Sepertiga Wilayah di Purwakarta Gunakan Awalan 'Ci', Ternyata Ini Sejarahnya
Selain nama wilayah permukiman, toponimi ini rupanya juga dikenal di tempat-tempat dengan nuansa alam seperti gunung, lembah, dan sungai.
Daerah Sunda di Jawa Barat dan Banten banyak menggunakan awalan 'Ci' untuk penamaan wilayahnya. Bahkan di Kabupaten Purwakarta, sepertiga desa dan kecamatan di sana memakai awalan tersebut.
Selain nama wilayah permukiman, toponimi ini rupanya juga dikenal di tempat-tempat dengan nuansa alam seperti gunung, lembah, dan sungai yang juga banyak ditemukan di Kabupaten Purwakarta.
-
Mengapa Masjid At Taqwa Cirebon diganti namanya? Alasan renovasi juga karena posisinya sudah cukup melenceng dari arah kiblat, sehingga perlu diluruskan. Setelahnya, Koordinator Urusan Agama Cirebon, R. M. Arhatha, menginisiasi pergantian nama masjid agar tidak lagi menggunakan kata “Agung”. Ini karena saat itu sudah ada masjid bernama Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang ada di Alun-Alun Kasepuhan dan menjadi salah satu masjid kuno paling tua yang ada di sana.
-
Kenapa Curug Cibaliung dinamai dengan nama tersebut? Hilangnya kapak ini juga terkait dengan penamaan lokasi, karena warga menyebut istilah kapak sebagai baliung. Dari sana, warga di zaman dulu lantas menamai tempat tersebut dengan sebutan Curug Cibaliung atau curug tempat hilangnya kapak warga.
-
Dimana lokasi Kecamatan Sukasari di Purwakarta? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Apa makna dari nama Pura Agung Jati Pramana? Penamaan Pura Agung Jati Pramana memiliki arti kuat, yakni “mengagungkan Tuhan”, ”meninggikan jati diri manusia” dan “kekuatan”. Secara utuh, Agung Jati Pramana adalah kekuatan diri untuk memuja dan mengagungkan Tuhan.
-
Kenapa Pantai Wartawan diberi nama seperti itu? Pantai Wartawan ini pun namanya diambil dari sang pengelola pantai yang berprofesi sebagai pembuat berita atau seorang wartawan.
Banyak yang menyebut bahwa awalan 'Ci' sebenarnya diambil dari kata 'Cai' yang berarti 'Air'. Alasannya karena daerah masing-masing ini kebanyakan terletak di wilayah perbukitan yang dikelilingi sungai.
Namun apakah benar demikian? Mari simak asal usul mengapa banyak wilayah di Purwakarta menggunakan nama awal 'Ci'
Ada 200-an Tempat yang Gunakan Awalan 'Ci'
Mengutip disipusda.purwakartakab.go.id, setidaknya ada ribuan tempat yang tersebar luas di kabupaten yang diapit oleh Bandung dan Karawang itu. Dari jumlah ini, sebanyak 294 atau 29 persen di antaranya mengawali namanya dengan 'C'.
Beberapa contoh penggunaan 'Ci' bisa dilihat pada nama-nama berikut, seperti Cianting, Cibatu, Cibodas, Cibingbin, Ciherang, Cihideung, Cijaya, Cikadu, Cimaung, Ciracas, Citamiang, dan Ciwareng.
Dan tak sedikit juga ditemukan penggabungan kata dengan nama hewan, atau tumbuhan yang banyak ditemukan di sana.
Tidak Sepenuhnya Soal Air
Di Purwakarta sendiri, rupanya awalan 'Ci' tidak selalu berkaitan dengan air. Ini terbukti dengan adanya tempat yang bernama Cibeureum yang tidak selalu berarti “air berwarna merah“.
Rupanya di sana merupakan daerah perbukitan dengan mayoritas tanah merah. Hal yang sama juga ada di Cibatu, yang ternyata merupakan sebuah daerah yang memiliki banyak bebatuan.
Ini turut membuktikan bahwa tidak selalu penggunaan 'Ci' karena wilayah tersebut berada di perairan berupa sungai ataupun danau.
Berkaitan dengan Hewan
Kemudian, penggunaan awalan 'Ci' juga banyak dikaitkan dengan unsur-unsur hewan yang konon banyak ditemukan di wilayah tersebut pada masa lampau seperti Cibadak yang berada di Kecamatan Sukamukti dan Maniis.
Jika ditinjau dari sejarahnya, nama Cibadak kemungkinan diambil dari wilayah Purwakarta yang dahulu banyak ditemukan hewan bercula tersebut. Ini juga terkait sejarah Situ Buleud yang dekat dengan kantor pemerintahan, di mana danau tersebut dahulu merupakan kubangan air yang jadi tempat favorit badak untuk beristirahat.
Nama-nama hewan dengan awalan 'Ci' lainnya di Purwakarta di antaranya Cikidang di Kecamatan Pamoyanan dan Plered, Cikuda di Kecamatan Karyamekar dan Cibatu, Cilandak di Kecamatan Cilandak dan Cibatu sampai Cilutung di Wanakerta dan Bungursari.
Kemudian ada juga Cimaung di Ciwangi dan Bungursari, Cipeucang yang masuk Kecamatan Gandasoli dan Plered hingga Cipeusing di Kecamatan Bojong Barat serta Bojong.
Terkait Tumbuhan
Selain memakai nama hewan, daerah di Purwakarta juga tak sedikit yang menyangkut tumbuhan. Ini terkait dengan daerah tersebut yang dekat dengan wilayah hutan atau tempat yang banyak ditumbuhi pepohonan.
Di Kampung Ciasem, Desa Cicadas, Kecamatan Babakancikao misalnya. Sampai sekarang wilayah tersebut masih banyak dijumpai pohon-pohon asem (buah asam) yang menjadi ciri fisik di sana.
Tak jauh dari Ciasem, masih ada tempat di Kecamatan Babakancikao, yang ditumbuhi banyak pohon gelam. Dari sana, tempat itu kemudian dinamai Cigelam. Serta banyak tempat lainnya yang identik dengan tumbuhan.
Asal Mula Penggunaan 'Ci'
Tidak ada informasi yang jelas menyebut mengapa banyak daerah di tatar Sunda yang menggunakan awalan 'Ci'.
Namun, menurut catatan sejarah, orang Sunda pada masa lampau memang membangun permukiman yang dekat dengan sumber air seperti sungai atau walungan (danau).
Bukan tanpa alasan, karena air merupakan sumber kehidupan di mana sungai akan mengalirkan air dar pegunungan untuk minum dan mandi, lalu menyediakan ikan dan di sekitarnya akan ditumbuhi banyak pepohonan.
Penggunaan 'Ci' Agar Mudah Dikenali
Merujuk jurnal Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) oleh Linda Sari Wulandari berjudul: Toponimi “Cilacap” Berdasarkan Perspektif Linguistik dan Sejarah, penggunaan istilah 'Ci' memang merujuk pada banyaknya sumber air yang tersedia di tempat tersebut seperti sungai, danau atau mata air.
Namun, ia juga menemukan bahwa 'Ci' dalam perspektif linguistik bisa merujuk agar nama daerah tersebut mudah dikenali.
Penggunaan istilah sekitar seperti pohon, batu, tegalan (tanah lapang) hingga gunung merupakan objek yang mudah dilihat dan disebut. Ini akan memudahkan orang-orang luar daerah datang dan mengunjungi tempat yang memakai istilah depan 'Ci'.