Kenalan dengan Batik Kuno Ciwaringin khas Cirebon, Gambarkan Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan hingga Perjuangan Santri Lawan Belanda
Dalam selembar batik khas Ciwaringin terdapat perjuangan rakyat melawan penjajahan.
Dalam selembar batik khas Ciwaringin terdapat perjuangan rakyat melawan penjajahan.
Kenalan dengan Batik Kuno Ciwaringin khas Cirebon, Gambarkan Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan hingga Perjuangan Santri Lawan Belanda
Batik, seni tekstil khas Indonesia yang telah memukau dunia. Keindahan dan motifnya tak terpisahkan dari warisan budaya bangsa selama berabad-abad, seperti di Kecamatan Ciwaringin.
Di wilayah Cirebon paling barat ini terdapat salah satu jenis batik yang unik bernama Ciwaringinan.
Batik ini tak sekedar mengedepankan keindahan corak, namun membawa pesan kejamnya penjajagan.
-
Dimana tempat penjualan batik khas Cilegon? Adapun tempat yang menjual produk batik khas Cilegon tersebut adalah Sanggar Batik Krakatoa di Jalan Teuku Cik Ditiro, Kedaleman, Cibeber, Kota Cilegon.
-
Apa yang unik dari motif batik Cilegon? Motifnya unik, salah satunya bergambar sosok yang tengah bermain debus Kota Cilegon di Provinsi Banten jadi daerah penghasil batik yang unik. Tema kearifan lokal menjadi daya tarik seperti sejarah Gunung Api Krakatau sampai kesenian debus yang penuh magis.
-
Apa ciri khas batik Tarakan? Batik tarakan sendiri memiliki motif khas, yakni nuansa melayu yang sesuai dengan khazanah masyarakat Tidung.
-
Kapan motif batik kawung diciptakan? Mengutip iwarebatik.org, motif kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam (1593-1645).
-
Apa itu batik kawung? Batik kawung termasuk jenis batik populer yang unik dan menarik. Batik adalah seni tradisional yang menjadi salah satu warisan budaya bangsa. Baju batik, dengan corak dan warnanya yang khas, tidak hanya sekadar pakaian tradisional, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Indonesia.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari kerajinan batik kayu di Desa Wisata Krebet? Penduduknya mayoritas bermata pencaharian sebagai perajin yang membuat aneka produk kayu dengan finishing batik.
Dalam selembar kainnya juga tersirat pesan perjuangan para santri yang berkobar untuk memukul mundur para penjajah yang menyengsarakan rakyat.
Sayangnya, batik Ciwaringin popularitasnya tak sementereng Megamendung dan Trusmi yang sudah bertahun-tahun bertahan.
Yuk kenalan lebih dekat dengan batik yang pernah menjadi identitas Cirebon di masa silam ini.
Batik Ciwaringin dan Kreasi Santri Pondok Pesantren
Mengutip jurnal budaya Departmen Pendidikan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia berjudul “ Analisis Makna Motif Batik Ciwaringin Cirebon” karya Aditya Aditama Putri dan Desi Wulandari, batik Ciwaringin sudah berkembang sejak tahun 1940-an.
Ketika itu, batik ini mulai menjadi kegiatan di luar pendidikan agama yang diajarkan di salah Pondok Pesantren Raudlotul Tholibin di Babakan Ciwaringin.
Ketika itu, motifnya hasil pengembangan dari santri asal Lasem, Rembang. Namun karena kemampuan membatik hampir dipunyai oleh banyak santri, akhirnya dikembangkan oleh pengelola dan menjadi produk khas dari pesantren tersebut.
Batik Ciwaringin.
Gambar: Youtube Cirebon Movie
Jadi Batik Khas Pedalaman
Aditya dan Desi memaparkan bahwa batik Ciwaringinan berbeda dengan batik trusmian. Perbedaannya terletak dari motif yang digambar.
Motif Ciwaringin diketahui banyak mengambil inspirasi dari alam dan lingkungan sekitar, seperti tumbuhan, sungai dan lain sebagainya.
- Gambarkan Budaya Kota Kuno, Intip Indahnya Menik Batik Mijen Asli Tangerang
- Perajin Batik Tulis Khas Bayat Klaten Ini Bawa Misi Ramah Lingkungan
- Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa
- Intip Indahnya Batik Khas Kuningan, Ada Motif Kuda sampai Bokor Emas
Salah satu yang menjadi ciri khas adalah pola wit ngrambat yakni dedaunan yang merambat dan menjuntai. Ini ciri khas wilayah pedalaman (perkampungan), dengan perbedaan kuat dari batik Trusmian yang kebanyakan bertema luaran alias Keraton dan Kerajaan.
Gunakan Pewarna Alami
Sejak dulu, batik Ciwaringin dibuat secara terbatas oleh para santri. Mereka memanfaatkan apapun yang ada, termasuk dedaunan dan batang akar untuk mewarnai kain batik.
Bahan-bahan tersebut banyak ditemukan di sekitar pesantren seperti kulit mahoni, kulit manga, kulit buah rambutan, kulit jengkol, kulit manggis, kulit tegeran, kulit merbau, kulit tingi, kulit jolawe, kulit secang, dan akar mengkudu.
Walau warnanya tak setajam pewarya kimia, batik ini tetap memiliki penggemar terutama dari luar negeri. Ini karena konsumen luar, sangat menyukai berbagai hal yang masih alami.
Gambarkan Penderitaan Rakyat
Mengutip laman Disparbud Jabar, motif yang menggambarkan penderitaan rakyat akibat penjajahan juga tertuang di Tebu Sekeret.
Ketika itu, warga Cirebon dan Ciwaringin dalam kondisi kelaparan karena dampak dari perang dan pejajahan.
Efeknya, masyarakat kesulitan mencari makan dan hanya bisa menghisap sari tebu untuk mengganjal perut.
Ini adalah cara warga agar bisa bertahan hidup, karena pasokan makanan dikendalikan pemerintah Belanda yang saat itu berkuasa.
Semangat Santri Usir Penjajah Belanda
Terakhir, batik khas Ciwaringin juga memotret pola yang menggambarkan perjuangan para santri dalam melawan penjajah.
Di masa itu, para santri bersama para pendakwah menjadi salah satu kelompok yang maju untuk memuluk mundur para penjajarah dari barat.
Dalam semangat yang tergambar di motif batik pecutan ini, seolah memecut para santri agar semangat dalam mensyiarkan agama Islam dan memukul mundur para penjajah yang membuat rakyat menderita.
Karena memiliki histori yang panjang, batik khas Ciwaringin ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya khas