Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu
Semaking bising suaranya, semakin senang warga mendengarnya.
Semaking bising suaranya, semakin senang warga.
Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu
Memasang kincir angin menjadi tradisi masyarakat Sunda saat musim kemarau. Permainan tradisional yang kerap disebut kolecer itu akan dipasang di halaman rumah hingga di pinggir-pinggir jalan desa setempat. Suara nyaring kemudian akan muncul dan menambah kemeriahan kampung.
-
Bagaimana cara orang Sunda menunjuk arah? Selain mengatakan punten, sisi sopan santun lainnya di kalangan warga Sunda adalah menunjuk arah menggunakan jempol. Tak hanya itu, jari-jari lainnya juga harus digenggam sembari mengarahkan jari jempol ke jalan yang ditanyakan. Lalu si pemberi arah juga diharuskan sedikit membungkukkan badan sebagai upaya menghormati si penanya.
-
Kapan angin kencang menerjang Desa Watuagung, Kabupaten Semarang? Di Desa Watuagung, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, hujan yang turun disertai angin kencang pada Selasa (9/1) sore menyebabkan pohon dan sebuah kendang ayam roboh.
-
Mengapa kata-kata sisindiran Sunda dianggap kocak? Sisindiran Sunda ini juga mempunyai pesan yang hendak disampaikan pada pembaca atau para pendengar. Umumnya, sisindiran akan ditulis dalam dua hingga empat baris selayaknya bentuk pantun kebanyakan.
-
Kapan sumur di Desa Paja menjadi andalan warga? Dikutip dari kanal SCTV Banten, Jumat (11/8), sehari-hari sumber air yang merupakan sumur tua itu menjadi buruan warga.
-
Kenapa orang-orang Sunda memilih tinggal di Kampung Sunda Galunggung? Mereka tinggal di Kalimantan Barat sesuai keinginannya dan bukan program transmigrasi yang digalakkan oleh pemerintah.
-
Bagaimana warga Desa Sinar Bandung menggunakan bahasa Sunda? Ornamen ke-Jawa Baratan pun langsung terasa di gerbang masuk desa, dengan ciri lain penggunaan bahasa Sunda di setiap interaksi warga setempat.
Dihias Berbagai Model
Merujuk laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Kamis (19/10), warga yang memasang kincir angin berbahan bambu ini akan membuatnya semenarik mungkin.
Pada bagian ujung kincir angin akan diberi hiasan warna-warni dari kertas minyak, kain, maupun bendera.
Hiasan tersebut akan sangat indah jika dipandang dari bawah, dan saat tiang kincir angin memutar dari kanan ke kiri.
Jadi Ciri Khas Perdesaan
Memasang kolecer atau kincir angin sudah menjadi tradisi turun temurun di perdesaan Sunda.
Jika berkesempatan mampir ke wilayah dataran tinggi Sumedang, Garut, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis dan sekitarnya, kolecer bisa terlihat bahkan hingga ke atas-atas bukit.
Anak-anak hingga orang dewasa masih memasang kolecer atau kincir angin sampai sekarang setiap musim kemarau sampai musim angin tiba.
Dipasang di Tiang Bambu
Kincir angin tersebut umumnya terbuat dari batang pohon bambu yang dibuat menyerupai kipas angin. Setiap kolecer memiliki baling-baling yang bisa memutar cepat sesuai embusan angin.
Bagian kincir yang berada di paling atas bisa memutar ke kiri dan ke kanan mengikuti arah angin.
Kemudian kincir angin akan dipasang di atas tiang bambu setinggi 3 sampai 5 meter, bahkan tak jarang lebih.
Semakin Bising Semakin Disukai
Terdapat hal unik dari tradisi memasang kincir angin, yakni semakin bising suara baling-baling akan semakin digemari dan membuat pemiliknya bangga.
Dalam satu kincir angin biasanya memiliki suara “wuuk” atau yang biasa disebut oleh warga setempat dengan Nyeguk.
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, Nyeguk artinya tekanan angin kuat dari angin yang berperan memutarkan kincir angin sampai berbelok ke kanan dan kiri.
- Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang
- Makna Tradisi Nadran Khas Pesisir Indramayu, Penting Dilakukan Nelayan agar Selamat dan Hasil Tangkapan Melimpah
- Tradisi Nirok Nanggok, Cara Masyarakat Belitung Mencari Ikan di Sungai Ketika Musim Kemarau Tiba
- Tradisi Bedah Teteg Cueran di Klaten, Warga Saling Berebut Ikan di Kolam Lumpur
Pelindung Pertanian
Sementara itu, kincir angin juga dipakai kalangan petani Sunda untuk melindungi pertaniannya.
Dikutip dari ANTARA, kincir angin tersebut akan dipasang di area-area yang terdapat kebun palawija dan berfungsi mengusir burung dan pemangsa tanaman lainnya.
Beberapa daerah yang menggunakan kincir angin untuk melindungi pertaniannya adalah Desa Cisayong Kabupaten Tasikmalaya lalu di Kabupaten Subang.