Sejarah 3 Oktober 1951: Pecahnya Pertempuran Maryang San dalam Perang Korea
Pertempuran besar ini bertujuan untuk mengusir pasukan Tiongkok dari bukit-bukit yang strategis, seperti Kowang san dan Maryang san.
Pertempuran ini bertujuan untuk mengusir pasukan Tiongkok dari bukit-bukit strategis.
Sejarah 3 Oktober 1951: Pecahnya Pertempuran Maryang San dalam Perang Korea
Pertempuran Maryang San yang terjadi pada 3 Oktober 1951 adalah salah satu pertempuran terbesar yang melibatkan pasukan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN) — terutama Australia, Inggris, dan Kanada — melawan Tentara Sukarelawan Rakyat Tiongkok (TSRT). Pertempuran ini merupakan bagian dari Operasi Commando, sebuah serangan terbatas oleh Korps I AS, yang bertujuan untuk mendorong PVA mundur dari Sungai Imjin ke Garis Jamestown.
-
Apa saja peringatan dan perayaan yang terjadi di 21 Oktober 2023? 21 Oktober 2023 adalah hari yang memiliki banyak peringatan dan perayaan di berbagai belahan dunia. Dari bidang kesehatan, makanan, hingga matematika, ada banyak hal menarik yang bisa kita pelajari dari hari ini.
-
Kapan Perang Kamang terjadi? Perang Belasting yang berlangsung di Kamang ini kemudian disebut juga dengan peristiwa Perang Kamang yang terjadi sekira tahun 1908.
-
Apa yang di peringati pada tanggal 10 November? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Apa yang terjadi pada hari keempat pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang? Hari keempat pun kondisi kota Palembang bak medan perang dan hancur lebur. Akhirnya di hari yang sama telah datang bala bantuan dari Lampung di bawah pimpinan Mayor Noerdin Pandji.
-
Apa yang dirayakan setiap tanggal 3 September di Indonesia? Setiap tanggal 3 September masyarakat Indonesia selalu memperingati Hari Palang Merah Indonesia.
-
Apa yang terjadi di Peristiwa Tanjung Morawa? Peristiwa Tanjung Morawa menjadi salah satu tragedi paling berdarah di Indonesia dan runtuhnya Kabinet Wilopo pada saat itu.
Jalannya Pertempuran
Pertempuran Maryang San, yang terjadi pada minggu pertama bulan Oktober 1951, berlangsung selama lima hari, mulai dari 3 hingga 8 Oktober 1951. Pertempuran ini merupakan bagian dari kemajuan Komando PBB yang jauh lebih besar, yang disebut Operasi Komando. Pasukan Inggris dan Australia diberi tugas untuk merebut dua barisan bukit yang mengalir hingga ke Sungai Imjin. Yang pertama adalah Kowang San (Hill 355), yang kedua yaitu Maryang San (Hill 317).
Inggris gagal merebut Kowang San dengan serangan frontal sehingga Letnan Kolonel Frank Hassett memimpin 3RAR dalam serangan di kedua wilayah tersebut. Dengan berani menerobos kabut, Kompi C pimpinan Kapten Jack Gerke merebut Hill 355 dari belakang, lalu bergabung kembali dengan batalion untuk merebut Maryang San. Setelah pertempuran jarak dekat selama berhari-hari, pasukan Tiongkok berhasil diusir. Mereka membalasnya dengan serangan balik besar-besaran, tapi 3RAR berhasil menahannya.
Setelah seminggu, batalion yang kelelahan itu digantikan oleh Inggris. Pada awal November, serangan Tiongkok kembali merebut kembali Maryang San. Namun, infanteri Inggris dan Australia, dengan dukungan artileri Selandia Baru, bertahan di Kowang San. Divisi Persemakmuran memberi Hill 355 julukan “Gibraltar Kecil.”
Taktik Australia
Pasukan Australia menggunakan taktik yang dikembangkan saat melawan Jepang di Papua Nugini selama Perang Dunia II, yaitu menyerang dari arah yang tidak diduga-duga dan merebut area yang tinggi. Mereka kemudian menahan serangan balik TSRT yang berulang kali berusaha merebut kembali Maryang San.
Pertempuran ini sangat penting bagi pasukan PBB karena jika Maryang San berhasil diamankan, pasukan TSRT akan dipaksa mundur dua atau tiga kilometer, sehingga kehilangan pandangan mereka terhadap daerah Imjin. Pertempuran ini juga dianggap sebagai salah satu prestasi terbesar Angkatan Darat Australia selama perang tersebut.
Dampak Pertempuran
Pertempuran ini memengaruhi Perang Korea secara keseluruhan dengan beberapa cara, antara lain:
- Pertempuran ini menunjukkan keberanian dan kemampuan pasukan Australia dalam menghadapi musuh yang lebih banyak dan lebih kuat. Pasukan Australia berhasil mengalahkan sekitar 10.000 tentara TSRT dengan hanya sekitar 3.000 tentara sendiri.
- Pertempuran ini menimbulkan kekhawatiran di pihak TSRT dan sekutunya, Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), karena mereka menyadari bahwa pasukan PBB tidak mudah dikalahkan. Mereka juga khawatir bahwa pasukan PBB akan terus maju ke utara dan mengancam perbatasan RRT.
- Pertempuran ini memberikan harapan dan semangat bagi pasukan PBB dan rakyat Korea Selatan, karena mereka melihat bahwa mereka masih memiliki sekutu yang setia dan tangguh. Mereka juga merasa bahwa mereka memiliki peluang untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka.
- Pertempuran ini membuka peluang bagi perundingan damai antara kedua belah pihak, karena mereka menyadari bahwa perang ini tidak akan ada habisnya. Pada bulan November 1951, perundingan damai dimulai kembali di Panmunjom setelah sempat terhenti sejak Agustus 1951.
Setelah Pertempuran Maryang San
Setelah Pertempuran Maryang San, pasukan Australia ditarik untuk beristirahat karena mengalami kerugian besar dalam pertempuran. Mereka digantikan oleh pasukan Inggris dan Kanada yang bertugas menjaga Maryang San.
Pasukan TSRT tidak menyerah dan melancarkan serangan balik yang sengit untuk merebut kembali Maryang San. Mereka berhasil mengusir pasukan PBB dari bukit tersebut pada tanggal 5 November 1951, setelah pertempuran yang berlangsung selama tiga hari.
Direbutnya Maryang San membuat pasukan PBB merasa kecewa dan frustrasi karena kehilangan posisi strategis dan simbol kemenangan mereka. Mereka juga menyadari bahwa perang ini tidak akan mudah dimenangi.
Perundingan damai antara kedua belah pihak pun dilanjutkan di Panmunjom, setelah sempat terhenti sejak Agustus 1951. Namun, perundingan tersebut mengalami banyak kendala dan jalan buntu, terutama mengenai masalah pertukaran tawanan perang.
Pada akhirnya, Maryang San tetap berada di bawah kendali pasukan TSRT hingga akhir perang pada tahun 1953. Perjanjian gencatan senjata ditandatangani pada tanggal 27 Juli 1953, yang menetapkan garis demarkasi antara Korea Utara dan Korea Selatan di sekitar paralel ke-38.