Melihat Pecinan Glodok Dulu dan Sekarang, Mulanya Tempat Mencari Kerja Pendatang Asal Cina
Dulu para pendatang asal Cina banyak dipekerjakan Belanda sebagai tim ahli sampai tenaga pengakut tinja.
Dulu para pendatang asal Cina banyak dipekerjakan Belanda sebagai tim ahli sampai tenaga pengakut tinja.
Melihat Pecinan Glodok Dulu dan Sekarang, Mulanya Tempat Mencari Kerja Pendatang Asal Cina
Hiruk pikuk khas Chinatown selalu identik dengan kawasan Glodok di Kota Jakarta Barat. Di sini tersaji berbagai bangunan lawas dengan ornamen merah dan kuning yang dihuni komunitas warga Tionghoa.
Setiap menjelang Imlek, kawasan ini lebih meriah lagi. Sejumlah penjual pernak pernik lampion, busana, hiasan rumah termasuk kuliner hadir di sana. Warga juga saling berbenah bangunan, dengan memperbarui cat dan menghiasnya agar makin cantik.
-
Apa yang didemokan oleh warga di Jalan Godean? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner. Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan “Mberot Jalan Rusak” di sepanjang Jalan Godean.
-
Apa yang menjadi ciri khas Desa Kedung Glantik? Di Desa Kedung Glantik, masih banyak dijumpai rumah tradisional yang terbuat dari kayu. Bahan kayu tersebut memudahkan warga jika sewaktu-waktu harus dipindahkan terutama saat musim penghujan tiba.
-
Apa yang ditemukan di situs sejarah di Desa Ngloram? Di tengah situs itu terdapat tumpukan batu yang berundak. Di sana terdapat makam yang tak diketahui pemiliknya. Di bawahnya terdapat tumpukan bata yang membatasi punden dengan bidang kosong. Di sebelah kiri agak ke bawah terdapat gundukan bata yang disebut dengan Punden Ngloram.
-
Apa yang menjadi ciri khas Gedung Pakuan? Gaya bangunannya masih berarsitektur lawas, dengan dominan cat berwarna putih di tiap sisinya. Banyaknya pilar di sana juga mengindikasikan bahwa bangunan ini didirikan pada abad ke-19, sesuai misi tata kota kolonial Belanda yakni Indische.
-
Apa yang terjadi di sebagian besar kota-kota besar di Tiongkok? Menurut sebuah studi baru yang dipublikasi di jurnal Science, hampir separuh dari kota-kota besar di Tiongkok sedang tenggelam.
-
Mengapa MuseumKu Gerabah dibangun? Museum itu dibangun untuk memberikan inspirasi dan edukasi pada masyarakat agar karya-karya besar dan monumental Timbul di Kasongan bisa dilanjutkan.
Selain mengetahui Glodok di era sekarang, menarik kiranya menjelajahi kawasan Chinatown terbesar se Indonesia ini di masa silam.
Konon dahulu Glodok masih merupakan daerah yang masih sederhana dan merupakan tempat para pencari kerja imigran asal China. Berikut informasi selengkapnya.
Cikal Bakal Glodok
Mengutip jadesta.kemenparekraf.go.id, para pendatang asal Cina sendiri mulai masuk ke Indonesia pada kisaran abad ke-14 sampai abad ke-17 silam.
Ketika itu kawasan ini masih sangat sederhana dan masih merupakan area perkampungan juga tempat peristirahatan kuda.
Orang-orang tersebut datang di antaranya sebagai pencari kerja, sebagai pedagang dan penjual rempah serta sebagai penjelajah. Lambat laun karena dianggap berpeluang, mereka memilih untuk menetap di daerah tersebut.
Jadi Tempat Pencari Kerja
Di tahun 1600 sampai 1700-an, Belanda yang baru masuk ke Indonesia mulai mendirikan pusat perekonomian di Pelabuhan Sunda Kelapa. Ini turut mempengaruhi perubahan nama, dari yang sebelumnya Jayakarta menjadi Batavia.
Kala Batavia, perekonomian tumbuh pesat. Apalagi Belanda juga sukses mendirikan kongsi dagang VOC yang terbukti mampu mensejahterakan masyarakat, buruh dan pedagang rempah.
Di tahun-tahun itu orang-orang Cina banyak dibutuhkan sebagai tenaga ahli dan tenaga kasar di sektor industri Belanda beserta kongsi dagang Eropanya.
Tak sedikit juga para imigran yang dipekerjakan sebagai buruh pengangkut tinja karena saat itu sanitasi belum terbangun baik di sana.
Terdapat beberapa versi penamaan Glodok. Namun yang paling memungkinkan berasal dari penyebutan kata "golodok" atau gerobak (termasuk gerbang) oleh orang Sunda yang lebih dahulu menempati kawasan itu.
Perekonomian Dikuasai Tionghoa
Beberapa tahun berikutnya tepatnya di tahun 1740, terjadi ketegangan antara kelompok Belanda VOC dan komunitas masyarakat Tionghoa hingga memunculkan ketegangan.
Mengutip laman Kelurahan Angke, pemberontakan terjadi karena beberapa faktor, mulai dari ketimpangan, kesewenang-wenangan para pemilik pabrik sampai tuduhan yang menyudutkan etnis Tionghoa.
Selain itu terdapat isu para pengusaha besar Tionghoa berusaha mengambil alih perekonomian yang dibangun Belanda. Belanda akhirnya mengeluarkan kebijakan izin tinggal yang makin membuat komunitas Tionghoa marah.
Jadi Tempat Isolasi Warga Tionghoa
Mengutip dari ANTARA, setelah berakhirnya pemberontakan dan penyerangan, Belanda akhirnya memindahkan komunitas Tionghoa ke kawasan Glodok. Di sana mereka dipantau dan diawasi layaknya tahanan kota.
Di awal abad ke-19 sampai abad ke-20, gelombang kedatangan warga Tionghoa kian bertambah di Glodok.
Mereka membangun usaha-usaha rumahan sampai pabrik untuk memproduksi barang kebutuhan masyarakat. Dari sana muncul istilah Baba yang merupakan pemodal Tionghoa.
Sampai sekarang, kawasan Glodok selalu jadi pusat keramaian terutama saat perayaan Imlek. Di sini etnis Tionghoa saling berkunjung, menyantap kuliner dan beribadah di klenteng-klenteng sekitar. Masyarakat Jakarta pun turut meramaikan kawasan tersebut.