Melihat Proses Pembuatan Kain dari Daun Nanas di Subang, Diekspor Sampai Malaysia
Pelaku usaha tekstil daun nanas di Subang, Alan Sahroni menyebut jika produk di tempatnya, berbahan daun nanas yang diambil seratnya. Saking uniknya, produk yang ia buat kini sudah sampai ke negara tetangga, seperti Malaysia.
Nanas biasanya hanya dimanfaatkan buahnya saja. Namun di tangan pengusaha tekstil asal Kabupaten Subang, Jawa Barat, daun nanas bisa dibuat sebagai bahan baku pembuatan kain hingga tas cantik.
Pelaku usaha tekstil daun nanas di Subang, Alan Sahroni menyebut jika produk di tempatnya, berbahan daun nanas yang diambil seratnya. Saking uniknya, produk yang ia buat kini sudah sampai ke negara tetangga, seperti Malaysia.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Siapa yang mengibarkan bendera raksasa di Subang? Bupati Subang, Ruhimat, Minggu (13/8) tampak bergelantungan di tali saat ikut membentangkan bendera merah putih raksasa di wilayah Kecamatan Cisalak.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Bagaimana Bupati Subang mengibarkan bendera? Ia diketahui mengamankan diri menggunakan tali khusus pemanjat tebing dengan keamanan yang tinggi.
“Di dalam unsur daun nanas ini terdapat suatu helaian serat yang apabila dimanfaatkan bisa menjadi salah satu bahan baku produk tekstil,” katanya, beberapa waktu lalu, mengutip kanal YouTube Fokus Indosiar, Senin (14/11).
Berawal dari Melimpahnya Limbah Daun Nanas
©2022 YouTube Fokus Indosiar/Merdeka.com
Alan mengaku jika usahanya tidak terlepas dari banyaknya limbah daun yang terbuang sia-sia. Dengan penuh kreativitas, dirinya membuat desain fashion yang modis.
Ia memulai usaha ini di tahun 2013 lalu, dengan memaksimalkan ilmu yang ia miliki sebagai sarjana tekstil. Hingga sekarang, Alan kerap kewalahan memenuhi pesanan, baik serat hingga produk tekstil.
©2022 YouTube Fokus Indosiar/Merdeka.com
Alan membuka usahanya di kediamannya yakni Kampung Cijoged, Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Subang.
“Ini memang bermanfaat dan bisa dijadikan beraneka ragam produk, seperti benang, kain dan aneka ragam kerajinan,” lanjutnya.
Diminati Pasar Lokal hingga Mancanegara
©2022 YouTube Fokus Indosiar/Merdeka.com
Menurutnya, produk hasil olahan daun nanas itu banyak diminati, baik pasar lokal maupun internasional. Beberapa negara peminat produknya seperti Malaysia, Singapura hingga Jepang, lebih banyak memesan produk serat.
©2022 YouTube Fokus Indosiar/Merdeka.com
Sedangkan untuk pasar dalam negeri, produknya sudah sampai ke Bandung, Jakarta hingga Surabaya.
“Sampai saat ini, sudah sangat banyak produk tekstil yang berhasil kita buat dari bahan serat daun nanas ini,” lanjutnya.
Proses Pembuatan Serat Kain dari Daun Nanas
©2022 YouTube Fokus Indosiar/Merdeka.com
Proses pembuatan serat ini dimulai dari pemilihan daun nanas dengan kondisi baik dan memiliki panjang rata-rata 70 cm. Kemudian, daun dimasukkan ke dalam mesin decorticator atau pemisah serat.
Setelah itu, daun nanas langsung dibersihkan dengan air dan dijemur selama kurang lebih tiga hari. Setelah kering, daun bisa disisir dengan alat khusus dan bisa lanjut dipintal atau disambung sesuai kebutuhan produk.
Dalam satu hari, pria 30 tahun itu mampu mengolah daun hingga 300 kilogram untuk dijadikan sebagai serat. Dari situ, daun akan jadi 7 kilogram serat kering. Alan membeberkan jika omzetnya bisa dikantongi sampai Rp30 juta per bulan.
Dari situ, ia juga membantu mempekerjakan belasan warga sekitar sehingga terbantu secara ekonomi.