Mengenal Naskah Sunda Kuno Sanghyang Jati Maha Pitutur, Ajarkan tentang Sifat Ketuhanan
Saat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.
Saat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.
Mengenal Naskah Sunda Kuno Sanghyang Jati Maha Pitutur, Ajarkan tentang Sifat Ketuhanan
Masyarakat Sunda sudah memiliki tuntunan hidup sejak zaman nenek moyang.
Agar mudah diamalkan, pedoman tersebut biasanya dicatat di media tradisional seperti daun lontar sampai batang bambu.
-
Apa isi pesan yang disampaikan dalam sisindiran Sunda "Aya roda na tanjakan Katinggang ku pangpung jengkol Aya randa gogoakan Katinggang ku pohpor banpol."? "Aya roda na tanjakanKatinggang ku pangpung jengkolAya randa gogoakanKatinggang ku pohpor banpol." Sisindiran Sunda ini menggambarkan sebuah nasihat. Seseorang yang sedang dalam kesulitan, atau melewati masa-masa sulit, pasti akan melewati fase tersebut dan mendapatkan kebahagiaan di kemudian hari, seperti halnya roda yang bisa menanjak meskipun terhalang oleh batu.
-
Apa saja jenis pantun bahasa Sunda? Pantun merupakan sebuah karya sastra lama yang terikat oleh aturan jumlah bait, baris dan rima akhir. Di Indonesia sendiri, pantun cukup beragam. Terutama dalam hal bahasa. Hal ini karena disesuaikan dengan daerah masing-masing. Salah satunya adalah pantun bahasa Sunda.
-
Bagaimana cara orang Sunda menunjuk arah? Selain mengatakan punten, sisi sopan santun lainnya di kalangan warga Sunda adalah menunjuk arah menggunakan jempol. Tak hanya itu, jari-jari lainnya juga harus digenggam sembari mengarahkan jari jempol ke jalan yang ditanyakan. Lalu si pemberi arah juga diharuskan sedikit membungkukkan badan sebagai upaya menghormati si penanya.
-
Apa arti dari "Sacangreud pageuh sagolek pangkek" dalam bahasa Sunda? "Sacangreud pageuh sagolek pangkek."Artinya : Apa yang kita lakukan harus diiringi dengan komitmen dan konsisten.
-
Apa yang digambarkan oleh Naskah Sanghyang Raga Dewata? Naskah ini diketahui menggambarkan proses penciptaan alam semesta, serta tatanan hidup dalam nilai kosmologi yang dianut oleh masyarakat setempat.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Salah satu naskah tradisional yang masih tersimpan adalah Sanghyang Jati Maha Pitutur.
Naskah ini diketahui berisi tentang ajaran kebaikan yang dibawa oleh Tuhan.
Konon jika diamalkan dengan sungguh-sungguh, sifat ketuhanan yang ada di sana bisa tumbuh di dalam diri manusia. Berikut selengkapnya.
Tertulis di Atas Enam Bilah Bambu
Mengutip laman Napak Jagat Pasundan, Senin (13/11), naskah kuno Sanghyang Jati Maha Pitutur tertulis di atas enam bilah batang bambu berukuran 31,5 x 3 cm.
Setiap bilahnya terdiri dari 5 baris tulisan berbentuk aksara kuno, dengan dialek bahasa Sunda. Narasi yang disampaikan memiliki bentuk mirip prosa.
Agar tetap menyatu, naskah ini disatukan menggunakan tali putih kecil di bagian tengahnya.
Berasal dari Bupati Galuh
Mulanya naskah coba dideskripsikan oleh Cohen Stuart lewat sebuah katalog. Di sana dituliskan bahwa naskah ini berasal dari Bupati Galuh, R.A.A. Kusumadiningrat.
Gambar: Raden Aria Kusumadiningrat
Sebelumnya, R.A.A Kusumadiningrat sempat memerintah pada 1839-1886, dan memiliki jasa besar karena mampu membangun peradaban Galuh yang cukup luas.
Belum diketahui secara pasti keterkaitan antara naskah, dengan bupati Galuh tersebut.
Manusia yang Mengamalkannya bisa Memiliki Sifat Ketuhanan
Tercatat beberapa sifat ketuhanan yang tertulis di naskah itu, di antaranya acintya (tak terkirakan), adrasya (tak terlihat), abyapadésa (tak diketahui tempatnya), adwaya (tak ada duanya) dan lainnya.
Diisyaratkan bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh mengamalkannya, maka sifat-sifat ketuhanan itu akan tumbuh di dalam diri.
Saat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.
- Cerita Mahfud Jabat Ketua MK, Pernah Batalkan UU Badan Hukum Pendidikan karena Ancam Kelangsungan Pondok Pesantren
- TPN Ganjar Nilai MK Sudah Melampui Kewenangan Sebagai Institusi Negara
- Sang Ibu Penjual Rujak Cingur, Tak Disangka Bocah dari Desa Ini Pernah Jadi Panglima TNI dan Kini Jadi Menteri
- Geger Pengakuan Mahasiswa Dilecehkan Dosen, UIKA Janji Usut Tuntas & Minta Korban Lain Berani Buka Suara