Tak Semuanya Jahat, Pria Belanda Ini Punya Peran Penting untuk Kejayaan Subang
Sosok ini mampu membaur bahkan dekat dengan warga setempat karena kedermawanannya
Sosok ini mampu membaur bahkan dekat dengan warga setempat karena kedermawanannya
Tak Semuanya Jahat, Pria Belanda Ini Punya Peran Penting untuk Kejayaan Subang
Orang Belanda datang ke Indonesia di masa silam kebanyakan dengan kesewenang-wenangan. Namun sosok yang satu ini justru berbeda.
-
Siapa Paulus Pandjaitan? Paulus putra dari Menko Luhut ini ternyata mengikuti jejak ayahnya yang meniti karier di bidang kemiliteran. Siapa yang tak kenal Luhut Binsar Pandjaitan? Selain menjabat sebagai Menteri Menko Marves, ia juga memiliki karier mentereng di bidang kemiliteran. Anak sulungnya, Paulus Pandjaitan rupanya mengikuti jejak karier sang ayah.
-
Bagaimana Teungku Peukan dan pasukannya menyerang Belanda di Blangpidie? Tepat hari Jumat, 11 September 1926 Teungku Peukan bersama pasukan lainnya mulai melakukan serangan terhadap tentara Belanda di Blangpidie. Penyerangan tersebut membuat tentara Belanda kocar-kacir.
-
Bagaimana Guru Somalaing dan pasukannya mengalahkan pasukan Belanda di Silangit? Akhirnya, pada Juni 1865, terjadilah perang sengit di Desa Silangit. Mereka akhirnya dipukul mundur dan mengakui kekalahan.
-
Siapa yang menjadi anggota Palang Merah Indonesia yang merawat Kapten Soewanda? Dalam sebuah pertempuran, tangan Soewanda terluka. Dia dirawat di Turen oleh Oetari yang menjadi anggota Palang Merah Indonesia.
-
Siapa yang berjuang di Surabaya melawan tentara Belanda? Para pemuda rela bertempur menghadapi tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
-
Kapan Taman Purbakala Sriwijaya diresmikan? Menghabiskan waktu pembangunan lebih kurang 4 tahun, TPKS telah diresmi beroperasi pada tahun 1990 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Bernama lengkap Peter William Hofland, ia justru mampu memajukan wilayah Kabupaten Subang yang saat itu kontraproduktif. Tak sampai di situ. P.W Hofland (begitulah nama resminya) juga mampu mensejahterakan rakyat di sana yang ikut bekerja dengan dia.
Berkat kedermawanannya, Ia kemudian dikenal sebagai “raja” oleh masyarakat setempat. Berikut kisah menarik P.W Hofland yang jadi tuan tanah sukses di Subang.
Mendirikan perusahaan besar
Rekam jejak P.W Hofland diketahui dimulai dari pendirian perusahaan besar bernama Pamanoekan and Tjiasem Landen (P & T Landen).
Sebelumnya perusahaan itu sudah dikelola oleh warga Inggris pada 1812, yang kemudian diteruskan oleh keluarga Hofland dan dilanjutkan olehnya sampai titik kesuksesan.
P & T Landen bergerak di bidang perkebunan dan pertanian, dengan luas lahan yang membentang dari pesisir utara sampai selatan berjarak puluhan kilometer. Informasi ini sebelumnya dimuat dalam artikel yang ditulis oleh Pian Sopianna, dkk dari Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Menghasilkan produk teh, kopi hingga kina yang berkualitas
Berdirinya P & T Landen yang dikelola P.W Hofland rupanya perlahan mengangkat nama Kabupaten Subang dengan hasil pertaniannya. Produk unggul tersebut berupa kopi, teh hingga kina yang kebunnya luas.
Sebelum ada perusahaan tersebut, Subang merupakan daerah yang kontraproduktif. Ini terlihat dari minimnya produk unggulan di sana yang saat itu hanya berupa beras, kelapa dan kopi.
P.W Hofland sendiri resmi menjadi pemilik tunggal dari P & T Landen pada 1858, dengan mengembangkan pertanian yang lebih profesional.
Menyejahterakan masyarakat Subang
Sebagai orang asing, P.W Hofland juga menjalankan peran imperialisme ala Eropa. Namun yang menarik, ia melakukan hal tersebut secara humanis.
Para karyawan yang bekerja di pabriknya, benar-benar diperhatikan. Ia memberi gaji yang layak, termasuk memberikan bonus terhadap pekerja yang menuai prestasi.
Ini turut memicu semangat bekerja, hingga usahanya di perkebunan dan pertanian P & T Landen semakin mendulang untung besar di Hindia Belanda.
- Mencari Jejak Keberadaan Pabrik Es Krim Milik Belanda di Jogja, Kini Hilang Tak Berbekas
- Sosok Panglima Kodam Bukit Barisan Pertama Ini Ikut Pemberontakan PRRI, Berujung Dicopot dari Jabatan
- Pria di Bekasi Dipergoki Cabuli Anak Tiri, Ibu Korban Syok
- Menilik Makna Seni Tayuban Cirebon, Jadi Hiburan Khas Priyayi hingga Penguat Ikatan Pernikahan
Bangun infrastruktur hingga sekolah
P.W Hofland juga memperhatikan kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar kebun sampai pabriknya. Ia membangun jalanan, termasuk instalasi listrik lewat PLTA di wilayah Subang.
PLTA tersebut sebenarnya untuk kebutuhan listrik perkebunan dan pabrik, namun ia paralelkan untuk kebutuhan fasilitas umum, salah satunya jalan.
Selain itu, P.W Holfland juga membangun fasilitas sekolah desa bagi anak-anak dari para buruh perkebunan dan pabrik. Hal ini agar anak-anak para pekerja bisa mendapat akses pendidikan yang layak.
Dekat dengan warga setempat
Berkat dedikasinya terhadap masyarakat di sana, Hofland bisa dekat dan membaur dengan warga, utamanya yang tinggal dan bekerja di wilayah perkebunan.
Hofland mencoba memecah batas yang biasa terjadi antara pribumi dengan kaum Eropa, dengan turut memenuhi kebutuhan lingkungan sosial di sana. Pada tahun 1872, Ia tutup usia yang membuat para pekerja dan warga setempat merasa kehilangan sosok Hofland.
Pasca meninggalnya Hofland, aset perkebunan serta pabrik diserahkan ke keturunannya. Untuk mengenang sosoknya, dibangunkan sebuah makam yang megah di wilayah Sukamaju yang kini menjadi area pemakaman Kristen Subang.