Melihat Pembuatan Kopi yang Masih Eksis di Lebak, Warisan Kejayaan Abad ke-19
Jika dilihat sejarahnya, kopi Lebak sudah mulai ada sejak tahun 1834. Ketika itu, pemerintah Belanda membudidayakannya secara masif di wilayah Rangkasbitung.
Sudah pernah mencicipi kopi khas Kabupaten Lebak? Jika belum, ada baiknya Anda mencicipi secangkir nikmatnya. Mayoritas kopi yang ditanam berjenis robusta dengan rasa gurih otentik yang menggugah selera.
Salah satu sentra kopi robusta khas Lebak terdapat di Kampung Sarangali, Desa Kaduagung Barat, Kecamatan Cibadak dan bisa dikunjungi untuk melihat proses pembuatannya.
-
Di mana letak Kampoeng Kopi Banaran? Ini adalah destinasi wisata yang populer di Semarang, tepatnya berlokasi di Jl. Raya Bawen - Solo KM 1,5 Bawen, Gentong, Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.
-
Di mana Kedai Kopi Berbagi berlokasi? Kedai Kopi Berbagi yang berlokasi di Margahayu, Jalan Mars Utara III, Kota Bandung ini begitu menginspirasi.
-
Apa yang ditawarkan oleh kafe Piknik Kopi di Lembang? Tempat yang terletak di Jalan Baruajak Desa, nomor 154, RT.04/RW.06, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat ini menawarkan dua keistimewaan sekaligus, yakni menunya dan bangunannya. Berbagai menu lezat dengan latar tempat yang penuh kisah di Piknik Kopi dijamin akan memberi kesan berbeda saat berkunjung ke “lantai dua” Bandung itu.
-
Di mana Kopi Gunung Puntang ditanam? Sesuai namanya, komoditas ini berasal dari dataran tinggi Gunung Puntang yang ada di Kecamatan Cimaung, Desa Campaka Mulya dan Desa Pasir Mulya.
-
Kenapa Kopi Santan Mbah Sakijah begitu terkenal? Kopi Santan Mbah Sakijah kuliner minuman dari Desa Jepangrejo, Kecamatan Blora Kota. Kuliner ini sangat populer tak hanya di kalangan bapak-bapak, melainkan kalangan milenial sangat antusias untuk menikmati segelas kopi ini.
-
Apa jenis kopi khas Batang? Kabupaten Batang, Jawa Tengah memiliki tiga jenis kopi lokal khas yang berpotensi. Sebagai daerah bertopografi majemuk, wilayah tersebut ternyata cocok ditanami kopi berjenis robusta.
Hampir setiap hari, dilakukan proses penyortiran, pembersihan, dan penggilingan kopi untuk dijual ke para pembeli. Di lokasi juga terdapat mesin penggiling dan pengemasan, untuk memproduksi kopi bermerek Leuit Lebak tersebut.
Menurut sang pemilik, kopi robusta Lebak bisa diproduksi sebagai hingga 60 kilogram dalam satu hari.
“Awalnya usaha ini saya dirikan, karena saya pencinta kopi, saya suka kopi di tahun 2017,” kata pemilik usaha kopi Lebak, Riswanto, mengutip Youtube Liputan6 SCTV, Senin (26/8).
Gunakan Kopi Asli Robusta Tanpa Campuran
Sebagai orang yang sudah bertahun-tahun menggemari kopi, Riswanto hanya memakai biji kopi pilihan, alias tidak mencampurkannya dengan jenis lain.
Menurutnya, kemurnian rasa bisa terlihat dari aroma dan sensasinya yang nikmat, selepas menyesap kopi khas Lebak.
- Bikin Pembeli Terlena, Warung Kopi di Kampung Terpencil Tasikmalaya Ini Suguhkan Pemandangan Sawah Hijau dan Bukit Berkabut
- Mengenal Tradisi Wiwitan Kopi, Cara Warga Lereng Merbabu di Boyolali Sambut Musim Panen Raya Kopi
- Mencicipi Seduhan Kopi Besemah, Dibuat Melalui Proses Tradisional dengan Cita Rasa yang Khas
- Lebong Tandai, Desa Kecil di Bengkulu Penyumbang Emas Tugu Monas dan Dikuras Habis oleh Penjajah
“Sejak nongkrong sama rekan-rekan ini terpikir untuk membuat usaha ini, karena kopi Lebak sudah menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbesar sejak zaman kolonial (Belanda),” kata dia, menambahkan.
Angkat Kembali Kejayaan Kopi Lebak
Dalam sejarahnya, Lebak memang dikenal sebagai produsen kopi dengan hasil panen yang melimpah. Pihak kolonial kemudian menjual panen kopi dengan harga yang tinggi, hingga ke luar wilayah.
Sayangnya, lambat laun kopi mulai tergantikan dengan tanaman lain. Ini yang kemudian membuat industri kopi khas Lebak semakin menurun dan tidak seramai dulu.
“Karena harga jual yang turun di kalangan petani, maka pohon-pohon kopi kemudian digantikan dengan tanaman-tanaman lainnya,” terang Riswanto.
Terjual hingga Luar Banten
Produk UMKM kopi cap Leuit Baduy diketahui sudah terjual hingga luar daerah seperti Kota Depok, Jakarta, Bandung, sampai Bali. Kemasan juga dijual dalam berbagai ukuran, mulai dari bungkus kecil hingga sedang.
Biji kopi hanya didapatkan dari pegunungan Baduy, agar kualitasnya terjadi dengan rasa otentik yang khas.
Dirinya berharap agar geliat kopi khas Lebak ini bisa kembali berjalan seperti masa kejayaannya ratusan tahun silam dan bisa diproduksi tidak hanya dalam skala rumahan.
Menilik Kejayaan Kopi di Lebak Sejak Abad ke-19
Jika dilihat dalam sejarahnya, kejayaan kopi khas Lebak dan Banten sebenarnya dimulai sejak tahun 1834. Ketika itu, pemerintah Belanda membudidayakannya secara masif di wilayah Rangkasbitung.
Mengutip ANTARA, kejayaan kopi di Lebak juga ditandai adanya dua tempat pengumpulan kopi besar yakni koffie loots dan gudang kopi (koffie pakhuis). Karena dibudidayakan secara baik, kualitasnya juga unggul.
Hasil panen kopi yang melimpah kemudian mampu terjual hingga ke berbagai belahan dunia, dengan menjaga kualitas dan cita rasa yang otentik juga harum.
Lebak Jadi Sentra Kopi Terbesar di Indonesia
Kemudian, catatan sejarah juga menyebut kopi khas Lebak merupakan jenis yang paling laku. Kondisi ini mendorong pemerintah penjajah memperluas kebun kopi di kabupaten tersebut seperti di Kecamatan Sobang, Cibeber, Cilograng, Panggarangan, Cigombong, Cilograng, Cihara, Bayah, Cimarga, Muncang, Leuwidamar, Cileles, Sajira, Banjarsari, Gunungkencana, Cijaku dan Malingping.
Luasnya lahan juga menjadikan Kabupaten Lebak sebagai lumbung kopi di pulau Jawa, dan menjadi saingan teh yang ketika itu masif ditanam di wilayah Priangan (Jawa Barat).
Jika ingin melihat jejak kejayaan kopi di Lebak, Anda bisa berkunjung ke Museum Multatuli, karena di sana ada alur penyebaran termasuk mesin pembuat kopi dari zaman kuno Belanda.