Mengenal Sisingaan, Kesenian Daerah Subang yang Terinspirasi dari Konsep 'Perlawanan'
Dalam permainannya, Sisingaan dilangsungkan oleh empat orang sebagai penandu singa, dengan dua orang anak yang menungganginya, serta beberapa pemuda yang bertugas mengiringi jalannya kegiatan Sisingaan dengan memainkan alat musik tradisional khas Sunda.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan ragam seni dan budayanya yang unik dan khas, beberapa di antaranya bahkan sangat identik dengan kondisi demografis dan sejarah di wilayah asalnya. Salah satunya adalah tradisi Sisingaan.
Dalam permainannya, Sisingaan dilangsungkan oleh empat orang sebagai penandu singa, dengan dua orang anak yang menungganginya, serta beberapa pemuda yang bertugas mengiringi jalannya kegiatan Sisingaan dengan memainkan alat musik tradisional khas Sunda.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Siapa yang mengibarkan bendera raksasa di Subang? Bupati Subang, Ruhimat, Minggu (13/8) tampak bergelantungan di tali saat ikut membentangkan bendera merah putih raksasa di wilayah Kecamatan Cisalak.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Bagaimana Bupati Subang mengibarkan bendera? Ia diketahui mengamankan diri menggunakan tali khusus pemanjat tebing dengan keamanan yang tinggi.
Menariknya, Sisingaan mengandung nilai sejarah yang tergambar sebagai bentuk perlawanan dari para masyarakat di Kabupaten Subang, terhadap kekejaman penjajahan dari negara Inggris dan Belanda ratusan tahun silam.
Sejarah Sisingaan
indonesia.go.id
©2020 Merdeka.com
Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, lahirnya tradisi Sisingaan berawal dari upaya masyarakat dalam melepaskan tekanan akan situasi politik di masa penjajahan, yaitu ketika wilayah perkebunan Subang dikuasai secara bergantian oleh Inggris dan Belanda di tahun 1812.
Saat itu, wujud patung singa dalam tradisi Sisingaan belum sempurna seperti sekarang. Dengan konstruksi kayu ringan dari pohon randu serta untaian rambut yang terbuat dari bunga atau daun kaso.
Selain itu, rangkanya masih berbentuk ala kadarnya dengan susunan anyaman bambu yang ditutupi karung goni.
Melawan Penjajahan Melalui Sindiran
indonesia.go.id
©2020 Merdeka.com
Wujud singa dipilih oleh masyarakat Subang sebagai upaya dalam menyindir bangsa Eropa dengan menjadikan lambang kebesaran negara tersebut sebagai sebuah permainan rakyat.
Dalam lakonnya, masyarakat Subang berupaya meluapkan ekspresi kebencian melalui simbol singa yang dinaiki anak-anak. Para penunggang tersebut melakukan penjambakan rambut dari kepala singa yang dijunjung bangsa Eropa.
Sebagai Ritual Pertanian
indonesia kaya
©2020 Merdeka.com
Selain dijadikan sebagai sarana perlawanan, tradisi Sisingaan juga disebut sebagai ‘odong-odong’ oleh sebagian masyarakat di wilayah Subang. Mereka menggunakan odong-odong tersebut sebagai sarana ritual pertanian.
Menurut Nanu Munajar, seorang seniman dan akademisi asal Subang mengungkapkan dalam keterangan tertulisnya bahwa ketika agama besar belum masuk di kehidupan mereka, masyarakat di sana memiliki sebuah tradisi ritual yang identik dengan aktivitas pertanian.
Aktivitas yang dimaksud adalah memuja dan mengagungkan padi dan para leluhur melalui kekuatan-kekuatan supranatural yang dilakukan. Odong-odong dilangsungkan dengan mengarak sebuah benda yang diserupakan dengan bentuk binatang tertentu.
Identik dengan Khitanan
Saat ini tradisi Sisingaan masih dilakukan di beberapa wilayah Kabupaten Subang dan sebagian Jawa Barat sebagai sarana dalam memeriahkan anak-anak yang akan dikhitan agar merasa terhibur.
Mereka akan diarak keliling desa atau kampung pada satu hari sebelum mereka disunat, dengan dimandikan air kembang yang dipersiapkan oleh dukun rias sebelum dijadikan sebagai pengantin sunat.