Kreatifnya Warga Bandung Kurangi Sampah Perkotaan, Diolah Jadi Pakan Ternak dan Pupuk
Gerakan ini dilakukan secara kolektif dan mandiri melalui pengumpulan dan pemilahan sampah. Upaya ini efektif untuk mengurangi limbah di lingkungan sekitar, hingga tersisa 10 persen yang terbuang ke tempat pembuangan sampah.
Sampah menjadi masalah pelik di wilayah perkotaan. Di Kota Bandung, data statistik menunjukkan ada penumpukan sampah hingga 1.600 ton per hari. Dari situ, warga RW 19, Antapani Tengah berupaya mengolahnya menjadi pakan ternak hingga pupuk.
Gerakan ini dilakukan secara kolektif dan mandiri melalui pengumpulan dan pemilahan sampah. Upaya ini efektif untuk mengurangi limbah di lingkungan sekitar, hingga tersisa 10 persen yang terbuang ke tempat pembuangan sampah.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Dikutip dari ANTARA, Kamis (8/6), kegiatan tersebut dilakukan warga yang tergabung ke dalam kelompok bernama Jasmine Integrated Farming. Pundi-pundi ekonomi juga bisa dihasilkan dari kegiatan ini.
“Kami pengen adanya pemanfaatan sampah itu. Sampah organik kami manfaatkan untuk pupuk organik cair dan kompos, lalu pakan maggot juga,” kata Sekretaris Jasmine Integrated Farming Antapani, Anindya Puspitasari.
Mampu olah 3.200 kilogram sampah lingkungan
©2023 Instagram @jasmine19anteng/ Merdeka.com
Dari 3.200 sampah rumah tangga di kawasan Antapani Tengah itu, 90 persen mampu dikurangi secara maksimal. Dampaknya, tidak ada penumpukan sampah terlebih sampai terbuang ke tempat pembuangan akhir.
Pengelolaan ini disebut Anindya menggunakan metode Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan Sampah (Kang Pisman) yang digulirkan oleh Pemerintah Kota Bandung beberapa tahun belakangan.
Untuk memudahkan pemilahan, pihaknya menyediakan dua buah tempat pemilahan di masing-masing RT. Sampah akan dikelompokkan sesuai jenisnya, sehingga mudah untuk diolah.
Bantu ekonomi warga
Sampah anorganik yang dihasilkan warga wilayah tersebut bisa turut menghasilkan ekonomi. Warga yang memiliki jenis limbah tersebut bisa diinvestasikan, sehingga membantu pendapatan sehari-hari.
Sampah organik kemudian bisa dijadikan sebagai pakan ternak, seperti budi daya ikan dan unggas sehingga amat membantu proses produksinya. Pupuknya bisa dimanfaatkan untuk kemajuan pertanian kota di sana.
Sehari-hari, anggota kelompok tersebut akan aktif berkeliling ke rumah-rumah warga untuk mendapatkan sampah-sampah yang akan diolah.
“Setelahnya manfaatnya terus bertambah, seperti maggot dari sampah yang bisa digunakan untuk makanan ternak,” katanya lagi.
Hanya 10 persen sampah yang terbuang ke TPA
Lurah Antapani Tengah, Teguh Haris Pathon mengatakan, kegiatan pengelolaan sampah oleh warganya ini dinilai ampuh mengurangi sampah perkotaan. Pasalnya hanya sedikit sisa limbah rumah tangga yang terbuang ke TPA.
“Untuk di RW 19, bisa menghasilkan 4 sampai 5 ton sampah lah per minggu, dengan kondisi naik turun, kadang juga bisa 3,5 ton,” kata Teguh.
Menurutnya, saat ini hanya tersisa 10 persen sampah yang tidak bisa diolah seperti limbah residu popok.
“Pengurangan sampahnya, jadi yang anorganiknya sudah dikelola, organiknya sudah dikelola, nah tinggal 10 persen dari sampah residu berupa popok lalu plastik-plastik kemasan,” katanya.
Gerakan ini diharapkan bisa ditiru di daerah lain, terutama di kalangan masyarakat yang tinggal di lahan perkotaan.