Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan
Pelaksanaan Upacara Memayu dan ider-ideran bertujuan sebagai bentuk penghormatan masyarakat Trusmi terhadap leluhur yang telah banyak berjasa.
Pelaksanaan upacara bertujuan sebagai bentuk penghormatan masyarakat terhadap leluhur yang telah banyak berjasa.
Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan
Apa itu Upacara Memayu?
Upacara Memayu merupakan upacara yang secara rutin diadakan oleh masyarakat Cirebon. Upacara ini diperkirakan mulai dilaksanakan pada 1615 dan berawal dari mengganti atap area situs makam Ki Buyut Trusmi. Prosesi Upacara Memayu erat kaitannya dengan istilah Trusmi dan ider-ideran. Trusmi merupakan nama dari leluhur yang berjasa pada penyebaran agama Islam dan memperbaiki kehidupan masyarakat di sana kala itu.
-
Bagaimana kesenian Tayuban Cirebon dipertunjukkan? Pertunjukkan Tayuban Dalam pementasannya, kesenian ini dilakukan oleh seorang penari yang disebut ronggeng dan diiringi pemusik karawitan seperti kendang, goong, kenong, gamelan, kecrek dan suling. Musiknya cenderung dinamis, namun didominasi tempo lambat. Penarinya juga menggunakan selendang yang akan diberikan kepada tamu yang disambut untuk ikut menari.
-
Apa itu Tayuban Cirebon? Kesenian Tayuban menjadi salah satu warisan lokal yang punya banyak makna.
-
Kapan Hari Bersyukur Sedunia diperingati? Hari Bersyukur Sedunia (World Gratitude Day) diperingati setiap tanggal 21 September.
-
Apa yang dilakukan Syekh Nurjati di Cirebon? Di Cirebon, keduanya sepakat mulai mengajarkan ilmu Agama Islam yang saat itu masih banyak yang belum mengenalnya.
-
Apa yang menjadi salah satu ciri khas budaya di Kecamatan Gegesik, Cirebon? Masyarakat Cirebon mengenal Gegesik sebagai salah satu kecamatan yang terletak di sisi barat kota tersebut. Selain identik dengan kuliner Gayamnya, ternyata wilayah ini juga dikenal sebagai pelestari budaya lokal, salah satu yang unik adalah berburu tikus.
-
Kapan Hari Lebah Sedunia diperingati? Setiap tahun pada tanggal 20 Mei, dunia merayakan Hari Lebah Sedunia, sebuah peringatan yang mengingatkan kita semua tentang makhluk kecil yang memiliki peran besar dalam kelangsungan hidup planet kita.
Daun alang-alang yang sebelumnya sudah dikeringkan dan dirangkai membentuk genteng akan diletakkan di masjid Trusmi menggantikan atap yang sudah lapuk. Masyarakat Trusmi menyebut proses ini sebagai Upacara Memayu. (Foto: YouTube/Mbah Googel gondrong gelungan)
Sejarah Trusmi
Trusmi berasal dari kata terus dan semi yang berarti tumbuh terus-menerus. Asal-usul nama ini berawal dari kisah Ki Gede Bambangan (Ki Buyut Trusmi) yang tengah beristirahat di depan gubuk setelah membersihkan pelatarannya dari reremputan. Seketika terdengar suara yang tidak diketahui asalnya. Tiba-tiba, semua rerumputan yang sudah ia bersihkan tumbuh kembali dan membuatnya takjub sekaligus kesal dan heran. Ketika melihat sekeliling, ada dua laki-laki yang berjalan kearahnya sembari menyapa, “Assalamualaikum.”
Alasan Trusmi
Ternyata, kedua laki-laki itu adalah Cakra Buana dan Sunan Gunung Jati. Semenjak itu, Ki Gede Bambangan memutuskan untuk memeluk agama Islam dan daerah tersebut dinamai dengan Trusmi. Penamaan Trusmi diharapkan dapat membuat daerah memiliki rerumputan yang terus-menerus tumbuh kembali.
Tujuan Upacara Memayu
Pelaksanaan Upacara Memayu dan ider-ideran ditujukan sebagai bentuk penghormatan masyarakat Trusmi terhadap leluhur yang telah banyak berjasa. Ki Buyut Trusmi berjasa karena mengenalkan masyarakat dengan ajaran Islam, mengajari keterampilan membantik, serta bercocok tanaman yang manfaatnya dapat dirasakan hingga saat ini.