Ngaseuk Pare Jadi Cara Orang Sunda untuk Rawat Alam, Dilakukan saat Menanam Padi
Ngaseuk pare jadi cara orang Sunda untuk merawat alam lewat pertanian.
Ngaseuk pare jadi cara orang Sunda untuk merawat alam lewat pertanian.
Ngaseuk Pare Jadi Cara Orang Sunda untuk Rawat Alam, Dilakukan saat Menanam Padi
Cara merawat alam rupanya sudah diajarkan oleh para nenek moyang orang Sunda di masa silam. Mereka mempraktikkannya melalui sebuah tradisi bernama ngaseuk pare.
-
Apa yang dimaksud dengan Ngeuyeuk Seureuh dalam tradisi Sunda? Ngeuyeuk Seureuh merupakan salah satu ritual adat Sunda yang tidak dapat terpisahkan dalam proses pernikahan. Uniknya, dalam ritual pernikahan ini hanya boleh diikuti oleh para pria dan wanita dewasa.
-
Apa yang dilakukan warga dalam tradisi Gusaran dan Ngadokdok? Suara angklung dan kendang gendong mengalun nyaring siang itu. Beberapa warga tampak berkeliling Kampung Cikiray, Desa Salawu, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, sembari membunyikan alat musik tradisional.
-
Apa yang menjadi tradisi masyarakat Sunda saat musim kemarau? Memasang kincir angin menjadi tradisi masyarakat Sunda saat musim kemarau.
-
Bagaimana cara warga Indramayu merayakan tradisi Ngunjung? Mengajak Generasi Muda untuk Berjuang Terdapat makna di balik acara Ngunjung. Para orang tua ingin mengenalkan semangat perjuangan para leluhur di masa silam, sehingga kondisi kehidupan saat ini berjalan aman, damai, dan tenteram.
-
Apa itu Tradisi Ngunjung? Secara bahasa, Ngunjung artinya mendatangi atau mengunjungi makam nenek moyang yang berpengaruh di desa tersebut.
-
Bagaimana cara warga Desa Karedok merayakan tradisi Ngarot? Acara yang juga menyita perhatian masyarakat adalah hadirnya “pameran” hasil panen padi dan palawija oleh petani. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari buah, sayuran, padi sampai umbi-umbian yang semuanya dimasukan ke dalam wadah. Hasil panen palawija dan padi itu digantung di dalam tenda dan dituliskan alamat sesuai asal dari tanaman ini, seperti RT atau RW.
Tradisi ini sudah berjalan turun temurun dan jadi salah satu pedoman pertanian berbasis kearifan lokal.
Ngaseuk pare juga banyak dilakukan oleh masyarakat di wilayah daerah-daerah adat seperti Ciptagelar dan Baduy.
Pelaksanaannya sendiri begitu menarik minat masyarakat, lantaran dilakukan secara berkelompok serta diiringi oleh lantunan musik tradisional buhun (lawas). Berikut informasi selengkapnya.
Melakukan ngaseuk di huma
Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Selasa (10/11), ngaseuk sendiri merupakan kegiatan menanam padi, sayur maupun umbi-umbian yang dilakukan secara berkelompok di lahan kosong (huma).
Jika diartikan, ngaseuk pare merupakan menanam padi dan huma merupakan hamparan tanah luas, yang sebelumnya ditanami jenis palawija tertentu.
Setelah masa panen, huma biasanya ditinggal dalam periode tertentu dan kembali ditanami setelah selesai dari lahan lain.
Dilakukan setelah turun hujan
Masyarakat Sunda sendiri tidak akan melakukan ngaseuk selama belum turun hujan.
Hal ini yang kemudian tradisi tersebut baru bisa dijalanlkan setelah malam hari sebelumnya area huma diguyur hujan.
Di samping agar kondisi tanah menjadi gembur, melakukan ngaseuk di musim penghujan akan membantu proses pengairan berjalan optimal dan teratur.
Dengan ini, ngaseuk tidak bisa dilakukan saat musim kemarau karena cadangan air di tanah akan berkurang.
Tata cara ngaseuk
Mengutip Instagram @budayakuring, tradisi ngaseuk biasanya dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, tradisi ini akan diawali dengan kegiatan berdoa agar selama masa tanam palawija bisa baik.
Kemudian, kaum pria akan berjajar menusuk-nusuk tanah menggunakan satu batang kayu besar yang bagian bawahnya sedikit runcing.
Setelah terbentuk cekungan, kaum perempuan serempak menaruh bibit-bibit palawija di lubang tersebut. Biasanya ngaseuk selalu diikuti oleh hampir seluruh warga desa setempat.
Jadi salah satu cara merawat alam
Keunggulan sistem pertanian ngaseuk yang paling utama adalah terjaganya kondisi alam setempat. Ini karena dalam proses penggemburannya tidak menggunakan cangkul maupun traktor.
Lalu warga setempat hanya mengandalkan air hujan, sehingga hasil palawija yang ditanam akan mendapat kebutuhan air yang cukup.
Para petani juga diharuskan menggunakan pupuk alami dan bukan berbahan kimia, seperti sisa bakaran sampah maupun sisa pembusukan tanaman dan makanan organik (sayur).
"Kami bercocok tanam padi huma tanpa pupuk kimia, namun menggunakan pupuk organik dari sisa pembakaran sampah," kata salah satu warga Baduy, Santa, mengutip ANTARA.
Hasil padi dan palawija lebih sehat
Selain bagus untuk lingkungan, sistem pertanian ngaseuk juga baik untuk masyarakat yang mengkonsumsi hasil panennya.
Ini karena hasil buah maupun bulir padi akan tumbuh secara alami tanpa pupuk kimia.
Walau demikian, proses memanen akan jauh lama karena masa tanam dan produksinya hanya mengikuti siklus di musim hujan yakni selama enam bulan.
"Kami berharap tanaman padi huma tumbuh subur dan menghasilkan panen melimpah," kata ketua adat Baduy, Jaro Saija.