidak umum untuk ditinggali. Rimbunnya pepohonan dan banyaknya semak belukar, membuat siapapun tak nyaman untuk beraung dan beristirahat.
Namun hal berbeda justru dilakukan oleh seorang pelaku seni dalang di Kampung Panglawakan, Desa Cibanteng, Kecamatan Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia memilih hidup menyepi di hutan, hanya ditemani oleh wayang serta istri dan beberapa anak.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Apa yang terjadi dengan bocah di Tasikmalaya? Ada-ada saja kejadian yang menimpa bocah 3 tahun asal Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia tak berhenti menangis usai kepalanya tersangkut di kaleng wafer.
-
Di mana Orang Talak Mamak tinggal? Melansir dari beberapa sumber, Suku Talang Mamak ini menghuni di empat kecamatan di Kabupaten, mulai dari Batang Gangsal, Cenaku, Kelayang, dan juga Rengat Barat.
-
Kenapa kambing gunung hidup di ketinggian? Tujuannya agar terhindar dari pemangsa.
-
Apa yang terjadi di Stasiun Tawang? Dampak banjir yang belum surut di Stasiun Tawang pelayanan keberangkatan dialihkan ke Stasiun Semarang. Empat kereta api keberangkatan awal dari stasiun Tawang Semarang dibatalkan akibat banjir di beberapa titik yang meredam jalur rel di wilayah Daop 4 Semarang, kamis (14/3).
-
Mengapa kapak perunggu tersebut ditemukan di bawah tanah? Kelima kapak tersebut berasal dari periode 1700 dan 1300 SM dan kemungkinan merupakan penimbunan ritual yang bersifat pemujaan.
Kang Bayu, begitulah dalang tersebut disapa, mengaku nyaman tinggal di sini. Tempatnya teduh dan asri, jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Sehari-hari, dirinya merawat wayang-wayang kesayangannya salah satunya Si Cepot.
“Saya sudah enam tahun di sini, dan dulunya hutan lebat, jam 5 sore udah nggak ada yang berani lewat,” katanya, mengutip Youtube FHR 21 Entertaiment.
Nyaman Tinggal Jauh dari Keramaian
Dirinya mengaku nyaman tinggal dikelilingi hutan dan jauh dari keramaian, meskipun di awal-awal sempat ada rasa takut. Ia bersama istri juga sempat membuka usaha sale pisang yang dibuat di rumah.
Selain itu, ia juga sibuk merawat tanaman benih durian yang nantinya akan ditanam olehnya di area lahan yang kosong,
Nikmatnya tinggal di hutan adalah karena bisa mendapat sumber air alami. Kang Bayu mendapat akses air dari Curug Kacapi yang jernih.
- Kisah Wanita Paruh Baya Tinggal di Tengah Hutan, Kurung Anak Puluhan Tahun di Rumah karena Sakit
- Cerita Sepasang Kekasih Buang Bayi ke Rumah Orang Tua sampai Perkara Dihentikan Kejaksaan
- Cerita Vina dari Kecil Tinggal di Gubuk Tengah Hutan Bareng Orangtua, Usia 25 Tahun Belum Pernah Sekolah
- 8 Cerita Sunda Lucu Bikin Ngakak, Menghibur dan Mengocok Perut
Aktif di Pertunjukan Wayang
Untuk menyambung hidup, Kang Bayu pun masih aktif dalam melakukan aktivitas perdalangan. Ia biasanya mendapat panggilan ke beberapa wilayah, dan dibantu oleh nayaga dari wilayah kota Tasikmalaya.
Cerita daerah khas Sunda biasa dibawakannya bersama tokoh wayang Si Cepot dan beberapa tokoh golek lainnya.
“Saya mendalang sudah dari tahun 2005, terus personil lainnya dari wilayah kota di Tasikmalaya,” katanya
Kanan-Kiri Hutan
Resiko tinggal di pelosok adalah harus siap dengan kondisi hutan yang serba gelap dan kental dengan hal-hal mistis.
Kang Bayu pun pernah mendapati peristiwa di luar nalar, seperti mirip asap hingga berwujud layakna hewan kuda. Namun, hal ini sudah biasa dan sejauh ini ia bersama keluarganya nyaman beristirahat di rumahnya.
Rumahnya juga tak jauh dari sumber air di Curug Kacapi, sehingga keberadaan air cukup berlimpah meski berada di musim kemarau.
“Ada Curug Kacapi dan Curug Sakadomas,” katanya
Rute Menuju Rumah Cukup Sulit Dilalui
Dalam tayangan tersebut, turut ditampilkan rute menuju tempat tinggalnya yang sulit diakses kendaraan.
Untuk mencapai rumahnya, perjalanan hanya bisa dilakukan berjalan kaki dengan memarkirkan kendaraannya sedikit menjauh di dekat jalan raya.
Begitulah sekilah kisah tentang dalang yang memilih hidup menyepi di tengah hutan bersama keluarga dan wayang golek Si Cepot kesayangannya.